MEDAN, SUMUTPOS.CO – Menjelang keberangkatan ke Tanah Suci, empat calon jamaah haji (CJH) asal Pematangsiantar dan Kota Medan belum mendapatkan visa haji. Akibatnya, keberangkatan keempat CJH tersebut tertunda. Rencananya, keempat jamaah tersebut akan diberangkatkan ke Tanah Suci bersama Kloter 9.
Adapun keempat jamaah yang tertunda keberangkatannya tersebut yakni, Kadiyah Kadiran Kasnin (82) manifes 016, Abdul Latif Rambe (65) manifes 028, Tumi Kemin Saekam (67) manifes 064, ketiganya jamaah asal Pematangsiantar. Serta Delita Wati Muhammad Nasir (80) manifes 267, warga Medan. Kepala Bidang (Kabid) Dokumen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Medan Subagyo mengatakan, ada lima orang CJH tertunda berangkatnya pada kloter 7, namun hanya 4 orang yang terkendala visa yang belum keluar. “Setelah kita telusuri ke pusat, ternyata kendala yang dialami keempat jamaah tersebut, dikarenakan belum melakukan rekam biometrik untuk proses penerbitan visa,” kata Subagyo kepada wartawan, Selasa (30/5).
PPIH Embarkasi Medan mengaku sudah melakukan pengurusan visa ulang bagi jamaah yang tertunda keberangkatan tersebut. Subagyo menambahkan, selain 4 jamaah tertunda berangkat ke Tanah Suci, ada juga dua jamaah dari kloter 7 batal berangkat ke Tanah Suci dikarenakan sakit sebelum masuk ke Asrama Haji Medan.
Kedua jamaah yang batal berangkat ini yakni atas nama Subrata Nata Lumbantobing dengan nomor manifes 062 dan Paenah Pai Abdullah dengan nomor manifes 242. “Keduanya asal Kota Medan, jadi mereka sakit sebelum masuk asrama,” tukasnya.
Sementara itu, seorang jamaah haji yang tertunda keberangkatannya asal Kota Pematangsiantar, Abdul Latif Rambe mengatakan, dirinya sudah menjalani proses pemberangkatan haji sepenuhnya. Ia juga mengaku tidak tahu pasti penyebab ditundanya keberangkatannya dan mengapa visanya belum selesai.
Latif kini hanya dapat berserah diri kepada Allah SWT untuk mengizinkannya berangkat ke tanah suci yang telah diimpikannya selama 11 tahun menunggu. “Harapan saya kepada Allah saja, saya berserah diri. Apa saya masih berdosa,” ucapnya.
Latif berangkat bersama anak dan menantunya dalam rombongan kloter VII, namun hanya dirinya yang belum selesai visanya. Sementara anak dan menantunya sudah selesai dan sudah berangkat ke Tanah Suci. “Namun cuma saya yang masih tertunda keberangkatannya. Saya berdoa semoga jalan saya menuju tanah suci dilancarkan ama Allah,” harap Latif.
Hingga saat ini, para jamaah yang tertunda keberangkatannya hanya bisa menunggu di Asrama Haji Embarkasi Medan hingga mendapatkan visa mereka. Adapun jamaah haji yang tetunda karena tidak keluarnya visa berasal dari Kota Pematangsiantar sebanyak 3 orang dan 1 orang lainnya dari Kota Medan.
Dari data penerbangan kloter 7 diketahui berjumlah 353 jamaah dan petugas haji yang diberangkatkan dengan rincian 192 orang jamaah asal Medan, 154 jamaah asal Pematangsiantar, dan 7 orang petugas haji.
Sementara, satu jamaah tertunda kloter 1 asal Kebupaten Mandailing Natal (Madina) atas nama Rohani Mad Nusin binti Mad Nusin alamat Manambin, manifes 062 belum juga diberangkatkan ke Tanah Suci. Pasalnya, yang bersangkutan hingga kini masih di daerah asalnya karena faktor kesehatan. “Jamaah itu masih di kampungnya karna sakit stroke. Kalau bisa nanti akan diberangkatkan pada kloter selanjutnya asal Madina,” tandasnya.
Sebelumnya, Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Kemenag Saiful Mujab menjelaskan, tahun ini Arab Saudi mengeluarkan prosedur baru dalam penerbitan visa haji, yaitu dimulai dengan input data biometrik jamaah terlebih dahulu. Data biometrik yang sukses diinput menjadi dasar penerbitan visa. “Karena sistem Arab Saudi dengan biovisa ini nggak bisa dimonitor,” tuturnya.
