25.6 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Polisi: Keterangan Ivan Berubah-ubah

Foto: PM Orangtua Ivan, Makmur Hasugian dan Arista Purba, saat di ruangan penyidik Polresta Medan, Selasa (30/8/2016).
Foto: PM
Orangtua Ivan, Makmur Hasugian dan Arista Purba, saat di ruangan penyidik Polresta Medan, Selasa (30/8/2016).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Polisi belum dapat mengungkap motif di balik upaya teror bom bunuh diri yang dilakukan Ivan Armadi Hasugian (18), di Gereja Katolik Stasi Santo Yoseph, Jalan Dr Mansyur Medan, pada Minggu (28/8/2016) baru lalu. Pihak kepolisian masih kesulitan karena terkendala keterangan pelaku yang berubah-ubah. Namun paling tidak, 9 orang saksi telah diperiksa.

Hingga Selasa (30/8), lelaki tamantan SMA Negeri 4 Medan itu masih mengalami syok pasca ia melakukan aksi terornya, Minggu (28/8). Untuk mengungkap motif kasus ini, polisi memang harus fokus, selain keras keras. Begitu pula siapa dalang hingga anak 18 tahun tersebut nekat.

Menurut Kasubbid Penmas Polda Sumut, AKBP M.P Nainggolan, pihaknya bekerjasama dengan Polresta Medan, sampai saat ini masih terus melakukan penyelidikan. Hingga kemarin, 9 saksi yang sudah diperiksa, di antaranya Pastor Albert S Pandiangan, empat jemaat gereja, dan 4 keluarga pelaku yaitu ayah, ibu dan dua kakak pelaku.

“Kita juga terkendala dengan keterangan pelaku yang setiap harinya berubah-ubah. Kemarin dia (Ivan) mengatakan seorang diri. Besoknya bilang disuruh orang. Lalu katanya juga, karena dia terinspirasi melihat tayangan-tayangan teroris. Jadi kita akan terus berupaya mencari tahu motif dari kejadian tersebut,” ungkap M.P Nainggolan.

Selain syok, Ivan disebut masih sakit. “Pelaku kelihatannya masih mengalami sakit dan syok akibat dipukul oleh para jemaat. Maka dari itu, kita masih melakukan pemeriksaan intensif untuk mencari tahu motif dari kejadian ini,” kata M.P Nainggolan.

AKTE LAHIR
Sementara, Selasa siang kemarin, kedua orang tua tersangka IAH, tampak hadir ke Mapolresta Medan. Namun keduanya tak banyak memberikan komentar. Pantauan di Gedung Sat Reskrim setempat, kedatangan Makmur Hasugian bersama Arista br Purba menenteng sebuah berkas.

“Kami diminta datang kemari untuk menyerahkan akta kelahiran anak kami, karena anak kami ini masih di bawah umur,” kata pria yang berprofesi sebagai pengacara ini.

Arista menambahkan, mereka tidak tahu alasan penyidik meminta mereka membawa akta lahir itu. “Kita tidak tahu untuk apa, tapi namanya kita dipanggil disuruh mengantar akta kelahiran. Apa pun kami nggak tahu kecuali mengantar akta lahir,” imbuh perempuan berkerudung merah jambu itu sembari digiring petugas Provost ke ruangan Tipiter Polresta.

Di satu sisi, selaku Makmur Hasugian, meminta kepolisian untuk mengungkap tuntas kasus teror gereja yang melibatkan anaknya itu. Menurutnya, keluarganya menjadi korban dalam kasus ini.

Orang tua Ivan yakin, anaknya hanyalah korban pencucian otak. “Anak saya, masih di bawah umur, dan dia korban dari pelaku kejahatan. Siapa pelaku pencucian otak ini, siapa yang memberikan harapan-harapan dan janji-janji kepada anak saya, ini yang harus diungkap,” katanya kepada wartawan.

Makmur mengaku, dia juga berupaya dengan meminta anaknya untuk terbuka. “Sampai sekarang anak saya masih tertutup,” akunya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Ivan diamankan di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Jalan Dr Mansyur Medan, Minggu (28/8) pagi. Dia diduga ingin meledakkan bom. Pemuda ini diringkus jemaat saat menyerang Pastor Albert S Pandiangan dengan pisau.

