26 C
Medan
Monday, September 30, 2024

4 Kontainer Jenazah Belum Teridentifikasi, Wajah Sulit Dikenali

Petugas SAR Saudi memcoba menyelamatkan korban tragedi Mina yang menewaskan sedikitnya 717 jamaah dan ratusan terluka, pada musim haji di Saudi Arabia 24 September 2015.
Petugas SAR Saudi memcoba menyelamatkan korban tragedi Mina yang menewaskan sedikitnya 717 jamaah dan ratusan terluka, pada musim haji di Saudi Arabia 24 September 2015.

MAKKAH , SUMUTPOS.CO – Jumlah jamaah haji Indonesia yang tewas dalam tragedi Mina terus bertambah. Hingga Rabu (30/09) pukul 02.00 waktu Arab Saudi, total sudah mencapai 57 orang. Rinciannya, 53 jamaah haji dan 4 warga Negara Indonesia (WNI) yang mukim di Arab Saudi.

Sementara, menurut Kepala Daker Makkah Arsyad Hidayat, jamaah Indonesia yang cedera dan dirawat rumah sakit Arab Saudi sebanyak 5 orang. Sedang yang dilaporkan belum kembali sebanyak 78 jamaah.

Kemungkinan jumlah korban tewas masih bertambah, lantaran hingga Rabu dinihari waktu setempat, masih ada empat kontainer jenazah yang belum teridentifikasi.

“Pada malam ini (Selasa malam, red) ada beberapa kontainer yang telah dibuka, namun belum bisa dirilis fotonya. Selain itu, empat kontainer sudah di bawa ke Jeddah untuk dilakukan identifikasi di salah satu RS di Jeddah,” ujar Arsyad Hidayat dalam keterangan persnya.

Proses identifikasi menghadapi kendala lantaran jenazah korban tragedi Mina 24 September itu sudah mulai mengalami perubahan fisik, khususnya muka. Karena itu, proses identifikasi harus menggunakan sidik jari.

“Kami bekerja sama dengan divisi Disaster Victim Identification (DVI) untuk mendapatkan data-data sidik jari jamaah haji Indonesia. Penggunaan sidik jari akan mempermudah dan mempercepat proses identifikasi,” terangnya.

Disinggung soal pemakaman, Arsyad menjelaskan bahwa pihak Mu’aishim telah melakukan penguburan jenazah korban peristiwa Mina sejak Senin (28/09) lalu, terutama jenazah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini diambil untuk menghindari penularan penyakit yang bersumber dari jenazah yang sudah terlalu lama.

Namun, metode lain juga tetap digunakan, yakni mengidentifikasi jenazah melalui file-file yang berisi data pelengkap jamaah yang berupa gelang, tas, syal, DAPIH (Dokumen Administrasi Perjalanan Ibadah Haji), kartu petunjuk bus, kartu petunjuk hotel, dan lainnya.

“Jika itu ditemukan, maka akan mempermudah identifikasi jenazah korban. Kalau tidak ditemukan, identifikasi dilakukan dengan mengkonfirmasi jenazah melalui ketua kloter, ketua rombongan, ketua regu dan keluarga jenazah di kloter tersebut,” jelas Arsyad.

Petugas SAR Saudi memcoba menyelamatkan korban tragedi Mina yang menewaskan sedikitnya 717 jamaah dan ratusan terluka, pada musim haji di Saudi Arabia 24 September 2015.
Petugas SAR Saudi memcoba menyelamatkan korban tragedi Mina yang menewaskan sedikitnya 717 jamaah dan ratusan terluka, pada musim haji di Saudi Arabia 24 September 2015.

MAKKAH , SUMUTPOS.CO – Jumlah jamaah haji Indonesia yang tewas dalam tragedi Mina terus bertambah. Hingga Rabu (30/09) pukul 02.00 waktu Arab Saudi, total sudah mencapai 57 orang. Rinciannya, 53 jamaah haji dan 4 warga Negara Indonesia (WNI) yang mukim di Arab Saudi.

Sementara, menurut Kepala Daker Makkah Arsyad Hidayat, jamaah Indonesia yang cedera dan dirawat rumah sakit Arab Saudi sebanyak 5 orang. Sedang yang dilaporkan belum kembali sebanyak 78 jamaah.

Kemungkinan jumlah korban tewas masih bertambah, lantaran hingga Rabu dinihari waktu setempat, masih ada empat kontainer jenazah yang belum teridentifikasi.

“Pada malam ini (Selasa malam, red) ada beberapa kontainer yang telah dibuka, namun belum bisa dirilis fotonya. Selain itu, empat kontainer sudah di bawa ke Jeddah untuk dilakukan identifikasi di salah satu RS di Jeddah,” ujar Arsyad Hidayat dalam keterangan persnya.

Proses identifikasi menghadapi kendala lantaran jenazah korban tragedi Mina 24 September itu sudah mulai mengalami perubahan fisik, khususnya muka. Karena itu, proses identifikasi harus menggunakan sidik jari.

“Kami bekerja sama dengan divisi Disaster Victim Identification (DVI) untuk mendapatkan data-data sidik jari jamaah haji Indonesia. Penggunaan sidik jari akan mempermudah dan mempercepat proses identifikasi,” terangnya.

Disinggung soal pemakaman, Arsyad menjelaskan bahwa pihak Mu’aishim telah melakukan penguburan jenazah korban peristiwa Mina sejak Senin (28/09) lalu, terutama jenazah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini diambil untuk menghindari penularan penyakit yang bersumber dari jenazah yang sudah terlalu lama.

Namun, metode lain juga tetap digunakan, yakni mengidentifikasi jenazah melalui file-file yang berisi data pelengkap jamaah yang berupa gelang, tas, syal, DAPIH (Dokumen Administrasi Perjalanan Ibadah Haji), kartu petunjuk bus, kartu petunjuk hotel, dan lainnya.

“Jika itu ditemukan, maka akan mempermudah identifikasi jenazah korban. Kalau tidak ditemukan, identifikasi dilakukan dengan mengkonfirmasi jenazah melalui ketua kloter, ketua rombongan, ketua regu dan keluarga jenazah di kloter tersebut,” jelas Arsyad.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/