MEDAN,SUMUTPOS.CO–Helikopter milik Bupati Simalungun JR Saragih, jenis Bell 412, Senin (30/12) pukul 10.45 WIB jatuh. Peristiwa yang terjadi di samping Rumah Sakit Efarina Etaham Jalan Jamin Ginting Berastagi itu mengakibatkan wakil direktur rumah sakit yang juga milik JR Saragih tersebut tewas. Sedangkan empat korban lainnya mengalami luka-lukan
JR Saragih mengaku sedih dengan kejadian itu. Apalagi, kejadian itu menimbulkan korban tewas dan korban luka. Padahal, heli itu selama ini dalam keadaan baik. Tidak pernah ada masalah.
“Sudah dipergunakan tiga tahun ini, untuk operasional rumah sakit,” kata Saragih kepada wartawan di Sakit Efarina Etaham Jalan Jamin Ginting, Berastagi, Senin (30/12).
Mengenai kondisi dan perawatan helikopter selama ini, Saragih mempersilahkan media untuk menanyakan langsung kepada Kementerian Perhubungan. Maksudnya agar tidak bias, dan terkesan pembelaan. “Silakan ke Perhubungan saja ditanyakan, tapi selama ini tidak ada masalah,” kata Saragih.
Kecelakaan itu menewaskan Arif Setyawan, teknisi heli. “Korban meninggal dunia masih di sini, nanti akan dikirim ke Jakarta,” kata JR Saragih.
Arif Setiawan (39) merupakan warga Jakarta, sedangkan korban lain masing-masing pilot, Capt Budi Indra (35) alamat Jakarta, serta pejabat teras Rumah Sakit Efarina Etaham, antara lain Yahya Sembiring (40) yang merupakan Wakil Direktur RS Efarina Etaham, Jorank Simanjorang (45) manajer umum, dan Nilawaty br Ginting (30) yang merupakan pekerja di Bagian Keuangan rumah sakit.
Heli jatuh sekitar pukul 10.45 WIB sesaat setelah take off dari helipad di lantai atas Rumah Sakit Efarina Etaham, Jalan Jamin Ginting, Berastagi, Kabupaten Karo. Helikopter itu baru datang dari Simalungun, untuk menjemput tiga penumpang.
Dari informasi yang didapat, helikopter yang baru saja mendarat dari Simalungun guna menjemput staf RS Efarina Etaham itu diketahui tetap menyalakan mesin meski sudah mendarat di helipad. Heli itu menunggu tiga pejabat rumah sakit tersebut yang sedang sarapan di warung seberang rumah sakit. Menurut saksi mata, yang juga merupakan pemilik warung, Junita Br Surbakti (27), ketiga pejabat itu tampak buru-buru begitu heli tiba. Bahkan, minuman mereka tak sempat dihabiskan.
Menurut Junita, ada yang berbeda kemarin. Bisanya, setiap take off dari rumah sakit itu, heli mengarah terlebih dahulu ke arah atas warungnya setelah itu baru terbang jauh. Kemarin, hal itu tidak terjadi. “Kalau biasanya dia mutar dahulu di atas warung kita. Tapi tadi (kemarin, Red) mutarnya dua kali dan tiba-tiba menabrak tiang listrik yang berada persis di samping gerbang keluar Efarina Etaham, kamipun terkejut,” ujar Juni yang masih ketakutan.
Hempasan kuat helikopter langsung disambut teriakan warga sekitar TKP, namun semua tak berani mendekat karena takut akan adanya ledakan. Apalagi dari dalam heli yang telah terjerembab ke aspal dan sisi jalan muncul asap. Informasi jatuhnya pesawat langsung menyebar, hingga mengundang datangnya petugas, baik dari unsur Polri maupun TNI.
Kapolres Tanah Karo, AKBP Albert Teddy Sianipar yang dimintai keterangannya di TKP mengatakan langkah penyelidikan atas jatuhnya helicopter swasta ini masih diselidiki. Nantinya, dari Komisi Nasional Keselamatan Terbang ( KNKT) yang dapat memastikannya. Pihaknya, terang Albert hanya dalam posisi mengamankan areal jatuhnya helicopter dan berupaya tidak memperluas jatuhnya korban.
