25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Warga Kesal, Sebulan 7 Ekor Lembu Hilang

Foto: Bambang/PM Sentil Ginting (23), pelaku diduga pencuri lembu, tewas dibantai massa di Pasar I, Desa Sei Mencirim, Kec. Sunggal, Kab. Deliserdang, Kamis (27/11/2014) pagi.
Foto: Bambang/PM
Sentil Ginting (23), pelaku diduga pencuri lembu, tewas dibantai massa di Pasar I, Desa Sei Mencirim, Kec. Sunggal, Kab. Deliserdang, Kamis (27/11/2014) pagi.

SUMUTPOS.CO – Amuk massa yang menewaskan Fredy Ginting (34), merupakan puncak pelampiasan kekesalan warga. Pasalnya, sebulan belakangan, sudah 7 lembu hilang.

Ini dikatakan Rencana Tarigan (40) warga Jl. Macan Pasar I Sei Mencirim Dusun IX Kec. Sunggal, korban pencurian Fredy Cs. “Seluruh warga di sini sangat marah. Karena dalam sebulan ini sudah tujuh kali warga kehilangan lembunya,” jelasnya saat ditemui di rumahnya, Jumat (28/11) siang.

“Semalam itu, lembu tetanggaku si Gito, hilang. Baru tadi malam itu lembuku hilang. Bahkan dalam sebulan ini sudah ada 7 warga yang kehilangan lembunya,” kesalnya.

Namun di antara warga tersebut, hanya dua warga yang dikenal, sementara warga lainnya tak mengenalnya. “Pokoknya di sini ’kan perbatasan Kecamatan Sunggal, Kutalimbaru dan Binjai. Untuk warganya itu, Kamin Surbakti yang kehilangan dua ekor kerbau, dan Gito kehilangan lembunya. Tapi yang lainnya aku kurang tau namanya,” ujarnya.

Dikatakannya, Kamis (27/11) pagi sekira pukul 04.00 WIB, dirinya bangun dan hendak pergi ke pajak pagi. Saat itu dirinya melihat lembunya tinggal 3 ekor, padahal sebelumnya dia memiliki 4 ekor lembu. Yakin seekor lembunya hilang, dirinya pun langsung membangunkan tetangganya beserta warga lain. Dan bersama warga pun sepakat untuk mencari pencuri lembu tersebut sampai dapat.

Akhirnya, dengan beramai-ramai, warga mencari jejak lembu tersebut yang digiring melewati belakang rumahnya dengan cara memotong kawat duri bagian belakang rumah Rencana. Dari jejak kaki itu, warga memulai pencariannya mengikuti jejak lembu yang juga melewati areal persawahan warga hingga menuju perkebunan sawit.

“Kkami cari ke belakang rumah ke kebun-kebun tebu. Di situlah nampak jejak kaki,” jelasnya.

Jejak kaki lembu yang mereka ikuti menghilang setelah melewati tanah keras. Karena kehilangan jejak, warga pun berpencar hingga sebagian warga tiba di Jalan Baru Binjai Timur.

Sekira pukul 07.00 wib, warga melihat 2 orang pemuda sedang berdiri di pinggir jalan. Melihat itu, warga pun bertanya kepada keduanya perihal maksud mereka berdiri di pinggir jalan tersebut. Kedua pemuda itupun berkilah bahwa saat itu mereka sedang menunggu temannya.

Di saat yang bersamaan, ternyata kedua pelaku menyembunyikan lembu hasil curian tersebut di areal perkebunan tebu, dengan cara menambatkannya ke pohon tebu yang hanya berjarak sekira 20 meter dari tempat pelaku berdiri.

Sial bagi para pencuri, saat itu lembu yang mereka ikat itu melenguh keras. Mendengar suara lenguhan lembu, wargapun langsung mencari. Saat itu, kedua pelaku kontan kabur.

Melihat kedua pelaku lari terbirit-birit, warga pun meyakini bahwa kedua pria tersebut adalah pelakunya. Mereka pun langsung teriak maling, sebagian warga memanggil warga lain.

Aksi saling kejar pun terjadi antara warga dengan pelaku, kedua pelakupun bersembunyi di kebun tebu dengan cara tiarap.

Warga yang jumlahnya semakin banyak, bahkan mencapai ratusan orang langsung menyisir lokasi persembunyian itu. Naas nasib Fredy, dia tertangkap oleh warga sedang tiarap di bawah pohon tebu. Melihat itu, warga langsung memukulinya dan menyeretnya keluar. Setibanya di pinggir jalan, ratusan warga langsung melampiaskan kekesalannya kepada Fredy.

