29.7 C
Medan
Monday, January 20, 2025

Pertarungan Massa Ideologis versus Massa Etnis

Pengalaman Raden Muhammad Syafii Cawagub 2008 (2-habis)

Secara umum Pilgubsu 2013 mendatang tak jauh berbeda dengan Pilgubsu sebelumnya atau pilkada-pilkada lainnya.

DIA yakin metode merebut hati pemilih masih akan tetap sama. Spanduk, baliho, poster akan menghiasi setiap sudut kota. Kandidat ceramah di masjid-masjid dan tempat-tempat lainnya, termasuk sosialisasi di media. Partai-partai politik juga berlomba membuka pendaftaran. “Partai yang tidak punya suara juga tak mau ketinggalan membuka pendaftaran,” cetusnya.
Meski demikian, sisi positifnya menurut Romo, aktivitas-aktivitas itu justru akan mengedukasi masyarakat pemilih. “Setiap Pilkada seringkali  terjadi   seperti itu,” tambahnya.

Romo menganalisis jika Pilgubsu 2013 punya kemiripan dengan Pilgub DKI Jakarta. “Di DKI pada putaran kedua, akan bertarung antara Jokowi dan Fauzi Bowo alias Foke. Di Pilgubsu ini, kandidat terkuat mungkin datang dari Gatot Pujo Nugroho dan Gus Irawan atau sebut saja G dan G,” ucapnya. Belakangan ini, lanjutnya, mulai muncul trik-trik menjatuhkan para lawan dengan berbagai cara. Romo meyakini jurus-jurus membunuh karakter seseorang itu boleh jadi akan menaikkan popularitas bajak calon yang akan dijatuhkan. Tapi dia juga tak membantah hal sebaliknya bisa terjadi “Kalau jargon, visi, dan misi itu kewajiban semua.

Nah, ada joke yang menyatakan ‘pilkada’ kalau sudah jadi nanti akan lupa tapi lain dengan ‘Pil KB’ setelah lupa malah jadi,’’ katanya bergurau. Serangan-serangan yang dilancarkan dan relatif bisa menjatuhkan kredibilitas lawan akan marak nantinya. Kendati demikian, Romo berpendapat, sejauh ini manuver politik para balon belum ada yang menonjol. “Belum ada yang istimewa, masih seperti biasa-biasa saja,” katanya.

Berbicara soal peluang ‘G versus G’, dikatakan dia patut dicermati  persaingannya. Gatot Pujo Nugroho sudat bulat didukung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), seperti yang dikemukakan Presiden PKS saat hadir di acara Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) PKS di Medan beberapa waktu lalu. Begitu pula Gus Irawan yang kemungkinan diusung Partai Golkar. ‘’Hanya saja koalisi ‘Syampurno’ yang mendukung Syamsul-Gatot di Pilgubsu 2008 silam, informasinya ada yang lari. Salah satunya Partai Bulan Bintang (PBB),’’ katanya.

Soal kemungkinan gus maju dari Partai Golkar, Romo melihat, kondisinya masih tersandung masalah internal di Golkar. Orang-orang Akbar Tanjung (AT) sudah banyak yang dibuang. ‘’AT pastinya ke Gus. Saya  dengar-dengar AT berpesan kepada Gus agar mencari pasangan dari etnis Jawa. Tapi tetap perkembangan politik ini masih dinamis sekali. Kecuali Gatot, semua balon belum punya perahu,” tukasnya.

Dalam perhelatan Pilgubsu 2013 nanti, Romo mengatakan, alur politik yang berjalan masih  menjurus pada politik-politik aliran, baik itu agama, suku, parpol dan sebagainya. Politik aliran yang mengarah kepada isu agama juga besar. Pada Pilgubsu 2008 silam memang sulit dimainkan karena kandidat yang bertarung mayoritas muslim. “Jadi tidak bisa dimobilisasi.

Contohnya di Pilwako Medan lalu saat pertarungan antara  Rahudman versus Sofyan Tan,” paparnya lagi. Untuk politik aliran partai di Pilgubsu 2008 silam, mobilisasi massa yang relatif tidak berkembang adalah pasangan nomor urut satu, yakni Ali Umri-Maratua Simanjuntak. Itu lantaran keduanya sama-sama kader Golkar.
‘’Pada Pilkada DKI saat ini seperti Foke-Nachrowi sama-sama dari Demokrat. Jadi massanya tidak berkembang,”  terangnya.

“Populasi etnis Jawa di Sumut mencapai 60 persen. Di luar itu ada nama-nama lain seperti AY Nasution, RE Nainggolan, Gus Irawan, Chairuman Harahap, dan Amri Tambunan. Meski ada kabar Demokrat masih pada kesepakatan mengutamakan kader yang mantan militer untuk maju di Pilgubsu,’’ dia menguatkan. (*)

Pengalaman Raden Muhammad Syafii Cawagub 2008 (2-habis)

Secara umum Pilgubsu 2013 mendatang tak jauh berbeda dengan Pilgubsu sebelumnya atau pilkada-pilkada lainnya.

