Derasnya berbagai masalah yang menghantam bangsa ini ditenggarai akibat merosotnya nilai dan moral masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara. Hal ini ditegaskan oleh Sekjen Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Gomar Gultom pada acara Refleksi Sumpah Pemuda Kamis (20/10) di Graha Bethel, Jakarta Pusat.
“Masyarakat Indonesia sedang sakit, ingat ketika Steve Jobs (mantan CEO Apple, Red) meninggal, banyak orang berduka dan bersimpati termasuk orang Indonesia. Namun adakah yang menangisi kelaparan dan penindasan yang masih terus terjadi?” ujar Gomar.
Menurutnya Indonesia kini tengah dirundung ambiguitas tindakan. Disaat bangsa butuh aksi nyata, yang keluar justru hanya aksi sensasional. Reshuffle kabinet pun dianggapnya tidak jauh bedaa dengan kompetisi Indonesian Idol. “Negeri yang kacau dan tanpa harapan, tidak berdiri sendiri. Negeri yang kacau adalah cerminan dari masyarakat yang gagal. Nah, masyarakat yang gagal ini akibat pemimpinnya mempunyai masalah.”
Lebih jauh Gomar melihat bahwa dalam menjalankan aktifitas keagamaan pun, masyarakat hanya menjalankannya sebatas ritual dan rutinitas belaka, sehingga tidak ada tindakan nyata yang terjadi untuk merubah bangsa ini.
“Masyarakat yang gagal adalah juga buah dari kegagalan agama dalam mengimplementasikan nilai agama yang sebenarnya. Aktifitas agama dijalankan sebatas minimalis atau menjalankan ritual belaka. Keagamaan dijalankan tanpa adanya transformasi yang dapat membuat jemaat terbuka matanya terhadap kondisi sesamanya.”
Pernyataan tersebut mewakili keresahan masyarakat pada umumnya. Jika kita menginginkan perubahan, hal yang harus dilakukan adalah bergerak bersama melakukan tindakan nyata. Sudah terlalu lama kita hanya berharap dan jalan ditempat seraya menunggu perubahan itu datang. (jc/niel)