Karena jalan dilintasi para pengendara, massa yang memukuli Fredy pun semakin banyak.

Karena sibuk melampiaskan amarah kepada Fredy, warga bahkan tidak melanjutkan pencariannya terhadap pelaku yang satu lagi, yakni Siswanto. Siswanto sempat berpindah sembunyi ke areal persawahan warga yang berjarak sekira 500 meter. Hingga Fredy tewas di tempat, warga tak juga menemukan Siswanto, namun pencarian terhadap Siswanto tetap dilakukan.

Foto: Bayu/PM Siswanto, salah seorang pelaku maling lembu, selamat dari amukan warga, diamankan di Polsek Sunggal, Kamis (27/11/2014).
Foto: Bayu/PM
Siswanto, salah seorang pelaku maling lembu, selamat dari amukan warga, diamankan di Polsek Sunggal, Kamis (27/11/2014).

Sekira pukul 10.00 wib, warga pun menemukan Siswanto di persawahan. Karena saat itu padi bergoyang-goyang, Siswanto ditemukan dan ditarik ke luar sawah. Ia pun dipukuli. Hanya dalam hitungan menit, warga sudah menyemut memukuli Siswanto.

Beruntung saat itu petugas kepolisian dari Polsek Binjai Timur tiba di lokasi. Polisi langsung menyelamatkan Siswanto dari amuk massa. Namun karena jumlah warga lebih dari 100 orang, polisi sempat kesulitan hingga memberi tembakan peringatan.

Selanjutnya Siswanto diamankan ke Polsek Binjai Timur. Sementara jenazah Fredy dibawa ke RS Pirngadi Medan untuk diotopsi.

Kapolsek Sunggal, AKP Aldi S, tidak mengizinkan wartawan mewawancarai Siswanto karena masih di bawah umur. “Tersangkanya masih anak-anak. Anak-anak nggak boleh diwawancarai media. Penanganan anak tunduk pada peradilan anak,” jelasnya.

Ia mengatakan, masih melakukan pengembangan atas kejadian ini dan tengah melacak keberadaan inisial “I”. “Pelakunya ada tiga orang. Kita masih melakukan pengembangan dan mencari pelaku lainnya,” ujarnya.(mri/bam/bay/trg)

Foto: Bambang/PM Sentil Ginting (23), pelaku diduga pencuri lembu, tewas dibantai massa di Pasar I, Desa Sei Mencirim, Kec. Sunggal, Kab. Deliserdang, Kamis (27/11/2014) pagi.
Foto: Bambang/PM
Sentil Ginting (23), pelaku diduga pencuri lembu, tewas dibantai massa di Pasar I, Desa Sei Mencirim, Kec. Sunggal, Kab. Deliserdang, Kamis (27/11/2014) pagi.

SUMUTPOS.CO – Amuk massa yang menewaskan Fredy Ginting (34), merupakan puncak pelampiasan kekesalan warga. Pasalnya, sebulan belakangan, sudah 7 lembu hilang.

Ini dikatakan Rencana Tarigan (40) warga Jl. Macan Pasar I Sei Mencirim Dusun IX Kec. Sunggal, korban pencurian Fredy Cs. “Seluruh warga di sini sangat marah. Karena dalam sebulan ini sudah tujuh kali warga kehilangan lembunya,” jelasnya saat ditemui di rumahnya, Jumat (28/11) siang.

“Semalam itu, lembu tetanggaku si Gito, hilang. Baru tadi malam itu lembuku hilang. Bahkan dalam sebulan ini sudah ada 7 warga yang kehilangan lembunya,” kesalnya.

Namun di antara warga tersebut, hanya dua warga yang dikenal, sementara warga lainnya tak mengenalnya. “Pokoknya di sini ’kan perbatasan Kecamatan Sunggal, Kutalimbaru dan Binjai. Untuk warganya itu, Kamin Surbakti yang kehilangan dua ekor kerbau, dan Gito kehilangan lembunya. Tapi yang lainnya aku kurang tau namanya,” ujarnya.

Dikatakannya, Kamis (27/11) pagi sekira pukul 04.00 WIB, dirinya bangun dan hendak pergi ke pajak pagi. Saat itu dirinya melihat lembunya tinggal 3 ekor, padahal sebelumnya dia memiliki 4 ekor lembu. Yakin seekor lembunya hilang, dirinya pun langsung membangunkan tetangganya beserta warga lain. Dan bersama warga pun sepakat untuk mencari pencuri lembu tersebut sampai dapat.

