26.7 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Perempuan Selalu jadi Korban

Selain menjadi korban trafficking, kaum perempuan juga kerap diterlantarkan oleh suaminya. Parahnya lagi, si wanita tersebut ditelantarkan jauh dari kampung halamannya, karena ikut suami. Nah, untuk pemulangan dan penyelamatan kaum perempuan yang diterlantarkan suaminya ini juga menjadi salah satu program prioritas Kantor Kementerian Sosial RI.

Hal ini diungkapkan Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) Kemensos RI Fery Afrianto kepada wartawan Sumut Pos Jhonson P Siahaan di Kantor Dinas Kesejahteraan dan Sosial Sumut, Selasa (27/12) siang. Berikut petikan wawancaranya.

Sudah berapa kali TRC Kemensos RI menangani kasus pemulangan perempuan yang ditelantarkan suami atau pasangannya di daerah lain?
Kalau untuk kasus seperti ini, saya sendiri sudah lupa sudah berapa kali, karena saya sudah sering menangani kasus seperti ini. Tetapi yang menjadi korbannya adalah selalu kaum perempuan yang termarjinalkan.

Apakah ini termasuk salah satu program Kemensos RI?
Benar. Ini satu dari begitu banyak program Kemensos RI. Karena program yang utama itu menyelamatkan kaum wanita dari korban perbuatan semena-mena, ditinggalkan begitu saja, korban trafiking dan masih banyak lagi perempuan yang menjadi korban.

Sejauh ini, di daerah mana saja paling banyak ditemukan kasus kekerasan dan penelantaran perempuan?
Daerah yang paling banyak kasus penelantaran perempuan oleh suami atau kekasihnya itu di Pulau Jawa. Sedangkan untuk kasus kekerasan terhadap perempuan paling banyak di Jakarta dan sekitarnya serta daerah yang paling banyak terjadi kasus trafiking di Pulau Bali dan Sumatera.

Lalu, bagaimana penilaian Anda tentang keterlibatan pemerintah daerah dalam mengantisipasi kasus ini?
Saya menilai, kepala daerah di masing-masing daerah belum proaktif dalam menangani kasus yang dialami kaum perempuan. Sejauh ini, baru Sumut dan Aceh saja yang masih proaktif. Saya meminta agar setiap masing-masing kepala daerah lebih proaktif lagi.

Kendala apa saja yang Anda temukan di lapangan?
Kendala yang ditemukan di lapangan, perempuan tersebut tidak memiliki identitas lengkap, perempuan itu masih trauma, perempuan itu diselimuti rasa ketakutan yang cukup tinggi, perempuan itu berada di tangan orang yang tidak bertanggung jawab dan masih banyak lagi.

Imbauan Anda sendiri?
Saya meminta semua pihak dan lapisan masyarakat harus bekerja sama dalam mengurangi permasalahan yang sering menimpa kaum perempuan. Tidak hanya itu, dalam masalah perjodohan, orang tua dan kaum ulama harus memberikan penyuluhan tentang bobot, bibit dan bebet calonnya. Jangan asal jadi dan harus lebih waspada lagi dalam segala hal.(*)

Selain menjadi korban trafficking, kaum perempuan juga kerap diterlantarkan oleh suaminya. Parahnya lagi, si wanita tersebut ditelantarkan jauh dari kampung halamannya, karena ikut suami. Nah, untuk pemulangan dan penyelamatan kaum perempuan yang diterlantarkan suaminya ini juga menjadi salah satu program prioritas Kantor Kementerian Sosial RI.

Hal ini diungkapkan Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) Kemensos RI Fery Afrianto kepada wartawan Sumut Pos Jhonson P Siahaan di Kantor Dinas Kesejahteraan dan Sosial Sumut, Selasa (27/12) siang. Berikut petikan wawancaranya.

Sudah berapa kali TRC Kemensos RI menangani kasus pemulangan perempuan yang ditelantarkan suami atau pasangannya di daerah lain?
Kalau untuk kasus seperti ini, saya sendiri sudah lupa sudah berapa kali, karena saya sudah sering menangani kasus seperti ini. Tetapi yang menjadi korbannya adalah selalu kaum perempuan yang termarjinalkan.

Apakah ini termasuk salah satu program Kemensos RI?
Benar. Ini satu dari begitu banyak program Kemensos RI. Karena program yang utama itu menyelamatkan kaum wanita dari korban perbuatan semena-mena, ditinggalkan begitu saja, korban trafiking dan masih banyak lagi perempuan yang menjadi korban.

Sejauh ini, di daerah mana saja paling banyak ditemukan kasus kekerasan dan penelantaran perempuan?
Daerah yang paling banyak kasus penelantaran perempuan oleh suami atau kekasihnya itu di Pulau Jawa. Sedangkan untuk kasus kekerasan terhadap perempuan paling banyak di Jakarta dan sekitarnya serta daerah yang paling banyak terjadi kasus trafiking di Pulau Bali dan Sumatera.

Lalu, bagaimana penilaian Anda tentang keterlibatan pemerintah daerah dalam mengantisipasi kasus ini?
Saya menilai, kepala daerah di masing-masing daerah belum proaktif dalam menangani kasus yang dialami kaum perempuan. Sejauh ini, baru Sumut dan Aceh saja yang masih proaktif. Saya meminta agar setiap masing-masing kepala daerah lebih proaktif lagi.

Kendala apa saja yang Anda temukan di lapangan?
Kendala yang ditemukan di lapangan, perempuan tersebut tidak memiliki identitas lengkap, perempuan itu masih trauma, perempuan itu diselimuti rasa ketakutan yang cukup tinggi, perempuan itu berada di tangan orang yang tidak bertanggung jawab dan masih banyak lagi.

Imbauan Anda sendiri?
Saya meminta semua pihak dan lapisan masyarakat harus bekerja sama dalam mengurangi permasalahan yang sering menimpa kaum perempuan. Tidak hanya itu, dalam masalah perjodohan, orang tua dan kaum ulama harus memberikan penyuluhan tentang bobot, bibit dan bebet calonnya. Jangan asal jadi dan harus lebih waspada lagi dalam segala hal.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/