32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Hasilkan 100 Ton Ikan Per Hari

Gudang Sering Didatangi Aparat

Kematian Suwito alias Awie (36) dan istrinya Dora Halim (32), tak mempengaruhi aktivitas usahanya. Pantauan wartawan koran ini yang menelusuri gudang ikan milik korban di Gabion Belawan situasi di gudang di komplek Gabion Belawan terlihat biasa saja.

Aktivitas pembongkaran dan penjualan ikan tampak berjalan lancar. Namun, orang-orang yang berada di gudang tersebut enggan berbicara terlalu banyak terkait kejadian tersebut. Mereka memilih untuk diam dan sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Polisi dari Polres Pelabuhan Belawan dan Polda Sumut tampak mendatangi gudang tersebut untuk mengecek lokasi gudang. Usai melihat lokasi selanjutnya polisi meninggalkan lokasi.

Ada sekitar 3 orang personel kepolisian yang datang ke gudang tersebut. Satu polisi memakai atribut lengkap dan dua orang memakai baju hitam putih. Menurut, seorang pekerja gudang tersebut bernama Gudang Putra Belawan Perkasa (PBP) milik orangtua korban bernama Sarwo, namun Suwito alias Awie yang mengelolanya. Sayangnya, Sarwo tidak berada di tempat.

Seorang pekerja mengatakan bahwa dirinya dan pekerja yang lain terkejut dengan kejadian tersebut. “Kami di sini tahu kabar tersebut dari pengawas kami yang bermarga Hasibuan yang memberitahu bahwasa Awie meninggal dunia,”ujarnya.

Dia menjelaskan, akibat kejadian tersebut aktivitas di gudang sempat terganggu sebentar karena pekerja cerita soal kematian bosnya, namun tidak berselang lama aktivitas kembali normal. “Sempat terganggu karena pekerja bingung, apakah hari ini libur atau tidak, namun pengawas mengarahkan agar kami tetap bekerja dan jangan khawatir,”tambahnya.

Untuk jumlah pekerja di gudang tersebut sekitar 50 orang. “Kira-kira pekerja di sini berjumlah 50 orang, ada bagian melaut, bagian pembongkaran ikan, dan juga pemasaran,”jelasnya.

Gudang itu mempunyai jumlah kapal untuk menangkap ikan sekitar 20 unit. “Cukup banyak kapal di sini bang, sekitar 20 unit kapal lah, itu pun jenisnya berbeda-beda, ada pukat teri, pukat layang dan juga pukat katrol,”tambahnya.
Sedangkan, untuk hasil tangkapan di gudang itu per harinya bisa menghasilkan ikan sekitar 100 ton. “100 ton per harinya di distribusikan kepada para pedagang, namun tak tentu juga, kalau cuaca bagus hasil tangkapan banyak, namun kalau cuaca buruk hasil tangkapan sedikit, kalau pendapatan kemungkinan bisa ratusan juta rupiah lah bang, tetapi ikan di sini tidak ada yang diimpor keluar negeri,” jelasnya.

Menurut sumber di gudang itu, Suwito alias Awie ditugaskan ayahnya untuk menjaga dan mengawasi gudang tersebut. Awie  setiap hari datang ke gudang itu untuk mengawasi para pekerja. “Setiap hari Awie datang kemari, kadang sama istrinya juga,”ujarnya.

Saat ditanya keseharian Awie, dia menjawab bahwa Awie orangnya lumayan baik namun Awie sendiri jarang berbicara kepada pekerja. “Awie cuma berbicara kepada pedagang yang membeli ikan di sini kalau sama pekerja di sini jarang berbicara, biasalah namanya juga toke,” tambahnya.

Apakah gudang tersebut pernah mempunyai masalah atau ada seseorang yang dendam sama Awie? Dia mengaku tidak tahu menahu soal tersebut. “Kalau ditanya itu saya tidak tahu, namun Awie dekat sama orang dinas perikanan, dia sering bergaul sama orang itu,”katanya.

