27 C
Medan
Monday, June 24, 2024

Mulut Orang Benar Sumber Kehidupan

Oleh Pdt. I P Widiarsana, STh

Bibir orang benar menggembalakan banyak orang, tetapi orang bodoh mati karena kurang akal budi.(Amsal 10 : 21). Mulut orang benar adalah sumber kehidupan, tetapi mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman (Amsal 10 : 11).

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata benar mempunyai arti dapat dipercaya (cocok dengan keadaan yang sesunguhnya), sah, tidak bohong, sejati. Dalam kutipan teks di atas orang benar dan orang bodoh merupakan perbandingan yang sangat luar biasa. Jika dikatakan bibir orang benar menggembalakan orang banyak, maka bibir orang benar identik dengan kebenaran itu dan selalu menghasilkan sebuah kehidupan.

Bibir orang benar mendatangkan kehidupan, karena orang mempunyai kehidupan akibat kebenaran. Kebenaran menciptakan sebuah ketenangan, penghargaan, sehingga kebenaran menghidupkan hidup itu dan memberi makna atau nilai pada hidup itu. Maka kebenaran itu menjadi sesuatu yang luar biasa karena ia mengumpulkan banyak orang.

Kebenaran memberikan kehidupan, maka kebenaran itu juga memberikan pengharapan. Kebenaran memberikan nilai-nilai yang tinggi dalam kehidupan. Hidup menjadi bermakna ketika ada kebenaran. Tetapi sebaliknya ketika tidak ada kebenaran hidup tidak bermakna, karena di sana ada penipuan, kebencian, sifat jelek. Lalu buat apa kita hidup seperti itu? Bukankah setiap orang ingin hidup dalam ketenangan? Bukankah kita ingin hidup dalam kebahagiaan, pengharapan dan kepastian? Dan mimpi-mimpi itu hanya bisa diwujudkan jikalau ada kebenaran, dan kebenaran menjadi prinsip hidup kita. Yang lucu adalah kita mau hidup bahagia, benar, punya pengharapan, tetapi tidak mau membangun kebenaran.

Bagaimana kita menbdapatkan kehidupan atau memberi nilai pada kehidupan itu? Tanpa kebenaran, hidup bukan lagi hidup, tetapi hidup sudah kehilangan makna dan pengharapannya. Karena tidak ada kebenaran, sehingga orang hiduppun tidak mau lama-lama hidup. Kepahitan, kepedihan ditimbulkan oleh ketidakbenaran. Kepahitan kepedihan itu pula yang terjadi ketika tidak ada lagi kebenaran. Sebaliknya kebenaran memberikan kehidupan dan pengharapan. Kiranya itu yang kita bangun dan pertahankan.

Karena kebenaran didatangkan atau diberikan oleh Tuhan, maka segala kebenaran adalah kebenaran Tuhan. Secara umum Tuhan. Secara umum Tuhan memberikan kebenaran kepada setiap orang (common grace) dalam pengertian memahami apa yang benar. Sekalipun secara keselamatan Tuhan memberikan kepada orang yang diperkenan-Nya.

Kebenaran menjadi satu aturan, patron yang harus kita nikmati dalam kehidupan. Maka kebenaran menciptakan gairah bagaimana kita hidup dan mengisinya. Kebenaran itu memampukan kita melihat masa depan yang jauh di sana tetapi penuh kepastian dalam pengharapan.
Tapi alangkah naif, sedih dan pahit kalau orang-orang Kristen berbicara tentang kehidupan, tetapi hidupnya tidak lebih baik dari orang-orang humanis yang tidak menerima dan tidak percaya pada Tuhan. Bukankah kita seharusnya mempunyai kekuatan ekstra, di mana hidup kita lebih benar dari orang-orang humanis yang tidak menerima dan tidak percaya pada Tuhan. Bukankah kita seharusnya mempunyai kekuatan ekstra, di mana hidup kita lebih benar, dari orang-orang humanis karena kebenaran yang menghidupkan itu milik kita. Tuhan ada di hidup kita.

Oleh karena itu ukuran-ukuran kebenaran seperti ini harus bias diukur dalam kehidupan setiap orang. Kelihatan buah, maknanya. Jika kebenaran itu menghidupi hidup maka tidak ada persoalan yang tidak bias diselesaikan. Tidak ada tembok yang tinggi untuk diloncat. Permusuhan bisa berakhir karena kebenaran sejati dikumandangkan. Gairah hidup akan semakin menguat ketika kebenaran sejati didemontrasikan. Karena itu kebenaran harus menjadi impian, dambaan dan cita-cita tertinggi kita.