Polisi sendiri meyakini bahwa Ivan tidaklah sendiri. Dan meyakini ada pihak-pihak yang membantu kelancaran aksi teror itu. Sejauh ini, Ivan disangkakan pasal terorisme oleh penyidik Polresta Medan. (mag-2/gib/yaa)

Foto: PM Orangtua Ivan, Makmur Hasugian dan Arista Purba, saat di ruangan penyidik Polresta Medan, Selasa (30/8/2016).
Foto: PM
Orangtua Ivan, Makmur Hasugian dan Arista Purba, saat di ruangan penyidik Polresta Medan, Selasa (30/8/2016).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Polisi belum dapat mengungkap motif di balik upaya teror bom bunuh diri yang dilakukan Ivan Armadi Hasugian (18), di Gereja Katolik Stasi Santo Yoseph, Jalan Dr Mansyur Medan, pada Minggu (28/8/2016) baru lalu. Pihak kepolisian masih kesulitan karena terkendala keterangan pelaku yang berubah-ubah. Namun paling tidak, 9 orang saksi telah diperiksa.

Hingga Selasa (30/8), lelaki tamantan SMA Negeri 4 Medan itu masih mengalami syok pasca ia melakukan aksi terornya, Minggu (28/8). Untuk mengungkap motif kasus ini, polisi memang harus fokus, selain keras keras. Begitu pula siapa dalang hingga anak 18 tahun tersebut nekat.

Menurut Kasubbid Penmas Polda Sumut, AKBP M.P Nainggolan, pihaknya bekerjasama dengan Polresta Medan, sampai saat ini masih terus melakukan penyelidikan. Hingga kemarin, 9 saksi yang sudah diperiksa, di antaranya Pastor Albert S Pandiangan, empat jemaat gereja, dan 4 keluarga pelaku yaitu ayah, ibu dan dua kakak pelaku.

“Kita juga terkendala dengan keterangan pelaku yang setiap harinya berubah-ubah. Kemarin dia (Ivan) mengatakan seorang diri. Besoknya bilang disuruh orang. Lalu katanya juga, karena dia terinspirasi melihat tayangan-tayangan teroris. Jadi kita akan terus berupaya mencari tahu motif dari kejadian tersebut,” ungkap M.P Nainggolan.

Selain syok, Ivan disebut masih sakit. “Pelaku kelihatannya masih mengalami sakit dan syok akibat dipukul oleh para jemaat. Maka dari itu, kita masih melakukan pemeriksaan intensif untuk mencari tahu motif dari kejadian ini,” kata M.P Nainggolan.

AKTE LAHIR
Sementara, Selasa siang kemarin, kedua orang tua tersangka IAH, tampak hadir ke Mapolresta Medan. Namun keduanya tak banyak memberikan komentar. Pantauan di Gedung Sat Reskrim setempat, kedatangan Makmur Hasugian bersama Arista br Purba menenteng sebuah berkas.

“Kami diminta datang kemari untuk menyerahkan akta kelahiran anak kami, karena anak kami ini masih di bawah umur,” kata pria yang berprofesi sebagai pengacara ini.

Arista menambahkan, mereka tidak tahu alasan penyidik meminta mereka membawa akta lahir itu. “Kita tidak tahu untuk apa, tapi namanya kita dipanggil disuruh mengantar akta kelahiran. Apa pun kami nggak tahu kecuali mengantar akta lahir,” imbuh perempuan berkerudung merah jambu itu sembari digiring petugas Provost ke ruangan Tipiter Polresta.

Di satu sisi, selaku Makmur Hasugian, meminta kepolisian untuk mengungkap tuntas kasus teror gereja yang melibatkan anaknya itu. Menurutnya, keluarganya menjadi korban dalam kasus ini.

Orang tua Ivan yakin, anaknya hanyalah korban pencucian otak. “Anak saya, masih di bawah umur, dan dia korban dari pelaku kejahatan. Siapa pelaku pencucian otak ini, siapa yang memberikan harapan-harapan dan janji-janji kepada anak saya, ini yang harus diungkap,” katanya kepada wartawan.

Makmur mengaku, dia juga berupaya dengan meminta anaknya untuk terbuka. “Sampai sekarang anak saya masih tertutup,” akunya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Ivan diamankan di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Jalan Dr Mansyur Medan, Minggu (28/8) pagi. Dia diduga ingin meledakkan bom. Pemuda ini diringkus jemaat saat menyerang Pastor Albert S Pandiangan dengan pisau.

Polisi sendiri meyakini bahwa Ivan tidaklah sendiri. Dan meyakini ada pihak-pihak yang membantu kelancaran aksi teror itu. Sejauh ini, Ivan disangkakan pasal terorisme oleh penyidik Polresta Medan. (mag-2/gib/yaa)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/