Lebih lanjut sumber itu mengatakan, selama ini banyak oknum aparat datang ke gudang itu untuk meminta uang. “Mereka datang tiap bulan untuk meminta uang,” kata sumber yang minta namanya jangan situlis. (mag-11)

Motif Dendam, Pelaku Amatir

Kasus penembakan terhadap sepasang suami istri pengusaha ikan dan garam cap Golven, Suwito (36) dan Dora Halim (32), kemungkinan besar bermotif dendam.

Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI), Erlangga Masdiana juga menduga, pelakunya merupakan orang suruhan, namun tidak profesional.

Dari modus kejahatan, dimana pelaku langsung kabur usai menembak tanpa mengambil harta korban, kata Erlanggan
mengindikasikan bahwa ini bukan perampokan. Erlangga menyebut, secara teoritis, kemungkinan yang ada adalah motif dendam, motif politik, atau aksi teroris.

Dari berbagai kemungkinan itu, lantas bisa dikerucutkan lagi berdasar latar belakang korban. “Kalau motif politik, apa korban politisi? Kalau teroris, apa mungkin karena korban adalah bos ikan. Jadi, kemungkinan besar motif dendam,” ujar Erlangga Masdiana, kemarin (30/3).

Lantaran kemungkinan besar motif dendam, maka kemungkinan besar pula, pelakunya adalah orang suruhan. Hanya saja, kata Erlangga, pelakunya bukanlah profesional kriminal, tapi amatir criminal.

Menurut Erlangga, jika pelakunya profesional, maka cara eksekusinya bisa akurat, tidak memerlukan beberapa kali tembakan. “Karena ada ditemukan banyak selongsong peluru, berarti pelakunya amatir kriminal,” terangnya.
Yakin polisi bisa cepat menemukan pelakunya? Erlangga menjawab yakin. Dia katakan, aparat kepolisian yang membidangi aksi kriminalitas, sudah dibekali ilmu menelisik kejahatan seperti itu. “Kumpulkan bukti, lantas mendeteksi latar belakang motif, pasti ketemu,” ucapnya.

Adrianus Meliala, yang juga kriminolog dari UI mengaku, modus kejahatan itu jelas bukan perampokan. Memang, katanya, perampok juga banyak yang menggunakan senjata api dan main tembak untuk melumpuhkan korban. Prinsip kerja perampok, lanjutnya, cepat masuk ke sasaran dan cepat keluar dari sasaran dengan membawa hasil rampokan. Untuk menunjang kecepatan masuk dan keluar ini, kerap kali penggunaan senjata api diterapkan agar korban langsung tidak berkutik.Karenanya, menurut Adrianus, tatkala pelaku kabur dengan cepat tanpa menjarah harta, maka itu bukan kejahatan jenis perampokan.

Saat ditanya kemungkinan aksi ini merupakan pengalihan isu agar Kapolda Sumut yang baru tidak mengendus perjudian, Adrianus tidak mau berspekulasi. “Saya tidak mau berspekulasi mengenai hal-hal seperti itu,” kilahnya.
Hal senada juga diungkapkan Nursaini Simanjuntak, Krimonologi dari Fakultas Hukum Universitas Muhammidayah Sumatera Utara. Menurutnya, motif penembakanbukan perampokan tetapi ada motif yang lain seperti persaingan bisnis.

“Saya amati dari berita dari media peristiwa penembakan itu hanya ditargetkan menewaskan Suwito dan istrinya. Sementara barang yang dimiliki korban tidak ada yang hilang, kemudian saya melihat latar belakang pekerjaan korban merupakan pengusaha ikan dan garam,” ujar Nursaini Simanjuntak
Pakar Psikolog, Antis Naibaho MPSi mengungkapkan bila seorang anak melihat kejadian kekerasan yang terjadi pada orangtuanya di depan matanya sendiri bisa menyebabkan si anak mengalami tartik yang mana si anak bisa tertekan dan ketakutan, menjadikan ia manusia yang lemah dan tidak punya keberanian. Jadi upaya yang dilakukan terhadap si anak diperlukan bimbingan dari inang pengasuh yang melekat atau orang yang terdekat dengannya. “Mendidiknya dengan penuh kelembutan agar tidak terbebani. Ia perlu kasih sayang melekat sama seperti yang didapatkannya dari orangtuanya karena ia masih anak-anak,” katanya.

