25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Bubur Jongkong, Pilihan Menu Buka Puasa

Memasuki bulan ramadhan, selalu bermunculan beraneka ragam jenis makanan. Seperti Bubur Jongkong. Makanan ini kurang terdengar dimasyarakat, seperti bubur candil, cendol, sumsum, atau lainnya. Karena seperti diungkapkan seperti dahulu, makanan ini hanya ada saat Ramadan tiba.

Bentuk bubur jongkong sangat mirip dengan bubur sumsum, sama-sama terbuat dari tepung beras dengan campuran gula merah, pandan, hanya saja hasilnya lebih cair. Dan yang paling berbeda adalah rasa khasnya karena melalui proses pengukusan langsung dengan daun pisang jadi wanginya menambah selera makan. Saking khas-nya, bukan cuma umat Muslim yang menyukai menu satu ini tetapi masyarakat Tionghoa juga suka mencicipi.

Menu yang khas dari Melayu Deli ini memang tidak banyak dijual pada tempat-tempat penjual menu berbuka seperti biasanya. Masyarakat harus menuju ke Jalan Prof H M Yamin atau ke Jalan Adam Malik terlebih dahulu jika ingin mencicipi makanan satu ini.

Ati (35), salah seorang pedagang  bubur jongkong di Jalan Prof HM Yamin mengaku sudah lama menjual Jongkong. Menu satu ini menjadi salah satu pilihan berbuka yang paling disukai orang tua karena sangat dingin di perut. “Biasanya orang tua suka karena bisa buat perut dingin. Tapi anak muda juga suka karena rasanya yang manis,” katanya.

Untuk proses pembuatannya, lanjutnya, membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk memasak tepung beras yang sudah dicampur air dan diberi pewarna dari daun pandan.

“Yang buat lama proses mengaduk tepung berasnya hingga matang dan mengental. Setelah itu, jongkong yang sudah dicampur kuah dari gula merah yang telah dimasak dibungkus dengan daun pisang dan dikukus kembali selama 15 menit hanya untuk sekadar melayukan daunnya,” terangnya.
Ati yang juga sudah berjualan turun temurun ini mengaku hanya berjualan bubur Jongkong saat Ramadan karena masyarakat pada umumnya tidak begitu menyukai makanan ini saat hari biasa.

Pedagang disana menjual Jongkong dengan harga beragam mulai Rp4000 hingga Rp5000 per bungkusnya. Dalam sehari, Ati mengaku bisa menjual hingga 30 bungkus dan lebih banyak lagi saat akhir pekan. “Penjualan bubur satu ini cukup tinggi saat Ramadan karena menjadi menu berbuka yang pas untuk menghilangkan dahaga dan lapar setelah seharian berpuasa,” pungkasnya.   (ram)

Memasuki bulan ramadhan, selalu bermunculan beraneka ragam jenis makanan. Seperti Bubur Jongkong. Makanan ini kurang terdengar dimasyarakat, seperti bubur candil, cendol, sumsum, atau lainnya. Karena seperti diungkapkan seperti dahulu, makanan ini hanya ada saat Ramadan tiba.

Bentuk bubur jongkong sangat mirip dengan bubur sumsum, sama-sama terbuat dari tepung beras dengan campuran gula merah, pandan, hanya saja hasilnya lebih cair. Dan yang paling berbeda adalah rasa khasnya karena melalui proses pengukusan langsung dengan daun pisang jadi wanginya menambah selera makan. Saking khas-nya, bukan cuma umat Muslim yang menyukai menu satu ini tetapi masyarakat Tionghoa juga suka mencicipi.

Menu yang khas dari Melayu Deli ini memang tidak banyak dijual pada tempat-tempat penjual menu berbuka seperti biasanya. Masyarakat harus menuju ke Jalan Prof H M Yamin atau ke Jalan Adam Malik terlebih dahulu jika ingin mencicipi makanan satu ini.

Ati (35), salah seorang pedagang  bubur jongkong di Jalan Prof HM Yamin mengaku sudah lama menjual Jongkong. Menu satu ini menjadi salah satu pilihan berbuka yang paling disukai orang tua karena sangat dingin di perut. “Biasanya orang tua suka karena bisa buat perut dingin. Tapi anak muda juga suka karena rasanya yang manis,” katanya.

Untuk proses pembuatannya, lanjutnya, membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk memasak tepung beras yang sudah dicampur air dan diberi pewarna dari daun pandan.

“Yang buat lama proses mengaduk tepung berasnya hingga matang dan mengental. Setelah itu, jongkong yang sudah dicampur kuah dari gula merah yang telah dimasak dibungkus dengan daun pisang dan dikukus kembali selama 15 menit hanya untuk sekadar melayukan daunnya,” terangnya.
Ati yang juga sudah berjualan turun temurun ini mengaku hanya berjualan bubur Jongkong saat Ramadan karena masyarakat pada umumnya tidak begitu menyukai makanan ini saat hari biasa.

Pedagang disana menjual Jongkong dengan harga beragam mulai Rp4000 hingga Rp5000 per bungkusnya. Dalam sehari, Ati mengaku bisa menjual hingga 30 bungkus dan lebih banyak lagi saat akhir pekan. “Penjualan bubur satu ini cukup tinggi saat Ramadan karena menjadi menu berbuka yang pas untuk menghilangkan dahaga dan lapar setelah seharian berpuasa,” pungkasnya.   (ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/