31.7 C
Medan
Thursday, May 30, 2024

Lagu Kebangsaan Kepanjangan Didenda

Klub NBA dan DBL Indonesia Berbagi Ilmu

Pengelola basket Indonesia dan klub NBA bertukar ilmu. Itu sudah terjadi di Surabaya. Scott Freshour, manager entertainment Sacramento Kings, sempat sharing dengan PT DBL Indonesia sebelum pulang ke Amerika.

Sekitar sepuluh hari di Indonesia, Scott Freshour telah banyak berbagi ilmu di Indonesia. Dia mengunjungi beberapa sekolah peserta kompetisi basket pelajar terbesar, Honda Development Basketball League (DBL) 2011 di beberapa provinsi, sekaligus menjadi juri tamu Dance Competition di Jawa Timur.

Sebelum pulang ke Amerika Serikat Sabtu dini hari kemarin (30/7), Freshour sempat melakukan pertemuan khusus bersama seluruh personel PT DBL Indonesia, perusahaan basket yang mengelola Honda DBL sekaligus liga profesional National Basketball League (NBL) Indonesia.

Jumat petang lalu (29/7), di Graha Pena Surabaya, Freshour memberi evaluasi terhadap kinerja operasional even DBL Indonesia. Dia menjelaskan struktur dan cara kerja departemen entertainment klub NBA, sekaligus mendengar pula masukan-masukan dari DBL Indonesia.

Secara keseluruhan, dari apa yang dia lihat di Honda DBL 2011, Freshour menilai DBL Indonesia sudah luar biasa. “Secara keseluruhan saya memberi nilai A untuk DBL. Ada beberapa hal yang kalian lakukan sudah lebih baik daripada NBA sendiri, jadi kami pun harus belajar dari kalian,” pujinya. “Tapi, tentu ada hal-hal yang kita bisa terus perbaiki,” tambah pria 27 tahun itu.

Dalam hal evaluasi, Freshour –yang sudah sekitar delapan tahun bekerja di departemen entertainment Sacramento Kings— memberi DBL Indonesia nilai 46 dari maksimal 50 dari lima kategori. Terbaik dalam hal pregame show dan introduction, yaitu saat perkenalan pemain dan hiburan pemanasan.

“Video-video yang ditampilkan DBL mungkin lebih baik dari kebanyakan tim NBA,” kata Freshour.
Kelemahan utama ada pada hiburan pengisi dan kecepatan eksekusi saat time out atau jeda kuarter. Yaitu pada “masa-masa kosong” yang singkat di tengah-tengah pertandingan. Meski hanya beberapa detik, sering sekali program singkat itu melebihi batas waktu pertandingan yang semestinya.

“Kalau di NBA, kalau sampai presentasi hiburannya melebihi batas waktu, penyelenggara akan mendapatkan denda. Dan setiap tahun kami pasti pernah dapat denda,” ungkapnya. “Bahkan ketika menyanyikan lagu kebangsaan pun, kalau kelamaan dapat denda. Untung lagu kebangsaan (Amerika Serikat) tak lebih dari 90 detik,” tambah Freshour.

Azrul Ananda, direktur PT DBL Indonesia, menambahkan kalau program seperti ini akan terus dilanjutkan. “Misi kami adalah menyelenggarakan even-even sebaik mungkin. Bukan hanya seperti NBA sebagai benchmark, tapi kalau bisa lebih baik dari mereka. Selain terus mengirim personel ke luar negeri, kami akan terus berupaya mendatangkan orang-orang seperti Scott Freshour untuk mengembangkan kemampuan kru kami,” pungkasnya. (det/jpnn)

Klub NBA dan DBL Indonesia Berbagi Ilmu

Pengelola basket Indonesia dan klub NBA bertukar ilmu. Itu sudah terjadi di Surabaya. Scott Freshour, manager entertainment Sacramento Kings, sempat sharing dengan PT DBL Indonesia sebelum pulang ke Amerika.

Sekitar sepuluh hari di Indonesia, Scott Freshour telah banyak berbagi ilmu di Indonesia. Dia mengunjungi beberapa sekolah peserta kompetisi basket pelajar terbesar, Honda Development Basketball League (DBL) 2011 di beberapa provinsi, sekaligus menjadi juri tamu Dance Competition di Jawa Timur.

Sebelum pulang ke Amerika Serikat Sabtu dini hari kemarin (30/7), Freshour sempat melakukan pertemuan khusus bersama seluruh personel PT DBL Indonesia, perusahaan basket yang mengelola Honda DBL sekaligus liga profesional National Basketball League (NBL) Indonesia.

Jumat petang lalu (29/7), di Graha Pena Surabaya, Freshour memberi evaluasi terhadap kinerja operasional even DBL Indonesia. Dia menjelaskan struktur dan cara kerja departemen entertainment klub NBA, sekaligus mendengar pula masukan-masukan dari DBL Indonesia.

Secara keseluruhan, dari apa yang dia lihat di Honda DBL 2011, Freshour menilai DBL Indonesia sudah luar biasa. “Secara keseluruhan saya memberi nilai A untuk DBL. Ada beberapa hal yang kalian lakukan sudah lebih baik daripada NBA sendiri, jadi kami pun harus belajar dari kalian,” pujinya. “Tapi, tentu ada hal-hal yang kita bisa terus perbaiki,” tambah pria 27 tahun itu.

Dalam hal evaluasi, Freshour –yang sudah sekitar delapan tahun bekerja di departemen entertainment Sacramento Kings— memberi DBL Indonesia nilai 46 dari maksimal 50 dari lima kategori. Terbaik dalam hal pregame show dan introduction, yaitu saat perkenalan pemain dan hiburan pemanasan.

“Video-video yang ditampilkan DBL mungkin lebih baik dari kebanyakan tim NBA,” kata Freshour.
Kelemahan utama ada pada hiburan pengisi dan kecepatan eksekusi saat time out atau jeda kuarter. Yaitu pada “masa-masa kosong” yang singkat di tengah-tengah pertandingan. Meski hanya beberapa detik, sering sekali program singkat itu melebihi batas waktu pertandingan yang semestinya.

“Kalau di NBA, kalau sampai presentasi hiburannya melebihi batas waktu, penyelenggara akan mendapatkan denda. Dan setiap tahun kami pasti pernah dapat denda,” ungkapnya. “Bahkan ketika menyanyikan lagu kebangsaan pun, kalau kelamaan dapat denda. Untung lagu kebangsaan (Amerika Serikat) tak lebih dari 90 detik,” tambah Freshour.

Azrul Ananda, direktur PT DBL Indonesia, menambahkan kalau program seperti ini akan terus dilanjutkan. “Misi kami adalah menyelenggarakan even-even sebaik mungkin. Bukan hanya seperti NBA sebagai benchmark, tapi kalau bisa lebih baik dari mereka. Selain terus mengirim personel ke luar negeri, kami akan terus berupaya mendatangkan orang-orang seperti Scott Freshour untuk mengembangkan kemampuan kru kami,” pungkasnya. (det/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/