Pengamat Hukum Kota Medan, Nuriyono SH menilai ini menjadi tugas berat bagi aparat penegak hukum yakni, jajaran Poldasu untuk segera mengungkapnya.

“Ini menjadai tugas atau pekerjaan rumah (PR) besar bagi Kapolda Sumut yang baru. Apalagi, kasus-kasus yang sama di Medan belum terungkap,” katanya.

Lebih lanjut Nuriyono menyatakan, kesan yang berkembang selama ini hanyalah sebuah publikasi yang bersifat kamuflase belaka.

“Keberhasilan-keberhasilan yang selama ini terekspos di media, terkesan kamuflase. Polisi sering mengaitkan jika ada tertangkapnya oknum perampok bersenpi atau sejenisnya, selalu dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lainnya yang belum terungkap. Ini adalah bentuk ketidakmampuan dari polisi itu sendiri,” terangnya.
Dengan kondisi ini, memang diakui, tingkat kejahatan berkurang. Namun, kualitas kejahatan semakin meningkat. “Selama ini, polisi tidak mampu menangkap kelompok atau oknum yang eksis dengan persoalan kejahatan bersenjata. Itu sama artinya, polisi belum mampu menjangkau eksistensi itu. Ini juga bentuk Sumber Daya Manusia (SDM) kepolisian di Sumut juga belum baik,” tuturnya.

Terlepas dari itu, pria yang juga sebagai Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan ini menyatakan, satu jalan yang harus dilakukan oleh kepolisian di Sumut adalah sesegera mungkin, mengungkap siapa pelaku pembunuhan tersebut.(sam/ari/mag-7)

Gudang Sering Didatangi Aparat

Kematian Suwito alias Awie (36) dan istrinya Dora Halim (32), tak mempengaruhi aktivitas usahanya. Pantauan wartawan koran ini yang menelusuri gudang ikan milik korban di Gabion Belawan situasi di gudang di komplek Gabion Belawan terlihat biasa saja.

Aktivitas pembongkaran dan penjualan ikan tampak berjalan lancar. Namun, orang-orang yang berada di gudang tersebut enggan berbicara terlalu banyak terkait kejadian tersebut. Mereka memilih untuk diam dan sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Polisi dari Polres Pelabuhan Belawan dan Polda Sumut tampak mendatangi gudang tersebut untuk mengecek lokasi gudang. Usai melihat lokasi selanjutnya polisi meninggalkan lokasi.

Ada sekitar 3 orang personel kepolisian yang datang ke gudang tersebut. Satu polisi memakai atribut lengkap dan dua orang memakai baju hitam putih. Menurut, seorang pekerja gudang tersebut bernama Gudang Putra Belawan Perkasa (PBP) milik orangtua korban bernama Sarwo, namun Suwito alias Awie yang mengelolanya. Sayangnya, Sarwo tidak berada di tempat.

Seorang pekerja mengatakan bahwa dirinya dan pekerja yang lain terkejut dengan kejadian tersebut. “Kami di sini tahu kabar tersebut dari pengawas kami yang bermarga Hasibuan yang memberitahu bahwasa Awie meninggal dunia,”ujarnya.

Dia menjelaskan, akibat kejadian tersebut aktivitas di gudang sempat terganggu sebentar karena pekerja cerita soal kematian bosnya, namun tidak berselang lama aktivitas kembali normal. “Sempat terganggu karena pekerja bingung, apakah hari ini libur atau tidak, namun pengawas mengarahkan agar kami tetap bekerja dan jangan khawatir,”tambahnya.

