28.9 C
Medan
Sunday, June 23, 2024

Petasan, Kemacetan, hingga Trainer NAC Polri di Sumut

Sahur Bersama Tokoh Sumatera Utara, Kompol Drs. Safwan Khayat, SH M.Hum (14)

Minggu (29/7) dini hari, Tim Sahur Harian Sumut Pos menyambangi kediaman pribadi Wakapolres Langkat Kompol Drs. Safwan Khayat, SH, M.Hum di Jalan Letda Sujono, Gang Muslim Medan. Tim tiba sekitar pukul 03.05 WIB dan langsung disambut hangat oleh Safwan.

Tim Sumut Pos, Medan

SAHUR: Drs Safwan Khayat SH MHum bersahur bersama anak  istrinya.
SAHUR: Drs Safwan Khayat SH MHum bersahur bersama anak dan istrinya.

Begitu dipersilakan masuk, kami langsung duduk di ruang tamu. Bersama Safwan yang saat itu berbaju koko dan berpeci, perbincangan langsung dibuka. Tak perlu dikomando, perbincangan menjurus kepada kebiasaan di bulan suci Ramadan. Salah satunya petasan. Ya, masalah ini dari dulu sudah jadi masalah tapi tak kunjung sukses dibina.

Lalu Safwan menceritakan bahwa di daerah tugasnya di Langkat, Alhamdulillah persoalan petasan sukses diatasi.

“Setiap yang ketahuan main petasan, langsung ditangkap. Tak peduli siapapun. Kami juga meraziah penjual dan melacak produsennya,” kata Safwan.
“Alhasil, yang main petasan kini sangat sedikit. Itupun di dalam perkampungan. Kami tak mentolerir kegiatan negatif di bulan Ramadan, agar yang melaksanakan ibadah dapat khusyuk,” sambungnya.

Balap liar konon ramai di sana? “Ah, belum sempat balapan, setiap pelanggar kendaraan bermotor, bahkan masih dalam keadaan parkir, sudah kami angkat ke kantor. Tunggu keputusan sidang baru bisa diambil. Tak peduli siapapun,” tegas bapak tiga putri itu.

Kemudian, seakan nostalgia, Safwan bercerita soal kemacetan lalu lintas, utamanya di Kota Medan. Nostalgia, karena untuk urusan lalulintas, Safwan kenyang pengalaman. Ya, dulu Safwan kan pernah betugas sebagai Kasatlantas Polresta Medan.

“Mari kita sama-sama membedah, kenapa bisa macet. Butuh banyak personel untuk mengawal persimpangan yang mencapai 300-an di Kota Medan. Sedangkan jumlah personel kita memang sangat terbatas,” katanya.

Karena sudah kenal betul seluk beluk kemacetan di Kota Medan, Safwan sampai diwawancarai oleh pengamat transportasi Kota Medan, Filiyanti Bangun. “Ya, Filianti mau buat buku. Jadi dia minta sedikit bantuan sayalah terkait persoalan lalulintas di Kota Medan dan sekitarnya,” sambung pendiri dan pembina Biker Mitra Polri Indonesia itu.

Lalu, perbincangan mengarah kepada NAC Polri. Apa itu? Kami antusias bertanya. Maka, penjelasan pun dimulai dengan semangat berapi-api. “Saya trainernya saat ini. Satu-satunya trainer NAC di Sumut,” katanya.

Kami makin penasaran. Lalu, Safwan menjelaskan. NAC System adalah singkatan dari Neuro Assosiative Conditioning. NAC adalah pendekatan revolusioner dalam pengembangan diri dan komunikasi umat manusia sehingga mengubah cara berfikir, memberikan kemudahan dalam memodifikasi pola pikir dan perilaku sesuai dambaan. Teknologi ini pada awalnnya dirancang oleh seorang ahli matematika/computer programming DR. Richard Bandler bersama seorang Profesor Linguistik DR. John Grinder di University of California Santa Cruz sekitar pertengahan tahun 1970. Lalu berkembang di tangan Anthony Robin, orang Amerika juga.

Sebagai satu-satunya trainer yang ditugasi oleh Kapoldasu untuk melatih sistem NAC ini kepada seluruh anggota Poldasu, tentu saja kesibukan Safwan meningkat. “Tapi Alhamdulillah tidak ada masalah. Saya senang dapat berbagi untuk perubahan,” katanya.

Tak melulu melatih polisi, Safwan yang ingin menjadi trainer profesional, juga menerima permintaan training NAC untuk masyarakat awam. “Banyak juga yang minta. Dari kalangan pendidik, perusahaan dan lainnya,” lanjut Bapak Sepeda Ontel Sumut itu.

Tak terasa, waktu santap sahur tiba. Istri, Safwan, Ramzida Yulis Nasution bersama seorang putrinya, Lala, sudah menanti di meja makan. Santap sahur lalu dimulai.

Menu sederhana namun menggoda. Ada tauco, gulai ayam, gulai nangka, ikan asin, dan tentu saja makanan yang harus ada saban sahur, telur dadar. “Dadar telur ini makanan favorit saya,” bilang Safwan.

Sambil santap sahur, perbincangan soal NAC masih dibahas. Bahkan Safwan mengajak putrinya, Lala untuk turut ngobrol soal NAC itu. Ternyata putri Safwan juga piawai menerapkan NAC System.

