29 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Rayakan Paskah dengan Siksa Diri?

DI beberapa negara ada warga yang melakukan perayaan paskah secara berlebihan dan cenderung mengerikan. Penyaliban dan cambuk adalah cara yang mereka pakai memaknai arti Paskah. Namun apakah hal itu dapat dibenarkan?
Penduduk suatu desa di Filipina kembali menyelenggarakan ritual yang cukup mengerikan, yaitu penyaliban massal. Acara itu berlangsung hari ini bertepatan dengan perayaan Jumat Agung.

Merasakan penderitaan seperti yang pernah dialami Yesus adalah alasan utama mereka. Para peserta rela disalib di bawah terik panas matahari. Bahkan, mereka bersedia kaki dan tangan dipaku selama beberapa saat kendati harus menahan sakit.

Pemuka agama di negara yang mayoritasnya umat Katolik itu sebenarnya sudah lama menentang acara penyaliban massal itu. Namun, ritual itu tetap saja dilakukan setiap tahun oleh penduduk setempat karena kian memikat perhatian banyak turis lokal dan asing. Para peserta penyaliban didominasi oleh para pekerja dari strata bawah yang ingin menyatakan penebusan dan mengalami hadirat Tuhan. Ada pula yang mempunyai alasan agar penyakit dan keluarga mereka dapat disembuhkan dan diselamatkan.

Tentu saja tradisi itu tidak mendapat restu dari pimpinan gereja di Filipina. Konferensi Wali Gereja Katolik Filipina menilai bahwa ungkapan sejati para umat dalam memperingati masa Pra-Paskah adalah melakukan penyesalan dan pertobatan serta bertekad tidak lagi mengulang dosa lama, bukan dengan cara menyiksa diri melalui penyaliban. Selain itu dinilai bahwa acara aneh ini dilakukan dengan motif mendapatkan uang atau untuk meningkatkan jumlah pengunjung ke daerah itu. (bbs/net)

DI beberapa negara ada warga yang melakukan perayaan paskah secara berlebihan dan cenderung mengerikan. Penyaliban dan cambuk adalah cara yang mereka pakai memaknai arti Paskah. Namun apakah hal itu dapat dibenarkan?
Penduduk suatu desa di Filipina kembali menyelenggarakan ritual yang cukup mengerikan, yaitu penyaliban massal. Acara itu berlangsung hari ini bertepatan dengan perayaan Jumat Agung.

Merasakan penderitaan seperti yang pernah dialami Yesus adalah alasan utama mereka. Para peserta rela disalib di bawah terik panas matahari. Bahkan, mereka bersedia kaki dan tangan dipaku selama beberapa saat kendati harus menahan sakit.

Pemuka agama di negara yang mayoritasnya umat Katolik itu sebenarnya sudah lama menentang acara penyaliban massal itu. Namun, ritual itu tetap saja dilakukan setiap tahun oleh penduduk setempat karena kian memikat perhatian banyak turis lokal dan asing. Para peserta penyaliban didominasi oleh para pekerja dari strata bawah yang ingin menyatakan penebusan dan mengalami hadirat Tuhan. Ada pula yang mempunyai alasan agar penyakit dan keluarga mereka dapat disembuhkan dan diselamatkan.

Tentu saja tradisi itu tidak mendapat restu dari pimpinan gereja di Filipina. Konferensi Wali Gereja Katolik Filipina menilai bahwa ungkapan sejati para umat dalam memperingati masa Pra-Paskah adalah melakukan penyesalan dan pertobatan serta bertekad tidak lagi mengulang dosa lama, bukan dengan cara menyiksa diri melalui penyaliban. Selain itu dinilai bahwa acara aneh ini dilakukan dengan motif mendapatkan uang atau untuk meningkatkan jumlah pengunjung ke daerah itu. (bbs/net)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/