Untuk jumlah pekerja di gudang tersebut sekitar 50 orang. “Kira-kira pekerja di sini berjumlah 50 orang, ada bagian melaut, bagian pembongkaran ikan, dan juga pemasaran,”jelasnya.

Gudang itu mempunyai jumlah kapal untuk menangkap ikan sekitar 20 unit. “Cukup banyak kapal di sini bang, sekitar 20 unit kapal lah, itu pun jenisnya berbeda-beda, ada pukat teri, pukat layang dan juga pukat katrol,”tambahnya.
Sedangkan, untuk hasil tangkapan di gudang itu per harinya bisa menghasilkan ikan sekitar 100 ton. “100 ton per harinya di distribusikan kepada para pedagang, namun tak tentu juga, kalau cuaca bagus hasil tangkapan banyak, namun kalau cuaca buruk hasil tangkapan sedikit, kalau pendapatan kemungkinan bisa ratusan juta rupiah lah bang, tetapi ikan di sini tidak ada yang diimpor keluar negeri,” jelasnya.

Menurut sumber di gudang itu, Suwito alias Awie ditugaskan ayahnya untuk menjaga dan mengawasi gudang tersebut. Awie  setiap hari datang ke gudang itu untuk mengawasi para pekerja. “Setiap hari Awie datang kemari, kadang sama istrinya juga,”ujarnya.

Saat ditanya keseharian Awie, dia menjawab bahwa Awie orangnya lumayan baik namun Awie sendiri jarang berbicara kepada pekerja. “Awie cuma berbicara kepada pedagang yang membeli ikan di sini kalau sama pekerja di sini jarang berbicara, biasalah namanya juga toke,” tambahnya.

Apakah gudang tersebut pernah mempunyai masalah atau ada seseorang yang dendam sama Awie? Dia mengaku tidak tahu menahu soal tersebut. “Kalau ditanya itu saya tidak tahu, namun Awie dekat sama orang dinas perikanan, dia sering bergaul sama orang itu,”katanya.

Lebih lanjut sumber itu mengatakan, selama ini banyak oknum aparat datang ke gudang itu untuk meminta uang. “Mereka datang tiap bulan untuk meminta uang,” kata sumber yang minta namanya jangan situlis. (mag-11)

Motif Dendam, Pelaku Amatir

Kasus penembakan terhadap sepasang suami istri pengusaha ikan dan garam cap Golven, Suwito (36) dan Dora Halim (32), kemungkinan besar bermotif dendam.

Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI), Erlangga Masdiana juga menduga, pelakunya merupakan orang suruhan, namun tidak profesional.

Dari modus kejahatan, dimana pelaku langsung kabur usai menembak tanpa mengambil harta korban, kata Erlanggan
mengindikasikan bahwa ini bukan perampokan. Erlangga menyebut, secara teoritis, kemungkinan yang ada adalah motif dendam, motif politik, atau aksi teroris.

Dari berbagai kemungkinan itu, lantas bisa dikerucutkan lagi berdasar latar belakang korban. “Kalau motif politik, apa korban politisi? Kalau teroris, apa mungkin karena korban adalah bos ikan. Jadi, kemungkinan besar motif dendam,” ujar Erlangga Masdiana, kemarin (30/3).

Lantaran kemungkinan besar motif dendam, maka kemungkinan besar pula, pelakunya adalah orang suruhan. Hanya saja, kata Erlangga, pelakunya bukanlah profesional kriminal, tapi amatir criminal.

Menurut Erlangga, jika pelakunya profesional, maka cara eksekusinya bisa akurat, tidak memerlukan beberapa kali tembakan. “Karena ada ditemukan banyak selongsong peluru, berarti pelakunya amatir kriminal,” terangnya.
Yakin polisi bisa cepat menemukan pelakunya? Erlangga menjawab yakin. Dia katakan, aparat kepolisian yang membidangi aksi kriminalitas, sudah dibekali ilmu menelisik kejahatan seperti itu. “Kumpulkan bukti, lantas mendeteksi latar belakang motif, pasti ketemu,” ucapnya.

