Dijelaskan Imam, hingga kini sudah 9 kloter diberangkatkan ke Tanah Suci atau sekitar 3.400 calhaj sudah berada di sana. Sementara visa yang belum selesai dan sedang diproses di Kedutaan Arab Saudi, disebut Imam berjumlah 46 lagi. Namun, saat ditanya kapan visa itu selesai, Imam mengaku tidak dapat berkomentar karena di luar kewenangannya.
Sedangkan penukaran mata uang rupiah ke rial di Asrama Haji Medan, hingga keberangkatan kloter 9 sudah mencapai 159.191 rial. Angka itu terbagi dari 99.191 rial yang terjual oleh BRI dan 60.000 rial terjual di tempat penukaran uang Koperasi Karyawan Asrama Haji Medan. Berdasar informasi diterima Sumut Pos, untuk 1 rial dihargai mulai dari Rp4.100 sampai Rp4.300 sesuai kurs.
” Paling banyak yang menukar, untuk pecahan 1, 5, dan 10 rial. Kalau ramai, calhaj yang dari daerah,” ujar Artasari Saputri, teller BRI singat, saat di Asrama Haji Medan, Minggu (30/8).
Kepala Unit Pelaksana Tekhnis (UPT) Asrama Haji Embarkasi Medan, Sutrisno menyebut kalau pecahan 1, 5, dan 10 rial diminati karena ketiga pecahan itu paling banyak digunakan saat berada di Tanah Suci. Disebut Sutrisno, untuk ketiga pecahan itu sering digunakan misalnya untuk membeli makan yang biasa dijual dengan sistem dibungkus terpisah serta untuk memberi sedekah saat di Tanah Suci.
“Misalnya ikan itu dibungkus sendiri lalu dijual. Begitu juga sayur, telur dan yang lainnya, dibungkus terpisah dan dijual dengan harga Rp1 rial untuk 1 bungkusnya. Selain itu, untuk sedekah kebanyakan memberi 1 rial, ” ungkap Sutrisno singkat.
Selain itu, disebut Sutrisno kalau calon Haji yang mendapat living cost sebesar 1.500 rial, diberikan 3 lembar uang rial pecahan 50 rial. Oleh karena itu, disebut Sutrisno jika uang rial pecahan 1,5, dan 10 sangat dibutuhkan calhaj saat berada di Tanah Suci. (rbb)