27 C
Medan
Monday, June 24, 2024

Amanah Vs Khianat

Oleh: KH Didin Hafidhuddin

Amanah dan khianat adalah dua sifat dan perilaku yang antagonistik dan bertentangan satu dengan yang lainnya, yang banyak diungkapkan di dalam Al-Quran maupun di dafam hadis Nabi SAW.

Amanah termasuk sifat terpuji yang harus melekat pada setiap pribadi orang yang beriman, kapan dan di mana pun, serta apa pun posisi, profesi, jabatan, dan kedudukannya. Sedangkan khianat termasuk sifat yang buruk (akhlaq madzmumah) yang harus dihindari, dijauhi, dan ditinggalkan oleh orang-orang yang beriman.

Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS Al-Anfal (8): 27).

Betapa pentingnya sifat amanah ini. Dalam sebuah hadis riwayat Ibn Hibban, Rasulullah SAW menyatakan tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki sifat amanah dan tidak ada agama bagi orang yang tidak pernah menepati janji.

Negara dan bangsa yang presiden, para menteri, para anggota DPR, para penegak hukum, dan para pejabat publiknya amanah, akan menyebabkan negara dan bangsa itu mampu meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

Karena memang sifat amanah itu akan mengundang kemakmuran dan kebahagiaan, sedangkan sifat khianat akan mengundang kefakiran dan kemiskinan (HR Imam ad-Daelamiey).

Jika sifat amanah ini hilang dan diganti dengan sifat khianat, masyarakat dan bangsa itu beserta para pemimpinnya akan meluncur menjadi bangsa yang munafik.

Dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga macam: “Jika berkata ia berdusta, “. jika berjanji ia ingkar, dan jika dipercaya dia berkhianat.”

Dan, jika kemunafikan sudah merajalela pada setiap level dan tingkatan masyarakat, bangsa itu akan menjadi bangsa yang gamang, peragu, tidak punya identitas, takut dalam berbuat dan bertindak yang benar, dan akan hilang pula kepercayaan dirinya (perhatikan firman Allah SWT dalam QS An-Nisa (4): 143).

Peringatan Al-Quran dan hadis tersebut harusnya menjadi perhatian kita semua, masyarakat Indonesia, yang saat ini mengalami berbagai problem yang berat dan kompleks. Dan, terutama para pemimpin, pejabat publik, dan para penegak hukum harus menjadikan amanah ini sebagai sifat, watak, dan perilaku yang melekat pada struktur kepribadiannya.

Sebab, hanya dengan sifat amanah inilah kita akan mampu membangun bangsa ke depan dengan lebih baik. Sebaliknya, jika sifat khianat yang mendominasi pikiran dan perilaku kita, kehancuran dan kerusakanlah yang akan terjadi. Semoga Allah SWT memelihara dan menjaga kita semua dari perilaku khianat yang menghancurkan itu.

Penulis : KH Didin Hafidhuddin

Oleh: KH Didin Hafidhuddin

Amanah dan khianat adalah dua sifat dan perilaku yang antagonistik dan bertentangan satu dengan yang lainnya, yang banyak diungkapkan di dalam Al-Quran maupun di dafam hadis Nabi SAW.

Amanah termasuk sifat terpuji yang harus melekat pada setiap pribadi orang yang beriman, kapan dan di mana pun, serta apa pun posisi, profesi, jabatan, dan kedudukannya. Sedangkan khianat termasuk sifat yang buruk (akhlaq madzmumah) yang harus dihindari, dijauhi, dan ditinggalkan oleh orang-orang yang beriman.

Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS Al-Anfal (8): 27).

Betapa pentingnya sifat amanah ini. Dalam sebuah hadis riwayat Ibn Hibban, Rasulullah SAW menyatakan tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki sifat amanah dan tidak ada agama bagi orang yang tidak pernah menepati janji.

Negara dan bangsa yang presiden, para menteri, para anggota DPR, para penegak hukum, dan para pejabat publiknya amanah, akan menyebabkan negara dan bangsa itu mampu meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

Karena memang sifat amanah itu akan mengundang kemakmuran dan kebahagiaan, sedangkan sifat khianat akan mengundang kefakiran dan kemiskinan (HR Imam ad-Daelamiey).

Jika sifat amanah ini hilang dan diganti dengan sifat khianat, masyarakat dan bangsa itu beserta para pemimpinnya akan meluncur menjadi bangsa yang munafik.

Dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga macam: “Jika berkata ia berdusta, “. jika berjanji ia ingkar, dan jika dipercaya dia berkhianat.”

Dan, jika kemunafikan sudah merajalela pada setiap level dan tingkatan masyarakat, bangsa itu akan menjadi bangsa yang gamang, peragu, tidak punya identitas, takut dalam berbuat dan bertindak yang benar, dan akan hilang pula kepercayaan dirinya (perhatikan firman Allah SWT dalam QS An-Nisa (4): 143).

Peringatan Al-Quran dan hadis tersebut harusnya menjadi perhatian kita semua, masyarakat Indonesia, yang saat ini mengalami berbagai problem yang berat dan kompleks. Dan, terutama para pemimpin, pejabat publik, dan para penegak hukum harus menjadikan amanah ini sebagai sifat, watak, dan perilaku yang melekat pada struktur kepribadiannya.

Sebab, hanya dengan sifat amanah inilah kita akan mampu membangun bangsa ke depan dengan lebih baik. Sebaliknya, jika sifat khianat yang mendominasi pikiran dan perilaku kita, kehancuran dan kerusakanlah yang akan terjadi. Semoga Allah SWT memelihara dan menjaga kita semua dari perilaku khianat yang menghancurkan itu.

Penulis : KH Didin Hafidhuddin

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/