Adrianus Meliala, yang juga kriminolog dari UI mengaku, modus kejahatan itu jelas bukan perampokan. Memang, katanya, perampok juga banyak yang menggunakan senjata api dan main tembak untuk melumpuhkan korban. Prinsip kerja perampok, lanjutnya, cepat masuk ke sasaran dan cepat keluar dari sasaran dengan membawa hasil rampokan. Untuk menunjang kecepatan masuk dan keluar ini, kerap kali penggunaan senjata api diterapkan agar korban langsung tidak berkutik.Karenanya, menurut Adrianus, tatkala pelaku kabur dengan cepat tanpa menjarah harta, maka itu bukan kejahatan jenis perampokan.

Saat ditanya kemungkinan aksi ini merupakan pengalihan isu agar Kapolda Sumut yang baru tidak mengendus perjudian, Adrianus tidak mau berspekulasi. “Saya tidak mau berspekulasi mengenai hal-hal seperti itu,” kilahnya.
Hal senada juga diungkapkan Nursaini Simanjuntak, Krimonologi dari Fakultas Hukum Universitas Muhammidayah Sumatera Utara. Menurutnya, motif penembakanbukan perampokan tetapi ada motif yang lain seperti persaingan bisnis.

“Saya amati dari berita dari media peristiwa penembakan itu hanya ditargetkan menewaskan Suwito dan istrinya. Sementara barang yang dimiliki korban tidak ada yang hilang, kemudian saya melihat latar belakang pekerjaan korban merupakan pengusaha ikan dan garam,” ujar Nursaini Simanjuntak
Pakar Psikolog, Antis Naibaho MPSi mengungkapkan bila seorang anak melihat kejadian kekerasan yang terjadi pada orangtuanya di depan matanya sendiri bisa menyebabkan si anak mengalami tartik yang mana si anak bisa tertekan dan ketakutan, menjadikan ia manusia yang lemah dan tidak punya keberanian. Jadi upaya yang dilakukan terhadap si anak diperlukan bimbingan dari inang pengasuh yang melekat atau orang yang terdekat dengannya. “Mendidiknya dengan penuh kelembutan agar tidak terbebani. Ia perlu kasih sayang melekat sama seperti yang didapatkannya dari orangtuanya karena ia masih anak-anak,” katanya.

Pengamat Hukum Kota Medan, Nuriyono SH menilai ini menjadi tugas berat bagi aparat penegak hukum yakni, jajaran Poldasu untuk segera mengungkapnya.

“Ini menjadai tugas atau pekerjaan rumah (PR) besar bagi Kapolda Sumut yang baru. Apalagi, kasus-kasus yang sama di Medan belum terungkap,” katanya.

Lebih lanjut Nuriyono menyatakan, kesan yang berkembang selama ini hanyalah sebuah publikasi yang bersifat kamuflase belaka.

“Keberhasilan-keberhasilan yang selama ini terekspos di media, terkesan kamuflase. Polisi sering mengaitkan jika ada tertangkapnya oknum perampok bersenpi atau sejenisnya, selalu dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lainnya yang belum terungkap. Ini adalah bentuk ketidakmampuan dari polisi itu sendiri,” terangnya.
Dengan kondisi ini, memang diakui, tingkat kejahatan berkurang. Namun, kualitas kejahatan semakin meningkat. “Selama ini, polisi tidak mampu menangkap kelompok atau oknum yang eksis dengan persoalan kejahatan bersenjata. Itu sama artinya, polisi belum mampu menjangkau eksistensi itu. Ini juga bentuk Sumber Daya Manusia (SDM) kepolisian di Sumut juga belum baik,” tuturnya.

Terlepas dari itu, pria yang juga sebagai Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan ini menyatakan, satu jalan yang harus dilakukan oleh kepolisian di Sumut adalah sesegera mungkin, mengungkap siapa pelaku pembunuhan tersebut.(sam/ari/mag-7)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/