Tim di Kemenag tidak bisa melihat secara detail jamaah yang belum komplet data biometrik pengajuan visanya. Kemenag hanya mendapatkan informasi angka. “(Sistem baru, Red) ini yang kadang agak merepotkan,” ungkap Saiful.
Pasalnya, ketika pada proses request visa, baru muncul informasi ternyata data biometrik jamaah yang bersangkutan belum berhasil. Sehingga harus dibongkar pasang kembali pengaturan kloternya. Meski begitu, secara umum, jelas Saiful, proses penerbitan visa hingga pemberangkatan jamaah berjalan dengan lancar.
Perbanyak Toilet di Arafah
Pemerintah Arab Saudi berupaya meningkatkan layanan haji. Tahun ini mereka menambah jumlah toilet atau kamar mandi di Arafah. Meskipun jamaah hanya satu sampai dua hari berada di Arafah, keberadaan toilet sangat krusial.
Pengecekan langsung layanan jamaah haji di Arafah dipimpin langsung Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag Subhan Cholid. Dia mengatakan wukuf di Arafah masih cukup lama. Tetapi secara berkala pemerintah mengecek kesiapan layanan jamaah di Arafah.
Subhan menuturkan, ada beberapa layanan jamaah di Arafah. Yaitu tenda dilengkapi kasur, AC, dan lampu penerangan. Kemudian juga dibangun dapur untuk pemenuhan katering serta toilet. Dia menjelaskan progres penyiapan layanan haji di Arafah sudah jauh lebih baik dibandingkan saat peninjauan 26 Mei lalu. “Penyiapan dapur sudah. Konsumsi terus dikebut. Kamar mandi di setiap maktab juga akan ditambah 10 pintu,” tuturnya.
Dia mengatakan, jumlah tenda dalam satu maktab berbeda-beda, menyesuaikan kontur tanahnya. Dalam satu maktab, rata-rata dihuni sekitar 3.000 jamaah haji. Pada musim haji 2023 ini, jamaah haji Indonesia ditempatkan dalam 70 maktab. Pada kondisi sebelumnya, dalam satu maktab dilengkapi 40 toilet dan 10 keran air untuk berwudhu. Dengan penambahan 10 toilet itu, diharapkan bisa memperpendek antrian jamaah. “Tambahan 10 toilet itu perinciannya adalah delapan toilet duduk dan dua toilet jongkok,” jelasnya.
Subhan mengatakan, Menag Yaqut Cholil Qoumas menaruh perhatian terhadap layanan haji. Termasuk layanan kamar mandi atau toilet di Arafah. Dengan layanan yang lebih nyaman, diharapkan jamaah bisa fokus berdoa dan beribadah saat wukuf.
Untuk kesiapan tenda, Subhan menuturkan sekitar 90 persen sudah terpasang. Dia menuturkan sebelum dipasangi tenda, tanah harus dipadatkan dahulu. Baru tenda bisa dibangun. Kemudian setiap tenda juga dilengkapi kasur. Dia berharap pada 6 Dzulhijjah seluruh layanan jamaah di Arafah sudah siap 100 persen. Pasalnya jamaah mulai masuk Arafah pada 8 Dzulhijjah dan meninggalkan Arafah pada 9 Dzulhijjah saat matahari terbenam.
Rute berikutnya jamaah menuju ke Muzdalifah untuk mabit atau bermalam sekaligus mencari batu. Lalu jamaah menuju ke Mina untuk menjalankan rangkaian melempar jumrah.
Sementara itu Juru Bicara Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Pusat Akhmad Fauzin menuturkan sebentar lagi jamaah dari Madinah diberangkatkan ke Makkah. Selama di Makkah, jamaah mendapatkan tiga kali makan setiap harinya. “Para jamaah harap dipastikan batas waktu konsumsinya,” katanya. Supaya menghindari makanan rusak atau basi.
Dia menjelaskan untuk sarapan, di dalam boks tertulis maksimal dimakan pukul 09.00 waktu setempat. Kemudian makan siang maksimal dikonsumsi pukul 16.00 waktu setempat. Lalu makan malam paling lambat disantap pada pukul 21.00 waktu setempat.
Fauzin menekankan menu yang disajikan menggunakan cita rasa nusantara. Diharapkan bisa mengobati kerinduan jamaah terhadap kampung halamannya. Gauzin juga mengingatkan cuaca di Makkah tidak kalah panas dengan di Madinah. Sehingga jamaah harus bisa menjaga kesehatan. (wan/jpg/man/adz)