30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

PTBI 2023, Sinergi Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Nasional

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kepala Perwakilan Bank lndonesia Sumatera Utara (KPwBI Sumut), IGP Wira Kusuma yang diwakili Deputi KPwBI Sumut, Yura A Djalins mengatakan, BI memprakirakan perekonomian Sumut pada tahun 2024 mengalami akselarasi dalam kisaran 4,5-5,3 persen (yoy).

“Sementara laju inflasi pada tahun 2024 diprakirakan tetap terkendali dan berada pada rentang sasaran inflasi 2,5+1 persen,” kata Yura, dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) tahun 2023 di Santika Premiere Dyandra Hotel and Convention Medan, Rabu (29/11) malam.

Adapun, PTBI 2023 bertemakan, ‘Sinergi Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Nasional’, dihadiri Pj Gubernur Sumut Hassanudin, Kapolda Sumut Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi, para Konjen negara sahabat, unsur Forkopimda Sumut, Bupati dan Wali Kota di Provinsi Sumut, pimpinan instansi vertikal, Kepala Perwakilan Bank lndonesia Pematangsiantar dan Sibolga, pimpinan perbankan, jasa keuangan, Perusahaan Teknologi Finansial dan e-commerce, pimpinan BUMN, pelaku usaha, asosiasi usaha, akademisi, pengamat ekonomi, pemimpin pesantren dan pemimpin redaksi media cetak di Sumut.

Yura menambahkan, optimistis perekonomian Sumut 2024 tersebut, dengan memperhatikan berbagai perkembangan terkini di mana pada tahun 2023, perekonomian Sumut melanjutkan tren pemulihan di kisaran 4,3-5,1% (yoy) di tengah masih tingginya ketidakpastian global.

Dijelaskannya, tren pemulihan itu karena dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi diprakirakan berasal dari permintaan domestik, terutama konsumsi rumah tangga. Dari sisi Lapangan Usaha (LU), tren pemulihan didorong oleh industri pengolahan dan konstruksi.

Sedangkan dari sisi perkembangan harga, laju inflasi gabungan lima kota Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumut pada tahun 2023, diprakirakan lebih rendah dan kembali ke dalam sasaran inflasi nasional 3%+1%.

“Dari sisi global, penurunan tekanan inflasi didorong oleh relatif turunnya inflasi barang impor. Sementara dari sisi domestik, terkendalinya inflasi, terutama didukung oleh terjaganya pasokan komoditas pangan strategis,” imbuhnya.

Sementara pada 2024 nanti, lanjutnya, dari sisi permintaan, motor penggerak pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara diprakirakan juga masih berasal dari konsumsi rumah tangga. Hal ini didukung oleh ekspektasi ekonomi domestik yang tetap kuat seiring membaiknya pendapatan rumah tangga.

Namun, sambung Yura, dari sisi LU, tren pemulihan terjadi pada pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan. Kinerja ketiga LU utama tersebut diprakirakan meningkat didorong kebijakan Pemerintah untuk meningkatkan produktivitas pertanian, permintaan domestik yang masih kuat, serta adopsi teknologi digital dalam perdagangan.

“Sinergi kebijakan pengendalian inflasi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia, optimalisasi pemanfaatan anggaran pengendalian inflasi yang tepat guna, dan GNPIP memainkan peran yang lebih penting dalam pengendalian inflasi di 2024,” bebernya.

Meski demikian, terangnya, ada beberapa tantangan baik dari sisi global maupun domestik yang perlu diwaspadai di tahun 2024. Dari sisi global berlanjutnya konflik geopolitik di kawasan Eropa dan Timur Tengah, kenaikan suku bunga global, pelemahan ekonomi negara mitra dagang utama serta risiko cuaca ekstrem akibat anomali iklim.

Selanjutnya, sisi ekonomi domestik tantangan inflasi yang ditimbulkan dari kenaikan harga produk dan jasa impor (imported inflation), perekonomian Sumut belum terdistribusi secara merata, masih terpusat di Pantai Timur, khususnya kawasan Mebidangro.

Kemudian, infrastruktur di kawasan wisata Sumut masih terbatas, perlunya meningkatkan adopsi praktik berkelanjutan oleh pelaku bisnis serta optimalisasi pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Sumut, belum meratanya tingkat akseptansi sistem pembayaran digital, perlunya meningkatkan paradigma pelaku UMKM dalam mengadopsi teknologi digital. lnovasi dan adopsi teknologi penting agar pelaku UMKM dapat menjalankan proses bisnis sesuai best practices untuk mencapai produktivitas yang optimal.

“Tentu menghadapi berbagai tantangan itu, sebutnya, Sumut harus mengambil langkah strategis untuk memperkuat sinergi dan membangun optimisme kebangkitan ekonomi, memperkuat kolaborasi Bank lndonesia dengan Pemerintah Daerah dalam TPID-GNPIP, masih adanya disparitas pertumbuhan antarwilayah perlu diatasi dengan pembangunan infrastruktur untuk mendukung aglomerasi industri dan pengembangan destinasi pariwisata unggulan, perlu kesiapan industri untuk meningkatkan nilai tambah produknya,” tandasnya.