Usai santap sahur, sembari kembali berbincang ringan, waktu imsak tiba. Safwan bergegas bersiap salat subuh. Tim lantas pamit pulang. (tim)

Sahur Bersama Tokoh Sumatera Utara, Kompol Drs. Safwan Khayat, SH M.Hum (14)

Minggu (29/7) dini hari, Tim Sahur Harian Sumut Pos menyambangi kediaman pribadi Wakapolres Langkat Kompol Drs. Safwan Khayat, SH, M.Hum di Jalan Letda Sujono, Gang Muslim Medan. Tim tiba sekitar pukul 03.05 WIB dan langsung disambut hangat oleh Safwan.

Tim Sumut Pos, Medan

SAHUR: Drs Safwan Khayat SH MHum bersahur bersama anak  istrinya.
SAHUR: Drs Safwan Khayat SH MHum bersahur bersama anak dan istrinya.

Begitu dipersilakan masuk, kami langsung duduk di ruang tamu. Bersama Safwan yang saat itu berbaju koko dan berpeci, perbincangan langsung dibuka. Tak perlu dikomando, perbincangan menjurus kepada kebiasaan di bulan suci Ramadan. Salah satunya petasan. Ya, masalah ini dari dulu sudah jadi masalah tapi tak kunjung sukses dibina.

Lalu Safwan menceritakan bahwa di daerah tugasnya di Langkat, Alhamdulillah persoalan petasan sukses diatasi.

“Setiap yang ketahuan main petasan, langsung ditangkap. Tak peduli siapapun. Kami juga meraziah penjual dan melacak produsennya,” kata Safwan.
“Alhasil, yang main petasan kini sangat sedikit. Itupun di dalam perkampungan. Kami tak mentolerir kegiatan negatif di bulan Ramadan, agar yang melaksanakan ibadah dapat khusyuk,” sambungnya.

Balap liar konon ramai di sana? “Ah, belum sempat balapan, setiap pelanggar kendaraan bermotor, bahkan masih dalam keadaan parkir, sudah kami angkat ke kantor. Tunggu keputusan sidang baru bisa diambil. Tak peduli siapapun,” tegas bapak tiga putri itu.

Kemudian, seakan nostalgia, Safwan bercerita soal kemacetan lalu lintas, utamanya di Kota Medan. Nostalgia, karena untuk urusan lalulintas, Safwan kenyang pengalaman. Ya, dulu Safwan kan pernah betugas sebagai Kasatlantas Polresta Medan.

“Mari kita sama-sama membedah, kenapa bisa macet. Butuh banyak personel untuk mengawal persimpangan yang mencapai 300-an di Kota Medan. Sedangkan jumlah personel kita memang sangat terbatas,” katanya.

Karena sudah kenal betul seluk beluk kemacetan di Kota Medan, Safwan sampai diwawancarai oleh pengamat transportasi Kota Medan, Filiyanti Bangun. “Ya, Filianti mau buat buku. Jadi dia minta sedikit bantuan sayalah terkait persoalan lalulintas di Kota Medan dan sekitarnya,” sambung pendiri dan pembina Biker Mitra Polri Indonesia itu.

Lalu, perbincangan mengarah kepada NAC Polri. Apa itu? Kami antusias bertanya. Maka, penjelasan pun dimulai dengan semangat berapi-api. “Saya trainernya saat ini. Satu-satunya trainer NAC di Sumut,” katanya.

Kami makin penasaran. Lalu, Safwan menjelaskan. NAC System adalah singkatan dari Neuro Assosiative Conditioning. NAC adalah pendekatan revolusioner dalam pengembangan diri dan komunikasi umat manusia sehingga mengubah cara berfikir, memberikan kemudahan dalam memodifikasi pola pikir dan perilaku sesuai dambaan. Teknologi ini pada awalnnya dirancang oleh seorang ahli matematika/computer programming DR. Richard Bandler bersama seorang Profesor Linguistik DR. John Grinder di University of California Santa Cruz sekitar pertengahan tahun 1970. Lalu berkembang di tangan Anthony Robin, orang Amerika juga.

Sebagai satu-satunya trainer yang ditugasi oleh Kapoldasu untuk melatih sistem NAC ini kepada seluruh anggota Poldasu, tentu saja kesibukan Safwan meningkat. “Tapi Alhamdulillah tidak ada masalah. Saya senang dapat berbagi untuk perubahan,” katanya.

Tak melulu melatih polisi, Safwan yang ingin menjadi trainer profesional, juga menerima permintaan training NAC untuk masyarakat awam. “Banyak juga yang minta. Dari kalangan pendidik, perusahaan dan lainnya,” lanjut Bapak Sepeda Ontel Sumut itu.

Tak terasa, waktu santap sahur tiba. Istri, Safwan, Ramzida Yulis Nasution bersama seorang putrinya, Lala, sudah menanti di meja makan. Santap sahur lalu dimulai.

Menu sederhana namun menggoda. Ada tauco, gulai ayam, gulai nangka, ikan asin, dan tentu saja makanan yang harus ada saban sahur, telur dadar. “Dadar telur ini makanan favorit saya,” bilang Safwan.

Sambil santap sahur, perbincangan soal NAC masih dibahas. Bahkan Safwan mengajak putrinya, Lala untuk turut ngobrol soal NAC itu. Ternyata putri Safwan juga piawai menerapkan NAC System.

Usai santap sahur, sembari kembali berbincang ringan, waktu imsak tiba. Safwan bergegas bersiap salat subuh. Tim lantas pamit pulang. (tim)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/