DIA yakin metode merebut hati pemilih masih akan tetap sama. Spanduk, baliho, poster akan menghiasi setiap sudut kota. Kandidat ceramah di masjid-masjid dan tempat-tempat lainnya, termasuk sosialisasi di media. Partai-partai politik juga berlomba membuka pendaftaran. “Partai yang tidak punya suara juga tak mau ketinggalan membuka pendaftaran,” cetusnya.
Meski demikian, sisi positifnya menurut Romo, aktivitas-aktivitas itu justru akan mengedukasi masyarakat pemilih. “Setiap Pilkada seringkali  terjadi   seperti itu,” tambahnya.

Romo menganalisis jika Pilgubsu 2013 punya kemiripan dengan Pilgub DKI Jakarta. “Di DKI pada putaran kedua, akan bertarung antara Jokowi dan Fauzi Bowo alias Foke. Di Pilgubsu ini, kandidat terkuat mungkin datang dari Gatot Pujo Nugroho dan Gus Irawan atau sebut saja G dan G,” ucapnya. Belakangan ini, lanjutnya, mulai muncul trik-trik menjatuhkan para lawan dengan berbagai cara. Romo meyakini jurus-jurus membunuh karakter seseorang itu boleh jadi akan menaikkan popularitas bajak calon yang akan dijatuhkan. Tapi dia juga tak membantah hal sebaliknya bisa terjadi “Kalau jargon, visi, dan misi itu kewajiban semua.

Nah, ada joke yang menyatakan ‘pilkada’ kalau sudah jadi nanti akan lupa tapi lain dengan ‘Pil KB’ setelah lupa malah jadi,’’ katanya bergurau. Serangan-serangan yang dilancarkan dan relatif bisa menjatuhkan kredibilitas lawan akan marak nantinya. Kendati demikian, Romo berpendapat, sejauh ini manuver politik para balon belum ada yang menonjol. “Belum ada yang istimewa, masih seperti biasa-biasa saja,” katanya.

Berbicara soal peluang ‘G versus G’, dikatakan dia patut dicermati  persaingannya. Gatot Pujo Nugroho sudat bulat didukung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), seperti yang dikemukakan Presiden PKS saat hadir di acara Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) PKS di Medan beberapa waktu lalu. Begitu pula Gus Irawan yang kemungkinan diusung Partai Golkar. ‘’Hanya saja koalisi ‘Syampurno’ yang mendukung Syamsul-Gatot di Pilgubsu 2008 silam, informasinya ada yang lari. Salah satunya Partai Bulan Bintang (PBB),’’ katanya.

Soal kemungkinan gus maju dari Partai Golkar, Romo melihat, kondisinya masih tersandung masalah internal di Golkar. Orang-orang Akbar Tanjung (AT) sudah banyak yang dibuang. ‘’AT pastinya ke Gus. Saya  dengar-dengar AT berpesan kepada Gus agar mencari pasangan dari etnis Jawa. Tapi tetap perkembangan politik ini masih dinamis sekali. Kecuali Gatot, semua balon belum punya perahu,” tukasnya.

Dalam perhelatan Pilgubsu 2013 nanti, Romo mengatakan, alur politik yang berjalan masih  menjurus pada politik-politik aliran, baik itu agama, suku, parpol dan sebagainya. Politik aliran yang mengarah kepada isu agama juga besar. Pada Pilgubsu 2008 silam memang sulit dimainkan karena kandidat yang bertarung mayoritas muslim. “Jadi tidak bisa dimobilisasi.

Contohnya di Pilwako Medan lalu saat pertarungan antara  Rahudman versus Sofyan Tan,” paparnya lagi. Untuk politik aliran partai di Pilgubsu 2008 silam, mobilisasi massa yang relatif tidak berkembang adalah pasangan nomor urut satu, yakni Ali Umri-Maratua Simanjuntak. Itu lantaran keduanya sama-sama kader Golkar.
‘’Pada Pilkada DKI saat ini seperti Foke-Nachrowi sama-sama dari Demokrat. Jadi massanya tidak berkembang,”  terangnya.

“Populasi etnis Jawa di Sumut mencapai 60 persen. Di luar itu ada nama-nama lain seperti AY Nasution, RE Nainggolan, Gus Irawan, Chairuman Harahap, dan Amri Tambunan. Meski ada kabar Demokrat masih pada kesepakatan mengutamakan kader yang mantan militer untuk maju di Pilgubsu,’’ dia menguatkan. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/