Di kantorkebodohan menjadi masalah. Perusahaan yang seharusnya untung bisa jadi bangkrut. Di rumah, kebodohan jadi masalah, karena suami-istri yang seharusnya saling mencintai menjadi bodoh saling membenci. Di tengah pergumulan antara benar dan bodoh ini seharusnya kita memainkan kualitas kekeristenan agar tampak nyata.(net/jpnn)

Oleh Pdt. I P Widiarsana, STh

Bibir orang benar menggembalakan banyak orang, tetapi orang bodoh mati karena kurang akal budi.(Amsal 10 : 21). Mulut orang benar adalah sumber kehidupan, tetapi mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman (Amsal 10 : 11).

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata benar mempunyai arti dapat dipercaya (cocok dengan keadaan yang sesunguhnya), sah, tidak bohong, sejati. Dalam kutipan teks di atas orang benar dan orang bodoh merupakan perbandingan yang sangat luar biasa. Jika dikatakan bibir orang benar menggembalakan orang banyak, maka bibir orang benar identik dengan kebenaran itu dan selalu menghasilkan sebuah kehidupan.

Bibir orang benar mendatangkan kehidupan, karena orang mempunyai kehidupan akibat kebenaran. Kebenaran menciptakan sebuah ketenangan, penghargaan, sehingga kebenaran menghidupkan hidup itu dan memberi makna atau nilai pada hidup itu. Maka kebenaran itu menjadi sesuatu yang luar biasa karena ia mengumpulkan banyak orang.

Kebenaran memberikan kehidupan, maka kebenaran itu juga memberikan pengharapan. Kebenaran memberikan nilai-nilai yang tinggi dalam kehidupan. Hidup menjadi bermakna ketika ada kebenaran. Tetapi sebaliknya ketika tidak ada kebenaran hidup tidak bermakna, karena di sana ada penipuan, kebencian, sifat jelek. Lalu buat apa kita hidup seperti itu? Bukankah setiap orang ingin hidup dalam ketenangan? Bukankah kita ingin hidup dalam kebahagiaan, pengharapan dan kepastian? Dan mimpi-mimpi itu hanya bisa diwujudkan jikalau ada kebenaran, dan kebenaran menjadi prinsip hidup kita. Yang lucu adalah kita mau hidup bahagia, benar, punya pengharapan, tetapi tidak mau membangun kebenaran.

Bagaimana kita menbdapatkan kehidupan atau memberi nilai pada kehidupan itu? Tanpa kebenaran, hidup bukan lagi hidup, tetapi hidup sudah kehilangan makna dan pengharapannya. Karena tidak ada kebenaran, sehingga orang hiduppun tidak mau lama-lama hidup. Kepahitan, kepedihan ditimbulkan oleh ketidakbenaran. Kepahitan kepedihan itu pula yang terjadi ketika tidak ada lagi kebenaran. Sebaliknya kebenaran memberikan kehidupan dan pengharapan. Kiranya itu yang kita bangun dan pertahankan.

Karena kebenaran didatangkan atau diberikan oleh Tuhan, maka segala kebenaran adalah kebenaran Tuhan. Secara umum Tuhan. Secara umum Tuhan memberikan kebenaran kepada setiap orang (common grace) dalam pengertian memahami apa yang benar. Sekalipun secara keselamatan Tuhan memberikan kepada orang yang diperkenan-Nya.

Kebenaran menjadi satu aturan, patron yang harus kita nikmati dalam kehidupan. Maka kebenaran menciptakan gairah bagaimana kita hidup dan mengisinya. Kebenaran itu memampukan kita melihat masa depan yang jauh di sana tetapi penuh kepastian dalam pengharapan.
Tapi alangkah naif, sedih dan pahit kalau orang-orang Kristen berbicara tentang kehidupan, tetapi hidupnya tidak lebih baik dari orang-orang humanis yang tidak menerima dan tidak percaya pada Tuhan. Bukankah kita seharusnya mempunyai kekuatan ekstra, di mana hidup kita lebih benar dari orang-orang humanis yang tidak menerima dan tidak percaya pada Tuhan. Bukankah kita seharusnya mempunyai kekuatan ekstra, di mana hidup kita lebih benar, dari orang-orang humanis karena kebenaran yang menghidupkan itu milik kita. Tuhan ada di hidup kita.

Oleh karena itu ukuran-ukuran kebenaran seperti ini harus bias diukur dalam kehidupan setiap orang. Kelihatan buah, maknanya. Jika kebenaran itu menghidupi hidup maka tidak ada persoalan yang tidak bias diselesaikan. Tidak ada tembok yang tinggi untuk diloncat. Permusuhan bisa berakhir karena kebenaran sejati dikumandangkan. Gairah hidup akan semakin menguat ketika kebenaran sejati didemontrasikan. Karena itu kebenaran harus menjadi impian, dambaan dan cita-cita tertinggi kita.

Di kantorkebodohan menjadi masalah. Perusahaan yang seharusnya untung bisa jadi bangkrut. Di rumah, kebodohan jadi masalah, karena suami-istri yang seharusnya saling mencintai menjadi bodoh saling membenci. Di tengah pergumulan antara benar dan bodoh ini seharusnya kita memainkan kualitas kekeristenan agar tampak nyata.(net/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/