Akhirnya, dengan beramai-ramai, warga mencari jejak lembu tersebut yang digiring melewati belakang rumahnya dengan cara memotong kawat duri bagian belakang rumah Rencana. Dari jejak kaki itu, warga memulai pencariannya mengikuti jejak lembu yang juga melewati areal persawahan warga hingga menuju perkebunan sawit.

“Kkami cari ke belakang rumah ke kebun-kebun tebu. Di situlah nampak jejak kaki,” jelasnya.

Jejak kaki lembu yang mereka ikuti menghilang setelah melewati tanah keras. Karena kehilangan jejak, warga pun berpencar hingga sebagian warga tiba di Jalan Baru Binjai Timur.

Sekira pukul 07.00 wib, warga melihat 2 orang pemuda sedang berdiri di pinggir jalan. Melihat itu, warga pun bertanya kepada keduanya perihal maksud mereka berdiri di pinggir jalan tersebut. Kedua pemuda itupun berkilah bahwa saat itu mereka sedang menunggu temannya.

Di saat yang bersamaan, ternyata kedua pelaku menyembunyikan lembu hasil curian tersebut di areal perkebunan tebu, dengan cara menambatkannya ke pohon tebu yang hanya berjarak sekira 20 meter dari tempat pelaku berdiri.

Sial bagi para pencuri, saat itu lembu yang mereka ikat itu melenguh keras. Mendengar suara lenguhan lembu, wargapun langsung mencari. Saat itu, kedua pelaku kontan kabur.

Melihat kedua pelaku lari terbirit-birit, warga pun meyakini bahwa kedua pria tersebut adalah pelakunya. Mereka pun langsung teriak maling, sebagian warga memanggil warga lain.

Aksi saling kejar pun terjadi antara warga dengan pelaku, kedua pelakupun bersembunyi di kebun tebu dengan cara tiarap.

Warga yang jumlahnya semakin banyak, bahkan mencapai ratusan orang langsung menyisir lokasi persembunyian itu. Naas nasib Fredy, dia tertangkap oleh warga sedang tiarap di bawah pohon tebu. Melihat itu, warga langsung memukulinya dan menyeretnya keluar. Setibanya di pinggir jalan, ratusan warga langsung melampiaskan kekesalannya kepada Fredy.

Karena jalan dilintasi para pengendara, massa yang memukuli Fredy pun semakin banyak.

Karena sibuk melampiaskan amarah kepada Fredy, warga bahkan tidak melanjutkan pencariannya terhadap pelaku yang satu lagi, yakni Siswanto. Siswanto sempat berpindah sembunyi ke areal persawahan warga yang berjarak sekira 500 meter. Hingga Fredy tewas di tempat, warga tak juga menemukan Siswanto, namun pencarian terhadap Siswanto tetap dilakukan.

Foto: Bayu/PM Siswanto, salah seorang pelaku maling lembu, selamat dari amukan warga, diamankan di Polsek Sunggal, Kamis (27/11/2014).
Foto: Bayu/PM
Siswanto, salah seorang pelaku maling lembu, selamat dari amukan warga, diamankan di Polsek Sunggal, Kamis (27/11/2014).

Sekira pukul 10.00 wib, warga pun menemukan Siswanto di persawahan. Karena saat itu padi bergoyang-goyang, Siswanto ditemukan dan ditarik ke luar sawah. Ia pun dipukuli. Hanya dalam hitungan menit, warga sudah menyemut memukuli Siswanto.

Beruntung saat itu petugas kepolisian dari Polsek Binjai Timur tiba di lokasi. Polisi langsung menyelamatkan Siswanto dari amuk massa. Namun karena jumlah warga lebih dari 100 orang, polisi sempat kesulitan hingga memberi tembakan peringatan.

Selanjutnya Siswanto diamankan ke Polsek Binjai Timur. Sementara jenazah Fredy dibawa ke RS Pirngadi Medan untuk diotopsi.

Kapolsek Sunggal, AKP Aldi S, tidak mengizinkan wartawan mewawancarai Siswanto karena masih di bawah umur. “Tersangkanya masih anak-anak. Anak-anak nggak boleh diwawancarai media. Penanganan anak tunduk pada peradilan anak,” jelasnya.

Ia mengatakan, masih melakukan pengembangan atas kejadian ini dan tengah melacak keberadaan inisial “I”. “Pelakunya ada tiga orang. Kita masih melakukan pengembangan dan mencari pelaku lainnya,” ujarnya.(mri/bam/bay/trg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/