Dandim 0205 TK Letkol Kav Prince Meyer Putong menyebutkan kalau tidak ada personel militer yang berada di dalam helicopter, termasuk juga dengan pilotnya. Semuanya merupakan warga sipil, tetapi jajaran TNI tetap membangun koordinasi dengan aparat kepolisian guna mengamankan lokasi kecelakaan heli tadi.
Dari Jakarta, Ketua KNKT Tatang Kurniadi mengatakan, pihaknya telah mengirimkan anggota tim investigasi, yang terbang dari Jakarta ke Bandara Kualanamu pada kemarin sore.
“Begitu sampai ke lokasi, saya suruh segera kirim laporan,” ujar Tatang kepada koran ini di Jakarta, kemarin.
Pria berpangkat Marsma TNI (Purn) itu menjelaskan, sebelum mengirimkan tim, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Polres Karo, termasuk dengan Polda Sumut. Dimintai tanggapan mengenai keterangan pihak Polda Sumut yang menyebut helikopter naas itu sempat oleh dan menabrak gardu sebelum jatuh di tepat di samping pos satpam RS, Tatang mengatakan, hal itu bukan lah penyebab jatuhnya heli.
“Yang seperti itu hanya merupakan ciri-ciri saja sebelum jatuh. Mengenai penyebabnya, harus menunggu hasil investigasi KNKT,” terang pria kelahiran Soreang, Jawa Barat, 67 tahun silam itu.
Di sisi lain, suara sirene ambulans RS Efarina Etaham dengan nomor polisi BM 7017 CH dengan pengawalan dari Polisi Milter (PM) tiba di RS Columbia Asia sekitar pukul 13.30 WIB. Ambulans yang membawa korban jatuhnya Helikopter milik JR Saragih tersebut menjadi pusat perhatian pengunjung RS, Senin (30/12).
Pantauan Sumut Pos, korban yang diketahui bernama Jorank Simanjorang didampingi oleh 4 perawat yang juga rekan kerjanya di RS Efarina Etaham. Jorank tampak tidak sadarkan diri dengan dibantu tabung oksigen untuk bernafas dan infus ditangan kirinya.
Salah satu karyawan RS Efarina Etaham, yang ikut mengantarkan korban ke RS Columbia Asia, Sutar tampak panik. Setelah Jorank diterima di UGD, ia sempat lari menghindari media. Namun saat ditemui Sumut Pos, Sutar tanpa segan menceritakan kondisi Torang sebenarnya. “Dalam pesawat itu ada 5 orang, pilot dan co-pilot dan 3 penumpang. Ada yang meninggal 1 tapi saya tidak tahu pilot atau co-pilotnya, 3 korban masih bisa diatasi disana, Jorank yang paling parah dan kritis makanya dibawa kemari,” ujar Sutar bersama 3 perawat dan supir ambulans yang tampak resah menanti kabar dari dokter yang menangani Jorank di ruang tunggu.
Semenjak mendapatkan penanganan pertama di RS Efarina Etaham hingga sampai di RS Columbia, lanjutnya, Jorank sudah tidak sadarkan diri. “Di sana kita berikan penanganan awalnya, dia sudah pakai oksigen mulai dari RS Efarina Etaham sampai disini kita belum tahu seperti apa lagi. Tidak ada patah tulang atau luka, mungkin luka dalam,” katanya.
Sementara itu, Cheff Medical RS Columbia Asia, dr Sabar Petrus Sitepu didampingi Humas RS Columbia Asia, Dewi mengungkapkan setiba di rumah sakit korban langsung mendapat perawatan intensif di UGD. “Hingga kini perawatan masih dilakukan di UGD. Jadi kami belum bisa memberikan keterangan terkait kondisi pasien,” ujarya singkat. (nng/smg/sam/gus/put/rud/rbb)