25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Cinta Uang, Akar Segala Kejahatan

Oleh:   Pdm. Edison Sinurat STh

1 Timotius 6:9-10
“Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”

Suatu ketika, kapal Shanunga yang sedang dalam perjalanan dari Liverpool ke New York bertabrakan dengan kapal layar Swedia bernama Iduana dari Hamburg. Kapal tersebut bermuatan 206 penumpang. Ketika itu cuaca sangat berkabut. Iduana tenggelam sekitar setengah jam setelah bertabrakan. Sekoci-sekoci Shanunga segera diturunkan. Dengan satu sekoci dari Iduana, mereka hanya berhasil menyelamatkan 34 orang. Seratus tujuh puluh dua (172)orang, termasuk kapten kapal, Kapten Moberg, hilang.

Kapten Patten dari Shanunga, ketika menceritakan kembali bencana ini, mengatakan kengerian peristiwa itu. Semua yang berhasil selamat diangkat dari permukaan air. Sisanya tenggelam karena satu sebab. Hampir semua di antara mereka mencoba menyelamatkan uang emas dan mengikatkannya ke pinggang masing-masing. Oleh karena berat tubuh mereka ditambah kantong-kantong emas di pinggang itulah mereka menjadi lebih cepat tenggelam. Mereka yang mencoba menyelamatkan  uang kehilangan uang dan nyawa mereka sendiri.

Betapa serakahnya manusia itu sehingga harus kehilangan nyawanya. Di bagian lain di bumi ini kita menyaksikan bahwa orang-orang harus mengalami penderitaan, masuk ke sel tahanan akibat ketamakannya akan uang alias korupsi. Banyak pejabat negeri ini, wakil rakyat yang sudah mendekam di dalam rumah tahanan dan yang lain sedang antri menunggu giliran. KPK sedang bekerja keras mengurusi ribuan kasus korupsi di negeri ini. Keinginan menjadi kaya ini seperti roh yang tak terbendung begitu kuat mempengaruhi manusia hari-hari ini. Salah satu sumber kejahatan manusia akhir zaman menurut 2 Timotius 3:2 adalah, manusia menjadi hamba uang. Mereka mengabaikan hati nurani dan tidak lagi berpikir panjang. Lebih parahnya lagi di antara mereka itu sudah memperhitungkan konsekuensinya dan mempersiapkan diri untuk melarikan diri ke negara lain. Dengan menggandakan paspor, dan kartu identitas lainnya, mereka menjadi nyaman melakukan dosa tersebut. Sungguh, ancaman penjara sepertinya tidak mampu memberi efek jera bagi para pelaku korupsi ini. Jangankan penjara, neraka pun mungkin tidak lagi menjadi menakutkan bagi mereka.
Dalam pandangan Yesus, kekayaan merupakan suatu rintangan terhadap keselamatan dan kemuridan. “Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Matius 19:23-24).

Kekayaan memberi rasa keamanan yang palsu. Perhatikan bagaimana Yesus memberi peringatan kepada kita seperti berikut ini. “Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku berbuat; aku akan rombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.” (Lukas 12:15-21).
Menjadikan keuntungan dan kekayaan duniawi hasrat dari kehidupan adalah kesalahan fatal yang memimpin kepada kerugian kekal. Ketamakan artinya kehausan untuk memiliki lebih banyak. Masing-masing kita harus memperhatikan peringatan Yesus dan menyelidiki diri apakah ada sifat mementingkan diri dan tamak di dalam hati kita.
Seringkali orang kaya hidup seakan-akan mereka tidak memerlukan Allah. Dengan mengejar kekayaan, kehidupan rohani mereka tercekik, dan mereka dibawa ke dalam pencobaan dan keinginan yang mencelakakan, yang mengakibatkan mereka meninggalkan iman yang menyelamatkan.

Kekayaan sejati bagi orang Kristen terdiri atas iman dan kasih yang dinyatakan dalam penyangkalan diri dan hal mengikut Yesus. Orang yang benar-benar kaya adalah mereka yang telah memperoleh kemerdekaan dari perkara-perkara dunia oleh kepercayaan bahwa Allah adalah Bapa mereka dan bahwa Ia tidak akan meninggalkan mereka.
Orang Kristen tidak boleh berpegang erat kepada barang milik mereka sebagai kekayaan atau jaminan pribadi, tetapi mereka harus menyerakan kekayaan mereka dan menempatkan semua sumber penghasilan mereka ke dalam tangan Tuhan untuk dipergunakan di dalam Kerajaan-Nya, untuk memajukan maksud Kristus di bumi, dan bagi keselamatan dan keperluan orang lain.

Demikianlah mereka yang memiliki kekayaan dan harta bendawi harus memandang diri mereka sebagai pengurus barang milik Allah, serta harus bersikap dermawan, siap sedia untuk membagikan kepada orang lain dan kaya dalam kebajikan. Setiap orang Kristen hendaknya menyelidiki hati dan keinginannya sendiri: Apakah saya seorang yang serakah? Apakah saya seorang yang mementingkan diri sendiri? Apakah saya menginginkan harta berlimpah-limpah? Apakah saya sangat mendambakan kehormatan, martabat, dan kuasa yang sering diperoleh karena memiliki kekayaan besar?

Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” (Ibrani 13:5) .

 

Oleh:   Pdm. Edison Sinurat STh

1 Timotius 6:9-10
“Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”

Suatu ketika, kapal Shanunga yang sedang dalam perjalanan dari Liverpool ke New York bertabrakan dengan kapal layar Swedia bernama Iduana dari Hamburg. Kapal tersebut bermuatan 206 penumpang. Ketika itu cuaca sangat berkabut. Iduana tenggelam sekitar setengah jam setelah bertabrakan. Sekoci-sekoci Shanunga segera diturunkan. Dengan satu sekoci dari Iduana, mereka hanya berhasil menyelamatkan 34 orang. Seratus tujuh puluh dua (172)orang, termasuk kapten kapal, Kapten Moberg, hilang.

Kapten Patten dari Shanunga, ketika menceritakan kembali bencana ini, mengatakan kengerian peristiwa itu. Semua yang berhasil selamat diangkat dari permukaan air. Sisanya tenggelam karena satu sebab. Hampir semua di antara mereka mencoba menyelamatkan uang emas dan mengikatkannya ke pinggang masing-masing. Oleh karena berat tubuh mereka ditambah kantong-kantong emas di pinggang itulah mereka menjadi lebih cepat tenggelam. Mereka yang mencoba menyelamatkan  uang kehilangan uang dan nyawa mereka sendiri.

Betapa serakahnya manusia itu sehingga harus kehilangan nyawanya. Di bagian lain di bumi ini kita menyaksikan bahwa orang-orang harus mengalami penderitaan, masuk ke sel tahanan akibat ketamakannya akan uang alias korupsi. Banyak pejabat negeri ini, wakil rakyat yang sudah mendekam di dalam rumah tahanan dan yang lain sedang antri menunggu giliran. KPK sedang bekerja keras mengurusi ribuan kasus korupsi di negeri ini. Keinginan menjadi kaya ini seperti roh yang tak terbendung begitu kuat mempengaruhi manusia hari-hari ini. Salah satu sumber kejahatan manusia akhir zaman menurut 2 Timotius 3:2 adalah, manusia menjadi hamba uang. Mereka mengabaikan hati nurani dan tidak lagi berpikir panjang. Lebih parahnya lagi di antara mereka itu sudah memperhitungkan konsekuensinya dan mempersiapkan diri untuk melarikan diri ke negara lain. Dengan menggandakan paspor, dan kartu identitas lainnya, mereka menjadi nyaman melakukan dosa tersebut. Sungguh, ancaman penjara sepertinya tidak mampu memberi efek jera bagi para pelaku korupsi ini. Jangankan penjara, neraka pun mungkin tidak lagi menjadi menakutkan bagi mereka.
Dalam pandangan Yesus, kekayaan merupakan suatu rintangan terhadap keselamatan dan kemuridan. “Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Matius 19:23-24).

Kekayaan memberi rasa keamanan yang palsu. Perhatikan bagaimana Yesus memberi peringatan kepada kita seperti berikut ini. “Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku berbuat; aku akan rombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.” (Lukas 12:15-21).
Menjadikan keuntungan dan kekayaan duniawi hasrat dari kehidupan adalah kesalahan fatal yang memimpin kepada kerugian kekal. Ketamakan artinya kehausan untuk memiliki lebih banyak. Masing-masing kita harus memperhatikan peringatan Yesus dan menyelidiki diri apakah ada sifat mementingkan diri dan tamak di dalam hati kita.
Seringkali orang kaya hidup seakan-akan mereka tidak memerlukan Allah. Dengan mengejar kekayaan, kehidupan rohani mereka tercekik, dan mereka dibawa ke dalam pencobaan dan keinginan yang mencelakakan, yang mengakibatkan mereka meninggalkan iman yang menyelamatkan.

Kekayaan sejati bagi orang Kristen terdiri atas iman dan kasih yang dinyatakan dalam penyangkalan diri dan hal mengikut Yesus. Orang yang benar-benar kaya adalah mereka yang telah memperoleh kemerdekaan dari perkara-perkara dunia oleh kepercayaan bahwa Allah adalah Bapa mereka dan bahwa Ia tidak akan meninggalkan mereka.
Orang Kristen tidak boleh berpegang erat kepada barang milik mereka sebagai kekayaan atau jaminan pribadi, tetapi mereka harus menyerakan kekayaan mereka dan menempatkan semua sumber penghasilan mereka ke dalam tangan Tuhan untuk dipergunakan di dalam Kerajaan-Nya, untuk memajukan maksud Kristus di bumi, dan bagi keselamatan dan keperluan orang lain.

Demikianlah mereka yang memiliki kekayaan dan harta bendawi harus memandang diri mereka sebagai pengurus barang milik Allah, serta harus bersikap dermawan, siap sedia untuk membagikan kepada orang lain dan kaya dalam kebajikan. Setiap orang Kristen hendaknya menyelidiki hati dan keinginannya sendiri: Apakah saya seorang yang serakah? Apakah saya seorang yang mementingkan diri sendiri? Apakah saya menginginkan harta berlimpah-limpah? Apakah saya sangat mendambakan kehormatan, martabat, dan kuasa yang sering diperoleh karena memiliki kekayaan besar?

Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” (Ibrani 13:5) .

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/