28 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Dugaan Malapraktik RSU Muhammadiyah, Keluarga Minta Oknum Dokter Dipecat

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rumah Sakit Umum (RSU) Muhammadiyah hingga kini belum juga menentukan sikap, terkait pasien bernama Fathir Arif Siahaan, bocah berusia 2,7 tahun yang diduga meninggal dunia akibat korban malapraktik oknum dokter Unit Gawat Darurat (UGD) Pihak rumah sakit tersebut kembali meminta waktu kepada keluarga korban untuk memberi kepastian.

Paman Fathir, Jamil Zeb Tumori mengatakan, manajemen RSU Muhammadiyah memang belum ada memberi keputusan mengenai pertanggungjawaban mereka dalam permasalahan ini. Sebab, mereka meminta waktu kembali dan akan memutuskan dalam pertemuan lanjutan Kamis (1/8). “Tadi (kemarin, Red) saya mendapat kabar dari pihak rumah sakit, bahwasanya mereka memohon waktu pengunduran untuk mengambil keputusan besok (hari ini, Red) siang setelah ba’da zuhur,” ujar Jamil kepada Sumut Pos, Rabu (31/7).

Menurut Jamil, alasan pihak rumah sakit kali ini karena mereka baru melakukan pertemuan dengan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Pertemuan tersebut, katanya, terkait bagaimana langkah-langkah yang akan ditentukan.

“Kami pada intinya tetap dengan keputusan awal yaitu menuntut pertanggungjawaban pihak rumah sakit. Untuk itu, kami siap menempuh jalur hukum karena keluarga kami mendapat perlakuan yang tidak adil hingga menyebabkan keponakan kami meninggal dunia,” tegas Jamil yang juga Wakil Ketua DPRD Kota Sibolga ini.

Tak hanya itu, lanjutnya, pihak keluarga juga menuntut agar dua oknum dokter yang menangani Fathir diberi sanksi tegas. Kabarnya, kedua oknum dokter itu baru setahun bekerja di sana. “Kita meminta juga diberi tindakan disiplin kepada kedua oknum dokter yang bersangkutan, bahkan diberhentikan. Jangan sampai jatuh korban lagi berikutnya, dan jangan main-main dengan nyawa manusia,” tegasnya.

Senada disampaikan ayah Fathir, Arifin Siahaan, pihak rumah sakit harus bertanggungjawab atas perbuatan oknum dokternya. “Mereka harus mengakui kesalahan yang telah diperbuat hingga anak saya meninggal dunia. Padahal, ketika itu saya sudah mendesak agar Fathir diopname tetapi tidak juga dilakukan oleh dokter yang merawatnya,” ucap Arifin sembari berharap agar kejadian yang dialami anaknya tidak terulang kembali di RSU Muhammadiyah.

Sementara, Humas RSU Muhammadiyah, Ibrahim Nainggolan mengakui pihaknya meminta waktu lagi untuk menentukan keputusan dalam masalah ini. Alasannya, persoalan ini perlu dibahas dengan pimpinan UMSU. “Rencananya begitu pertemuan pada Kamis siang (1/8), karena harus bertemu dengan pimpinan UMSU untuk menyampaikan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Mohon maaf atas ketidaknyaman,” katanya singkat.

Sementara itu, anggota Komisi II DPRD Kota Medan, Irsal Fikri sangat menyayangkan adanya ulah oknum dokter yang mengabaikan keselamatan nyawa pasien. Apalagi, korbannya merupakan anak yang masih berusia 2,7 tahun.

“Kita minta kepada IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Medan untuk turun tangan melakukan penelusuran terhadap oknum dokter yang diduga melakukan malapraktik di RSU Muhammadiyah. Selain itu, melakukan pemanggilan untuk meminta keterangan seperti apa kejadiannya,” ujar Irsal, kemarin.

Menurut Irsal, apapun ceritanya ketika ada pasien datang ke rumah sakit apalagi dalam kondisi luka bakar yang lumayan parah, maka semestinya sudah tahu langkah yang diambil. Ditambah lagi, keluarga pasien sudah mendesak untuk diopname. Jadi, bukan sekadar ditangani begitu saja dan diberi resep obat, lalu disuruh pulang untuk rawat jalan.

“Pihak rumah sakit harus bertanggung jawab dan segera mengambil tindakan terhadap oknum dokter yang bersangkutan. Jangan dianggap permasalahan ini biasa, karena ini menyangkut nyawa orang lain yang sudah meninggal. Kemudian, jangan sampai nama baik RSU Muhammadiyah tercoreng menjadi buruk akibat ulah oknum dokter yang tidak bertanggung jawab,” tegas Irsal.

Ia menyarankan kepada pihak keluarga untuk melaporkan persoalan ini ke Komisi II DPRD Medan untuk melakukan rapat dengar pendapat apabila belum ada solusinya. Tak hanya itu, bisa juga melaporkan oknum dokternya ke pihak berwajib dan IDI (Medan) untuk menindaklanjutinya.

