29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Bekerja untuk Tuhan

Seringkali dalam kehidupan ini, kita disibukkan oleh rutinitas duniawi kita, sebut saja ‘bekerja’. Memang kita harus bekerja untuk memenuhi nafkah jasmani kita. Bahkan Alkitab menyebutkan bahwa Allah juga
bekerja  (Kejadian 1:1; 2:2-3). Namun faktanya seringkali bekerja membuat pemahaman kita tentang hidup menjadi bergeser, ada anggapan “hidup ini hanya untuk bekerja” dan “kerja untuk hidup.”

Mungkin pernyataan ini seperti menyatakan kalau bekerja itu membuat kita tidak fokus akan apa tujuan hidup kita, bekerja itu tampak bagaimkan dampak dari kejatuhan manusia ke dalam dosa (Kejadian 3:17,19,23) sesuatu yang melelahkan.
Pertanyaan yang acapkali dilontarkan pemuda/i atau kebanyakan orangtua jika memilih calon suami/isteri atau menantu; “Apa pekerjaannya?”

Saya kira itu hal yang wajar untuk dipertanyakan, karena erat hubungannya dengan menafkahi kebutuhan jasmani kita. Lebih dari itu, bekerja adalah sarana kita untuk memuliakan Tuhan (Kolose 3:23). “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatklah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”

Dengan bekerja, kita menyadari untuk mendapatkan sesuatu kita mesti usaha, bukan berpangku tangan mengaharap rezeki turun dari langit. Dengan bekerja, kita menyadari kekuatan kita terbatas, dan kita butuh Tuhan yang sanggup memperbaharui tenaga kita. Dengan bekerja, interaksi sosial kita lebih luas, kita punya banyak kesempatan untuk mengekspresikan iman kita dengan sasaran yang lebih banyak pula.

Dengan bekerja, kita bisa membunuh kekosongan waktu, yang biasanya seringkali kita isi dengan hal-hal yang kurang bermanfaat (I Korintus 10:31).

Dalam kitab Pengkhotbah 9:10 tertulis “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati kemana engkau akan pergi.”

Oleh karena itu betapa bersyukurnya kita, jika pada saat ini kita masih diberi kekuatan untuk bekerja. Ya, tidak ada alasan untuk tidak bekerja dan tidak ada alasan “saya malas bekerja” (Amsal 6:6-11). Namun kita tidak boleh lupa kita harus memiliki dulu ‘iman’ sebagai pengontrol kita dalam bekerja. Agar ‘bekerja’ lebih terarah dan sesuai dengan iman Kristen, kita wajib memateraikan Matius 6:33 dalam semangat bekerja kita: “Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”

“Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita (Kolose 3:17). It’s a good news…God bless….(*)
Liober Johannes Hutabarat adalah mahasiswa semester satu Jurusan Penyuluhan Perkebunan, Sekolah Tinggi Penyuluhan  Pertanian (STPP)
Medan.

Seringkali dalam kehidupan ini, kita disibukkan oleh rutinitas duniawi kita, sebut saja ‘bekerja’. Memang kita harus bekerja untuk memenuhi nafkah jasmani kita. Bahkan Alkitab menyebutkan bahwa Allah juga
bekerja  (Kejadian 1:1; 2:2-3). Namun faktanya seringkali bekerja membuat pemahaman kita tentang hidup menjadi bergeser, ada anggapan “hidup ini hanya untuk bekerja” dan “kerja untuk hidup.”

Mungkin pernyataan ini seperti menyatakan kalau bekerja itu membuat kita tidak fokus akan apa tujuan hidup kita, bekerja itu tampak bagaimkan dampak dari kejatuhan manusia ke dalam dosa (Kejadian 3:17,19,23) sesuatu yang melelahkan.
Pertanyaan yang acapkali dilontarkan pemuda/i atau kebanyakan orangtua jika memilih calon suami/isteri atau menantu; “Apa pekerjaannya?”

Saya kira itu hal yang wajar untuk dipertanyakan, karena erat hubungannya dengan menafkahi kebutuhan jasmani kita. Lebih dari itu, bekerja adalah sarana kita untuk memuliakan Tuhan (Kolose 3:23). “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatklah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”

Dengan bekerja, kita menyadari untuk mendapatkan sesuatu kita mesti usaha, bukan berpangku tangan mengaharap rezeki turun dari langit. Dengan bekerja, kita menyadari kekuatan kita terbatas, dan kita butuh Tuhan yang sanggup memperbaharui tenaga kita. Dengan bekerja, interaksi sosial kita lebih luas, kita punya banyak kesempatan untuk mengekspresikan iman kita dengan sasaran yang lebih banyak pula.

Dengan bekerja, kita bisa membunuh kekosongan waktu, yang biasanya seringkali kita isi dengan hal-hal yang kurang bermanfaat (I Korintus 10:31).

Dalam kitab Pengkhotbah 9:10 tertulis “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati kemana engkau akan pergi.”

Oleh karena itu betapa bersyukurnya kita, jika pada saat ini kita masih diberi kekuatan untuk bekerja. Ya, tidak ada alasan untuk tidak bekerja dan tidak ada alasan “saya malas bekerja” (Amsal 6:6-11). Namun kita tidak boleh lupa kita harus memiliki dulu ‘iman’ sebagai pengontrol kita dalam bekerja. Agar ‘bekerja’ lebih terarah dan sesuai dengan iman Kristen, kita wajib memateraikan Matius 6:33 dalam semangat bekerja kita: “Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”

“Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita (Kolose 3:17). It’s a good news…God bless….(*)
Liober Johannes Hutabarat adalah mahasiswa semester satu Jurusan Penyuluhan Perkebunan, Sekolah Tinggi Penyuluhan  Pertanian (STPP)
Medan.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/