26.7 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Pertama di Indonesia: Ivan jadi ‘Pengantin’ Belajar lewat Internet

Ivan Hasugian, pelaku percobaan bom bunuh diri di Gereja Katolik St Yosef Medan, Minggu (28/8/2016).
Ivan Hasugian, pelaku percobaan bom bunuh diri di Gereja Katolik St Yosef Medan, Minggu (28/8/2016).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Tidak ada korban jiwa dari percobaan bom bunuh diri oleh Ivan Armadi Hasugian (18), Minggu (28/8). Hanya ada sedikit luka pada tangan kiri Pastor Albert Pandiangan. Namun, kejadian di Medan itu patut membuat kita miris. Sebab, Ivan berani menjadi “pengantin” bom bunuh diri konon hanya dengan otodidak melalui browsing di internet.

“Kasus Ivan adalah yang pertama di Indonesia. Seseorang belajar terorisme secara otodidak melalui internet,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius kepada Jawa Pos kemarin (29/8).

“Semua orang bisa menjadi seperti Ivan. Kita semua harus waspada,” lanjutnya.

Ivan berusaha melakukan aksi bom bunuh diri di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep Minggu lalu (28/8). Namun, bom yang dia bawa tidak meledak. Hanya mengeluarkan percikan yang mirip dengan kembang api. Dia lantas menyerang Albert dengan pisau. Aksi itu dihentikan para jemaat. Mereka berhasil melumpuhkan Ivan.

Dari pemeriksaan Ivan selama sehari di Polda Sumut, didapati temuan yang mencengangkan itu. Seorang anak berusia 18 tahun seperti Ivan terbaiat menjadi teroris hanya dari browsing internet. Mulai doktrinasi, cara beroperasi, hingga cara membuat bom, semuanya dipelajari dari internet. Tidak ada seorang pun yang mengajarinya!
Suhardi menyatakan, Ivan sempat mengaku bertemu dengan orang yang tidak dikenal. Namun, pengakuan itu diragukan. “Kami sudah cek, tapi tidak spesifik,” ucapnya.

Awalnya, Ivan mendapat akses internet dari warung internet milik kakaknya. Dia lantas memperoleh informasi soal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Dari informasi itu, dia kagum kepada pemimpin ISIS Abu Bakr Al Baghdadi. “Makanya, ada simbol bendera ISIS yang dibuat sendiri,” ungkap Suhardi.

Cara membuat bom pun didapatkan Ivan dari internet. Suhardi menyebutkan, sejumlah situs mengajarkan perbuatan berbahaya itu. Bahan-bahan yang ditemukan di kamar Ivan identik dengan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat bom seperti yang diajarkan di internet.

“Kami sudah menelusuri situs apa saja yang dikonsumsinya,” lanjut mantan Kabareskrim itu.

Ivan Hasugian, pelaku percobaan bom bunuh diri di Gereja Katolik St Yosef Medan, Minggu (28/8/2016).
Ivan Hasugian, pelaku percobaan bom bunuh diri di Gereja Katolik St Yosef Medan, Minggu (28/8/2016).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Tidak ada korban jiwa dari percobaan bom bunuh diri oleh Ivan Armadi Hasugian (18), Minggu (28/8). Hanya ada sedikit luka pada tangan kiri Pastor Albert Pandiangan. Namun, kejadian di Medan itu patut membuat kita miris. Sebab, Ivan berani menjadi “pengantin” bom bunuh diri konon hanya dengan otodidak melalui browsing di internet.

“Kasus Ivan adalah yang pertama di Indonesia. Seseorang belajar terorisme secara otodidak melalui internet,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius kepada Jawa Pos kemarin (29/8).

“Semua orang bisa menjadi seperti Ivan. Kita semua harus waspada,” lanjutnya.

Ivan berusaha melakukan aksi bom bunuh diri di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep Minggu lalu (28/8). Namun, bom yang dia bawa tidak meledak. Hanya mengeluarkan percikan yang mirip dengan kembang api. Dia lantas menyerang Albert dengan pisau. Aksi itu dihentikan para jemaat. Mereka berhasil melumpuhkan Ivan.

Dari pemeriksaan Ivan selama sehari di Polda Sumut, didapati temuan yang mencengangkan itu. Seorang anak berusia 18 tahun seperti Ivan terbaiat menjadi teroris hanya dari browsing internet. Mulai doktrinasi, cara beroperasi, hingga cara membuat bom, semuanya dipelajari dari internet. Tidak ada seorang pun yang mengajarinya!
Suhardi menyatakan, Ivan sempat mengaku bertemu dengan orang yang tidak dikenal. Namun, pengakuan itu diragukan. “Kami sudah cek, tapi tidak spesifik,” ucapnya.

Awalnya, Ivan mendapat akses internet dari warung internet milik kakaknya. Dia lantas memperoleh informasi soal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Dari informasi itu, dia kagum kepada pemimpin ISIS Abu Bakr Al Baghdadi. “Makanya, ada simbol bendera ISIS yang dibuat sendiri,” ungkap Suhardi.

Cara membuat bom pun didapatkan Ivan dari internet. Suhardi menyebutkan, sejumlah situs mengajarkan perbuatan berbahaya itu. Bahan-bahan yang ditemukan di kamar Ivan identik dengan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat bom seperti yang diajarkan di internet.

“Kami sudah menelusuri situs apa saja yang dikonsumsinya,” lanjut mantan Kabareskrim itu.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/