Diketahui, bocah yang tinggal di Jalan Cicak Rawa III/Tangguk Bongkar 1 Perumnas Mandala, Medan Denai, meninggal dunia diduga akibat korban malapraktik oknum dokter UGD RSU Muhammadiyah. Bocah itu mengalami luka bakar sekitar 60 persen di tubuhnya, tetapi hanya dikasih resep obat oleh oknum dokter rumah sakit yang berada di Jalan Mandala By Pass.

Semula, Fathir yang mengalami luka bakar di bagian leher, dada, perut, punggung, tangan dan paha kanan dilarikan keluarga korban ke rumah sakit tersebut pada Kamis (25/7) siang sekitar pukul 11.00 WIB. Luka bakar itu akibat terkena kuah panas gulai sayur daun ubi, sewaktu bermain di rumah neneknya, tak jauh dari tempat tinggalnya.

Saat di UGD RSU Muhammadiyah, Fathir langsung dibawa ke salah satu ruangan dan diberikan pertolongan oleh dokter yang menanganinya yaitu dokter Fitriyani dan Dokter Hendra. Selanjutnya, orangtua korban meminta kepada dokter tersebut agar diopname karena melihat kondisi luka bakarnya lumayan parah. Akan tetapi, dokter malah menyarankan untuk pulang atau dirawat di rumah.

Karena merasa yakin dengan perkataan dokter, pihak keluarga kemudian membawa Fathir pulang ke rumah. Namun, tetap resah dan khawatir karena bocah tersebut terus-terusan menangis sembari teriak merintih kesakitan. Tak mau ambil risiko, orangtua korban ketika hendak berangkat kerja pada Jumat (26/7) pagi menyempatkan datang ke rumah sakit tersebut dan bertemu dokter Hendra yang menangani anaknya. Namun lagi-lagi ketika diminta supaya diopname, dokter itu menyarankan dirawat di rumah saja.

Singkat cerita, siang harinya ayah korban memutuskan membawa Fathir ke RSU Haji Medan. Sesampai di rumah sakit itu, langsung ditangani dan diperban. Tapi, dokter yang menanganinya terkejut dan marah-marah karena korban tak dilakukan opname di rumah sakit sebelumnya. Setelah sempat ditangani serius, Allah berkehendak lain. Ternyata, anak ketiga dari empat bersaudara itu menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 19.30 WIB karena dehidrasi atau kekurangan cairan. (ris/ila)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rumah Sakit Umum (RSU) Muhammadiyah hingga kini belum juga menentukan sikap, terkait pasien bernama Fathir Arif Siahaan, bocah berusia 2,7 tahun yang diduga meninggal dunia akibat korban malapraktik oknum dokter Unit Gawat Darurat (UGD) Pihak rumah sakit tersebut kembali meminta waktu kepada keluarga korban untuk memberi kepastian.

Paman Fathir, Jamil Zeb Tumori mengatakan, manajemen RSU Muhammadiyah memang belum ada memberi keputusan mengenai pertanggungjawaban mereka dalam permasalahan ini. Sebab, mereka meminta waktu kembali dan akan memutuskan dalam pertemuan lanjutan Kamis (1/8). “Tadi (kemarin, Red) saya mendapat kabar dari pihak rumah sakit, bahwasanya mereka memohon waktu pengunduran untuk mengambil keputusan besok (hari ini, Red) siang setelah ba’da zuhur,” ujar Jamil kepada Sumut Pos, Rabu (31/7).

Menurut Jamil, alasan pihak rumah sakit kali ini karena mereka baru melakukan pertemuan dengan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Pertemuan tersebut, katanya, terkait bagaimana langkah-langkah yang akan ditentukan.

“Kami pada intinya tetap dengan keputusan awal yaitu menuntut pertanggungjawaban pihak rumah sakit. Untuk itu, kami siap menempuh jalur hukum karena keluarga kami mendapat perlakuan yang tidak adil hingga menyebabkan keponakan kami meninggal dunia,” tegas Jamil yang juga Wakil Ketua DPRD Kota Sibolga ini.

Tak hanya itu, lanjutnya, pihak keluarga juga menuntut agar dua oknum dokter yang menangani Fathir diberi sanksi tegas. Kabarnya, kedua oknum dokter itu baru setahun bekerja di sana. “Kita meminta juga diberi tindakan disiplin kepada kedua oknum dokter yang bersangkutan, bahkan diberhentikan. Jangan sampai jatuh korban lagi berikutnya, dan jangan main-main dengan nyawa manusia,” tegasnya.

Senada disampaikan ayah Fathir, Arifin Siahaan, pihak rumah sakit harus bertanggungjawab atas perbuatan oknum dokternya. “Mereka harus mengakui kesalahan yang telah diperbuat hingga anak saya meninggal dunia. Padahal, ketika itu saya sudah mendesak agar Fathir diopname tetapi tidak juga dilakukan oleh dokter yang merawatnya,” ucap Arifin sembari berharap agar kejadian yang dialami anaknya tidak terulang kembali di RSU Muhammadiyah.