Sementara itu, Pj Gubernur Sumut, Hassanudin menekankan, bahwa saat ini
merupakan tahun kebangkitan dan optimisme bagi perekonomian nasional termasuk Sumut. Seluruh instansi baik di pusat maupun daerah, bahu-membahu dan saling bersinergi dalam merumuskan
berbagai strategi serta kebijakan guna mengakselerasi pemulihan ekonomi dan menjaga stabilitas harga.

“Perekonomian Sumut tercatat membaik, perkembangan inflasi yang terjaga pada sasaran nasional, memberikan kontribusi PDRB terbesar di Sumatera, serta angka kemiskinan yang menurun,” katanya.

Di tengah optimisme perekonomian Sumut ke depan, lanjut Hassanudin, terdapat beberapa tantangan, baik dari
sisi global maupun domestik yang perlu diwaspadai pada tahun 2024. Dari sisi global, tantangannya
yaitu berlanjutnya konflik geopolitik di kawasan Eropa dan Timur Tengah, kenaikan suku bunga global (higher for longer), pelemahan ekonomi negara mitra dagang utama (terutama Tiongkok) serta risiko cuaca ekstrem akibat anomali iklim berkepanjangan.

Sementara itu, sambungnya, dari sisi domestik, tantangan yang dihadapi antara lain inflasi yang ditimbulkan dari kenaikan harga produk dan jasa impor (imported inflation), pangsa perekonomian Sumut yang belum terdistribusi secara merata, di mana pembangunan masih terpusat di Pantai Timur, khususnya kawasan Mebidangro, keterbatasan
infrastruktur dan konektivitas di kawasan pariwisata, perlunya meningkatkan adopasi praktik berkelanjutan oleh pelaku bisnis serta optimalisasi pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT), masih
belum meratanya tingkat akseptansi digital, dan perlunya meningkatkan paradigma pelaku UMKM dalam mengadopsi teknologi digital.

“Momentum pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara perlu terus didorong dengan memperkuat sinergi membangun optimisme oleh semua pihak baik Pemerintah (pusat dan daerah), Bank Indonesia, perwakilan organisasi-organisasi perangkat daerah, serta pihak-pihak terkait lainnya,” pungkasnya. (dwi)

Teks Foto:
Deputi KPwBI Sumut, Yura A Djalins bersama Pj Gubernur Sumut Hassanudin, Kapolda Sumut Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi dan lainnya, dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) tahun 2023 di Santika Premiere Dyandra Hotel and Convention Medan, Rabu (29/11) malam. Istimewa

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kepala Perwakilan Bank lndonesia Sumatera Utara (KPwBI Sumut), IGP Wira Kusuma yang diwakili Deputi KPwBI Sumut, Yura A Djalins mengatakan, BI memprakirakan perekonomian Sumut pada tahun 2024 mengalami akselarasi dalam kisaran 4,5-5,3 persen (yoy).

“Sementara laju inflasi pada tahun 2024 diprakirakan tetap terkendali dan berada pada rentang sasaran inflasi 2,5+1 persen,” kata Yura, dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) tahun 2023 di Santika Premiere Dyandra Hotel and Convention Medan, Rabu (29/11) malam.

Adapun, PTBI 2023 bertemakan, ‘Sinergi Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Nasional’, dihadiri Pj Gubernur Sumut Hassanudin, Kapolda Sumut Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi, para Konjen negara sahabat, unsur Forkopimda Sumut, Bupati dan Wali Kota di Provinsi Sumut, pimpinan instansi vertikal, Kepala Perwakilan Bank lndonesia Pematangsiantar dan Sibolga, pimpinan perbankan, jasa keuangan, Perusahaan Teknologi Finansial dan e-commerce, pimpinan BUMN, pelaku usaha, asosiasi usaha, akademisi, pengamat ekonomi, pemimpin pesantren dan pemimpin redaksi media cetak di Sumut.

Yura menambahkan, optimistis perekonomian Sumut 2024 tersebut, dengan memperhatikan berbagai perkembangan terkini di mana pada tahun 2023, perekonomian Sumut melanjutkan tren pemulihan di kisaran 4,3-5,1% (yoy) di tengah masih tingginya ketidakpastian global.

Dijelaskannya, tren pemulihan itu karena dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi diprakirakan berasal dari permintaan domestik, terutama konsumsi rumah tangga. Dari sisi Lapangan Usaha (LU), tren pemulihan didorong oleh industri pengolahan dan konstruksi.

Sedangkan dari sisi perkembangan harga, laju inflasi gabungan lima kota Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumut pada tahun 2023, diprakirakan lebih rendah dan kembali ke dalam sasaran inflasi nasional 3%+1%.

“Dari sisi global, penurunan tekanan inflasi didorong oleh relatif turunnya inflasi barang impor. Sementara dari sisi domestik, terkendalinya inflasi, terutama didukung oleh terjaganya pasokan komoditas pangan strategis,” imbuhnya.

