Teater Teater Sight & Sound sangat dikenal di Pantai Timur Amerika Serikat, namun Anda tidak akan menemukannya di sekitar Broadway.
Teater Sight & Sound terletak di dekat Lancaster, Pennsylvania, dan sekarang juga ada di Branson, Missouri. Perusahaan mengemas pertunjukan yang unik dan relevan bagi para penonton zaman ini, dengan pesan kekristenan yang telah teruji oleh waktu.
Dengan penataan panggung yang besar, ratusan anggota pemain drama dan kru, dengan binatang di mana-mana, produksi teater Sight & Sound ini digelar dalam skala epik.
Noah The Musikal menjadi produksi teater ini. Ada selubung setinggi 300 kaki yang menggambarkan bagian dalam bahtera, dan di bagian luar bahtera berdiri lebih dari 400 kaki.
Secara keseluruhan dari pengembangan skrip sampai design kreasi set panggung, dibutuhkan waktu sekitar 3 tahun untuk memproduksi pertunjukan seukuran Noah The Musical.
“Kami percaya dengan sepenuh hati jika Anda melakukan sesuatu untuk Tuhan, Anda perlu melakukan yang terbaik,” ujar Dan Lehning, production stage manager, kepada CBN News. “Anda harus melakukan yang terbaik – melakukannya dengan penuh keunggulan.”
Untuk memainkan kisah Nuh secara nyata, Sight & Sound menggunakan lebih dari 200 binatang robot dan 75 binatang hidup. Ditambah lagi beberapa kostum binatang hidup yang dikenakan manusia.
“Melakukan hal ini sangat berat secara fisik pada awalnya, namun Anda akan terbiasa setelah beberapa waktu,” ujar salah seorang pemeran Jeremy Jenkins, yang melakukan manuver di atas panggung dengan kostum gorila yang hidup.
Dan juga para pemain drama yang mengenakan kostum kura-kura, mereka berjalan perlahan melintasi panggung.
“Saya hanya ingin agar orang melihat Tuhan,” ujar aktor John Sneed, yang berperan sebagai Nuh. “Saya ingin orang melihat kasih dan rahmat Allah, dan juga memahami hubungan pribadi antara ayah-anak, bahwa Nuh tidak hanya bersama anak-anaknya, tapi juga dengan Bapanya yang di surga.”
“Ini luar biasa,” tambah aktris Julie Morimoto, yang berperan sebagai Cayla, istri Yafet, dalam Noah The Musical. “Setiap hari saya berterima kasih kepada Tuhan bahwa saya berada di sini.”
Orimoto, yang juga berperan sebagai Maria, ibu Yesus, dalam Sight & Sound Miracle of Christmas, bersyukur bahwa ia jauh dari arus gaya hidup teater dimana ia berkata ia diminta untuk berkompromi secara moral namun ia tolak.
“Hanya agar dapat berbuat baik, kerja berkualitas dengan skrip bagus yang begitu bermakna, dan begitu menyenangkan, namun di saat yang sama, kami memuliakan Tuhan,” jelasnya. “Ada nilai yang kekal. Ada tujuan dan ini adalah pelayanan. Kami tidak memiliki panggilan lain karena kami ingin Allah dimuliakan.”
Pertunjukan dengan standar yang tinggi ini telah menarik orang dari seluruh dunia. Sejak tahun 1995, sekitar 2,5 juta orang telah menyaksikan Noah The Musical di teater Sight & Sound. Apakah itu Noah The Musical maupun pertunjukan lainnya seperti Miracle of Christmas dan Joseph, chief creative officer Josh Enck mengatakan tujuannya adalah untuk menyajikan Alkitab dengan cara yang relevan bagi penonton saat ini.
“Kami dikenal karena pernyataan misi kami, dan itu adalah untuk menyajikan Injil Yesus Kristus melalui media hidup teater dan membuat kisah Alkitab ini masuk ke dalam kehidupan,” ujar Enck.
“Kami mengikat semuanya ke dalam apa yang kami yakini sebagai pesan Injil di belakangnya,” jelas Lehning. “Untuk Nuh, kisah ini mengenai bahtera keselamatan. Kisah ini mengenai menemukan keselamatan Anda di dalam Kristus. Dia adalah Tabut keselamatan.” Para penonton merespon pertunjukan ini secara positif.
“Saya benar-benar menyukainya dan saya ingin datang lagi,” ujar Ellie Silva setelah menyaksikan Noah The Musical. “Dan saya ingin membawa lebih banyak teman.”
“Saya pikir bagian yang paling membuat saya terkesan adalah saat pintu bahtera tertutup dan saya merasakan bagaimana air mata meleleh di pipi karena saya menyadari akan ada satu hari nanti dimana pintu menuju ke keabadian akan tertutup dan orang-orang akan berteriak-teriak meminta masuk tapi tidak bisa. Saat itu sudah sangat terlambat,” ujar penonton Monnie Shirley.
Setelah pertunjukan, para pemeran secara sukarela membagikan kasih Yesus kepada para penonton.
“Memimpin orang kepada Yesus, sejauh ini, merupakan bagian yang paling berharga dari pekerjaan ini,” ujar Morimoto. “Maksud saya inilah maksud dari semua pertunjukan ini.”
“Kami memiliki kesempatan untuk melihat orang-orang datang kepada Kristus di dalam teater kami – hancur hati dan menangis, mencari pengampunan,” lanjut Enck.
“Namun itu hanya bagian kecil dari apa yang sebenarnya terjadi di luar baik di tempat
parkir atau di bis saat perjalanan
pulang maupun di sekeliling meja makan bersama keluarga.”(cbn/jc)