Sementara, Humas RSU Muhammadiyah, Ibrahim Nainggolan mengakui pihaknya meminta waktu lagi untuk menentukan keputusan dalam masalah ini. Alasannya, persoalan ini perlu dibahas dengan pimpinan UMSU. “Rencananya begitu pertemuan pada Kamis siang (1/8), karena harus bertemu dengan pimpinan UMSU untuk menyampaikan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Mohon maaf atas ketidaknyaman,” katanya singkat.

Sementara itu, anggota Komisi II DPRD Kota Medan, Irsal Fikri sangat menyayangkan adanya ulah oknum dokter yang mengabaikan keselamatan nyawa pasien. Apalagi, korbannya merupakan anak yang masih berusia 2,7 tahun.

“Kita minta kepada IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Medan untuk turun tangan melakukan penelusuran terhadap oknum dokter yang diduga melakukan malapraktik di RSU Muhammadiyah. Selain itu, melakukan pemanggilan untuk meminta keterangan seperti apa kejadiannya,” ujar Irsal, kemarin.

Menurut Irsal, apapun ceritanya ketika ada pasien datang ke rumah sakit apalagi dalam kondisi luka bakar yang lumayan parah, maka semestinya sudah tahu langkah yang diambil. Ditambah lagi, keluarga pasien sudah mendesak untuk diopname. Jadi, bukan sekadar ditangani begitu saja dan diberi resep obat, lalu disuruh pulang untuk rawat jalan.

“Pihak rumah sakit harus bertanggung jawab dan segera mengambil tindakan terhadap oknum dokter yang bersangkutan. Jangan dianggap permasalahan ini biasa, karena ini menyangkut nyawa orang lain yang sudah meninggal. Kemudian, jangan sampai nama baik RSU Muhammadiyah tercoreng menjadi buruk akibat ulah oknum dokter yang tidak bertanggung jawab,” tegas Irsal.

Ia menyarankan kepada pihak keluarga untuk melaporkan persoalan ini ke Komisi II DPRD Medan untuk melakukan rapat dengar pendapat apabila belum ada solusinya. Tak hanya itu, bisa juga melaporkan oknum dokternya ke pihak berwajib dan IDI (Medan) untuk menindaklanjutinya.

Diketahui, bocah yang tinggal di Jalan Cicak Rawa III/Tangguk Bongkar 1 Perumnas Mandala, Medan Denai, meninggal dunia diduga akibat korban malapraktik oknum dokter UGD RSU Muhammadiyah. Bocah itu mengalami luka bakar sekitar 60 persen di tubuhnya, tetapi hanya dikasih resep obat oleh oknum dokter rumah sakit yang berada di Jalan Mandala By Pass.

Semula, Fathir yang mengalami luka bakar di bagian leher, dada, perut, punggung, tangan dan paha kanan dilarikan keluarga korban ke rumah sakit tersebut pada Kamis (25/7) siang sekitar pukul 11.00 WIB. Luka bakar itu akibat terkena kuah panas gulai sayur daun ubi, sewaktu bermain di rumah neneknya, tak jauh dari tempat tinggalnya.

Saat di UGD RSU Muhammadiyah, Fathir langsung dibawa ke salah satu ruangan dan diberikan pertolongan oleh dokter yang menanganinya yaitu dokter Fitriyani dan Dokter Hendra. Selanjutnya, orangtua korban meminta kepada dokter tersebut agar diopname karena melihat kondisi luka bakarnya lumayan parah. Akan tetapi, dokter malah menyarankan untuk pulang atau dirawat di rumah.

Karena merasa yakin dengan perkataan dokter, pihak keluarga kemudian membawa Fathir pulang ke rumah. Namun, tetap resah dan khawatir karena bocah tersebut terus-terusan menangis sembari teriak merintih kesakitan. Tak mau ambil risiko, orangtua korban ketika hendak berangkat kerja pada Jumat (26/7) pagi menyempatkan datang ke rumah sakit tersebut dan bertemu dokter Hendra yang menangani anaknya. Namun lagi-lagi ketika diminta supaya diopname, dokter itu menyarankan dirawat di rumah saja.

Singkat cerita, siang harinya ayah korban memutuskan membawa Fathir ke RSU Haji Medan. Sesampai di rumah sakit itu, langsung ditangani dan diperban. Tapi, dokter yang menanganinya terkejut dan marah-marah karena korban tak dilakukan opname di rumah sakit sebelumnya. Setelah sempat ditangani serius, Allah berkehendak lain. Ternyata, anak ketiga dari empat bersaudara itu menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 19.30 WIB karena dehidrasi atau kekurangan cairan. (ris/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/