31 C
Medan
Thursday, June 27, 2024

Saya Berdoa Minta Perlindungan Tuhan

Penyertaan Tuhan di Balik Teror Bom GPPS Medan

Teror dan ancaman bom di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Sabtu siang, 19 Maret lalu, mendorong jemaat dan gembala gereja untuk lebih mensyukuri penyertaan Tuhan.

“Ini semua karena kasih dan perlindungannya pada kami sekeluarga, pelayan dan gereja,” ujar Pendeta David Silalahi, Gembala GPPS Jemaat Hermon di Jalan Titipapan, Gang Gereja Persatuan, Sei Sikambing B, Medan.
Penemuan bungkusan plastik berwarna merah di bawah pohon pinus di halaman gereja itu itu membuat  panik, mengingat banyaknya terror sejenis di Jakarta, Pulau Jawa dan di wilayah tanah air lainnya.

Pdt David Silalahi, yang saat ini berada di rumah bersama pelayan gereja dan jemaat melaporkan penemuan itu ke pihak kepolisian. Tim Penjinak Bom Sat Brimobda Sumut datang membawa peralatan lengkap. Setelah mengamankan situasi, petugas meledakkan bungkusan tersebut di halaman gereja. Suara dentuman menggelegar, getarannya terasa hingga radius 20 meter. Sejumlah serpihan berterbangan.

Sebelum bungkusan yang diduga bom itu ditemukan di halaman gereja, pelayan GPPS bernama Dewi Bangun bersama sejumlah pelayan gereja lain sedang membersihkan gereja dalam rangka persiapan kebaktian malam yang biasanya diadakan pada malam Minggu.

“Ada sedikit keanehan. Pada Jumat malamnya, sehari sebelum ditemukannya bungkusan, saya mendengar suara longlongan anjing dari arah depan gereja. Waktu itu saya hanya berdoa pada Tuhan untuk minta perlindungan,” papar Dewi. Dewi baru menyadari tanda-tanda yang diberikan. Meskipun bungkusan itu bukan bom, tetapi Dewi bersyukur, bila tujuan orang meletakkan bungkusan itu untuk menciptakan suasana kacau, tujuannya tidak kesampaian. “Syukurlah, Tuhan nyatakan kuasanya untuk melindungi kami dan gereja,” jelasnya.

Menanggapi bungkusan teror bom yang dialamatkan ke gereja dan tempat lain di Kota Medan, anggota DPD RI Perwakilan Sumut Parlindungan Purba menganggapnya sebagai perbuatan orang bodoh. “Tapi saya tetap bangga pada masyarakat Medan-Sumut yang selama ini tidak mudah terpancing dengan teror seperti itu. Harapannya sikap seperti itu tetap dipertahankan dalam menciptakan Sumut yang aman dan kondusif, ucapnya.

Anggota DPRD Sumut, Ir Sudirman Halawa, menambahkan teror itu pekerjaan pengadu domba. Putra Nias ini menilai ada upaya sekelompok orang untuk mengacaukan Sumut. Itu itu diimbau agar masyarakat jangan terprovokasi dan tetap waspada. (rahel sukatendel)

Penyertaan Tuhan di Balik Teror Bom GPPS Medan

Teror dan ancaman bom di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Sabtu siang, 19 Maret lalu, mendorong jemaat dan gembala gereja untuk lebih mensyukuri penyertaan Tuhan.

“Ini semua karena kasih dan perlindungannya pada kami sekeluarga, pelayan dan gereja,” ujar Pendeta David Silalahi, Gembala GPPS Jemaat Hermon di Jalan Titipapan, Gang Gereja Persatuan, Sei Sikambing B, Medan.
Penemuan bungkusan plastik berwarna merah di bawah pohon pinus di halaman gereja itu itu membuat  panik, mengingat banyaknya terror sejenis di Jakarta, Pulau Jawa dan di wilayah tanah air lainnya.

Pdt David Silalahi, yang saat ini berada di rumah bersama pelayan gereja dan jemaat melaporkan penemuan itu ke pihak kepolisian. Tim Penjinak Bom Sat Brimobda Sumut datang membawa peralatan lengkap. Setelah mengamankan situasi, petugas meledakkan bungkusan tersebut di halaman gereja. Suara dentuman menggelegar, getarannya terasa hingga radius 20 meter. Sejumlah serpihan berterbangan.

Sebelum bungkusan yang diduga bom itu ditemukan di halaman gereja, pelayan GPPS bernama Dewi Bangun bersama sejumlah pelayan gereja lain sedang membersihkan gereja dalam rangka persiapan kebaktian malam yang biasanya diadakan pada malam Minggu.

“Ada sedikit keanehan. Pada Jumat malamnya, sehari sebelum ditemukannya bungkusan, saya mendengar suara longlongan anjing dari arah depan gereja. Waktu itu saya hanya berdoa pada Tuhan untuk minta perlindungan,” papar Dewi. Dewi baru menyadari tanda-tanda yang diberikan. Meskipun bungkusan itu bukan bom, tetapi Dewi bersyukur, bila tujuan orang meletakkan bungkusan itu untuk menciptakan suasana kacau, tujuannya tidak kesampaian. “Syukurlah, Tuhan nyatakan kuasanya untuk melindungi kami dan gereja,” jelasnya.

Menanggapi bungkusan teror bom yang dialamatkan ke gereja dan tempat lain di Kota Medan, anggota DPD RI Perwakilan Sumut Parlindungan Purba menganggapnya sebagai perbuatan orang bodoh. “Tapi saya tetap bangga pada masyarakat Medan-Sumut yang selama ini tidak mudah terpancing dengan teror seperti itu. Harapannya sikap seperti itu tetap dipertahankan dalam menciptakan Sumut yang aman dan kondusif, ucapnya.

Anggota DPRD Sumut, Ir Sudirman Halawa, menambahkan teror itu pekerjaan pengadu domba. Putra Nias ini menilai ada upaya sekelompok orang untuk mengacaukan Sumut. Itu itu diimbau agar masyarakat jangan terprovokasi dan tetap waspada. (rahel sukatendel)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/