Sementara pada 2024 nanti, lanjutnya, dari sisi permintaan, motor penggerak pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara diprakirakan juga masih berasal dari konsumsi rumah tangga. Hal ini didukung oleh ekspektasi ekonomi domestik yang tetap kuat seiring membaiknya pendapatan rumah tangga.

Namun, sambung Yura, dari sisi LU, tren pemulihan terjadi pada pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan. Kinerja ketiga LU utama tersebut diprakirakan meningkat didorong kebijakan Pemerintah untuk meningkatkan produktivitas pertanian, permintaan domestik yang masih kuat, serta adopsi teknologi digital dalam perdagangan.

“Sinergi kebijakan pengendalian inflasi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia, optimalisasi pemanfaatan anggaran pengendalian inflasi yang tepat guna, dan GNPIP memainkan peran yang lebih penting dalam pengendalian inflasi di 2024,” bebernya.

Meski demikian, terangnya, ada beberapa tantangan baik dari sisi global maupun domestik yang perlu diwaspadai di tahun 2024. Dari sisi global berlanjutnya konflik geopolitik di kawasan Eropa dan Timur Tengah, kenaikan suku bunga global, pelemahan ekonomi negara mitra dagang utama serta risiko cuaca ekstrem akibat anomali iklim.

Selanjutnya, sisi ekonomi domestik tantangan inflasi yang ditimbulkan dari kenaikan harga produk dan jasa impor (imported inflation), perekonomian Sumut belum terdistribusi secara merata, masih terpusat di Pantai Timur, khususnya kawasan Mebidangro.

Kemudian, infrastruktur di kawasan wisata Sumut masih terbatas, perlunya meningkatkan adopsi praktik berkelanjutan oleh pelaku bisnis serta optimalisasi pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Sumut, belum meratanya tingkat akseptansi sistem pembayaran digital, perlunya meningkatkan paradigma pelaku UMKM dalam mengadopsi teknologi digital. lnovasi dan adopsi teknologi penting agar pelaku UMKM dapat menjalankan proses bisnis sesuai best practices untuk mencapai produktivitas yang optimal.

“Tentu menghadapi berbagai tantangan itu, sebutnya, Sumut harus mengambil langkah strategis untuk memperkuat sinergi dan membangun optimisme kebangkitan ekonomi, memperkuat kolaborasi Bank lndonesia dengan Pemerintah Daerah dalam TPID-GNPIP, masih adanya disparitas pertumbuhan antarwilayah perlu diatasi dengan pembangunan infrastruktur untuk mendukung aglomerasi industri dan pengembangan destinasi pariwisata unggulan, perlu kesiapan industri untuk meningkatkan nilai tambah produknya,” tandasnya.

Sementara itu, Pj Gubernur Sumut, Hassanudin menekankan, bahwa saat ini
merupakan tahun kebangkitan dan optimisme bagi perekonomian nasional termasuk Sumut. Seluruh instansi baik di pusat maupun daerah, bahu-membahu dan saling bersinergi dalam merumuskan
berbagai strategi serta kebijakan guna mengakselerasi pemulihan ekonomi dan menjaga stabilitas harga.

“Perekonomian Sumut tercatat membaik, perkembangan inflasi yang terjaga pada sasaran nasional, memberikan kontribusi PDRB terbesar di Sumatera, serta angka kemiskinan yang menurun,” katanya.

Di tengah optimisme perekonomian Sumut ke depan, lanjut Hassanudin, terdapat beberapa tantangan, baik dari
sisi global maupun domestik yang perlu diwaspadai pada tahun 2024. Dari sisi global, tantangannya
yaitu berlanjutnya konflik geopolitik di kawasan Eropa dan Timur Tengah, kenaikan suku bunga global (higher for longer), pelemahan ekonomi negara mitra dagang utama (terutama Tiongkok) serta risiko cuaca ekstrem akibat anomali iklim berkepanjangan.

Sementara itu, sambungnya, dari sisi domestik, tantangan yang dihadapi antara lain inflasi yang ditimbulkan dari kenaikan harga produk dan jasa impor (imported inflation), pangsa perekonomian Sumut yang belum terdistribusi secara merata, di mana pembangunan masih terpusat di Pantai Timur, khususnya kawasan Mebidangro, keterbatasan
infrastruktur dan konektivitas di kawasan pariwisata, perlunya meningkatkan adopasi praktik berkelanjutan oleh pelaku bisnis serta optimalisasi pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT), masih
belum meratanya tingkat akseptansi digital, dan perlunya meningkatkan paradigma pelaku UMKM dalam mengadopsi teknologi digital.

“Momentum pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara perlu terus didorong dengan memperkuat sinergi membangun optimisme oleh semua pihak baik Pemerintah (pusat dan daerah), Bank Indonesia, perwakilan organisasi-organisasi perangkat daerah, serta pihak-pihak terkait lainnya,” pungkasnya. (dwi)

Teks Foto:
Deputi KPwBI Sumut, Yura A Djalins bersama Pj Gubernur Sumut Hassanudin, Kapolda Sumut Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi dan lainnya, dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) tahun 2023 di Santika Premiere Dyandra Hotel and Convention Medan, Rabu (29/11) malam. Istimewa

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/