25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dari Pengusaha Tambak Udang hingga Calon Wali Kota

Sahur Bersama Toko Sumut, Ir H Chaidir Ritonga MM (21)

Tim sahur Sumut Pos berkesempatan berkunjung ke rumah Wakil Ketua DPRD Sumut dari Fraksi Golkar Ir H Chaidir Ritonga MM, di Komplek Perumahan Rajawali, Jalan Kalkun, Medan Sunggal. Banyak hal yang diperbincangkan. Mulai dari pengalamannya sebagai pengusaha hingga pencalonan sebagai Wali Kota Padangsidimpuan.

Tim Sumut Pos, Medan

SAHUR: Wakil Ketua DPRD Sumut, Chaidir Ritonga sahur bersama keluarga  kediamannya komplek Rajawali Jalan Sunggal Medan.//triadi wibowo /sumut pos
SAHUR: Wakil Ketua DPRD Sumut, Chaidir Ritonga sahur bersama keluarga di kediamannya komplek Rajawali Jalan Sunggal Medan.//triadi wibowo /sumut pos

Tiba rumah Chaidir Ritonga di Komplek Perumahan Rajawali, Jalan Kalkun, Medan Sunggal, politisi Partai Golkar ini sudah menunggu di depan pintu gerbang bagian belakang rumahnya.
Ya, kami sengaja diarahkan Chaidir untuk masuk dari pintu belakang, karena lebih dekat dan lebih mudah. Ternyata, bagian belakang rumahnya itu cukup luas dan lebar. Bahkan, halaman belakang rumahnya itu dijadikannya saranan
olahraga bulutangkis, kebetulan dia memang gemar bermain bulutangkis. Dan di lapangan bulutangkis itu, ada tiga unit mobil terparkir.

Kami pun masuk dari pintu belakang, menuju ruang tamu, dipandu seorang kerabat Chaidir yang tinggal di rumah itu. Chaidir pun langsung menuju kamarnya untuk berganti pakaian.

Kami pun menunggu di ruang tamu yang cukup luas. Di dinding ruang tamu, cukup banyak terpajang foto dan lukisan keluarga Chaidir, mulai dari berukuran kecil hingga berukuran besar. Bahkan foto mertuanya, Almarhum Burhanuddin Napitupulu juga terpajang di ruang tamu itu.

Tak sampai sepuluh menit menunggu, Cahidir pun keluar dari kamarnya dengan mengenakan kemeja berliris biru dipadukan dengan blue jeans. “Assalamu’alaikum, apa kabar?” sapa Chaidir sembari menyalami kami satu persatu.
“Maaf, agak lama menunggu tadi. Soalnya,saya ganti baju dulu di kamar. Tidak mungkinlah saya pakai baju tidur yang saya pakai tadi,” jelas Chaidir.

Perbincangan pun mulai mengalir apa adanya. Dalam perbincangan itu, Chaidir yang juga calon Wali Kota Padangsidimpuan dengan nomor urut 6 ini lebih banyak bercerita tentang masa lalunya.
Chaidir dibesarkan dari keluarga sederhana. Ayahnya adalah seorang supir bus, sedangkan ibunya seorang guru. Sejak SMP, dia sudah membantu kedua orangtuanya untuk mencari nafkah dengan berjualan.
“Awalnya, orangtua saya dulu membuka kedai jualan sate dan dibarengi dengan rokok, jajanan anak-anak dan lainnya. Nah, saya ikut membantu orangtua saya membesarkan usaha itu sampai akhirnya kami bisa membuka grosir dan memiliki dua orang karyawan,” beber Chaidir.

Jadi, kata Chaidir, setiap dia pulang sekolah, dia tidak pernah kemana-mana. Dia langsung menjaga grosir orangtuanya, bergantian dengan ibunya. Sedangkan ayahnya tetap sebagai supir bus.
Setelah tamat SMA, dia melanjutkan pendidikannya di Intitut Pertanian Bogor.

Selepas kuliah, dia memilih kembali ke Medan. Selanjutnya pada 1988, memulai membuka usaha tambak udang di Langsa. Awalnya dengan modal sendiri dan masih kecil-kecilan. Ternyata, usaha tambak udangnya terus berkembang dan mendapat bantuan dari Bank Bumi Daya sebesar Rp475 juta. Nah, dengan adanya modal dari bank tersebut, usahanya semakin besar. Dia memiliki 11 tambak di lahan seluas 55 hektar.
“Panen tambak udang saya pertama kali cukup baik. Sehingga, saya bisa mendapat penghasilan mencapai 1 miliar. Di mana, uang satu miliar inilah saya setorkan sebagian untuk menutupi bantuan dari Bank Bumi Daya,” terangnya.
Selain dapat mengembalikan uang pinjaman dari bank tadi, dia juga sudah mampu membeli sepetak rumah. “Rumah inilah yang saya beli. Saat itu saya masih lajang,” kata Chaidir.

Kemudian pada 1992, dia menikahi seorang gadis bernama Hj Susi Machdarwati Napitupulu yang tak lain putri dari Almarhum Burhanuddin Napitupulu yang merupakan poltisi Partai Golkar. Kemudian di tahun 1994, dia mulai mengurangi konsentrasinya mengelola tambak udang. Tambaknya di Langsa langsung dialihkannya kepada adiknya.

Lantas saat disinggung tentang pencalonannya sebagai Wali Kota Padangsidimpuan, Chaidir mengaku tidak punya niat lain, selain untuk membangun Kota Padangsidimpuan. Disebutkannya, saat ini Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu kota yang bangkrut. Karenanya, dia mengaku prihatin. Padahal, menurut dia, cukup banyak potensi yang bisa digali dari kota salak itu.
“Saya ingin menjadikan Kota Padangsidimpuan itu sebagai kota jasa. Makanya, Padangsidimpuan itu harus dikelola secara entrepreneur, bukan secara birokrasi. Makanya, segala potensi yang ada harus digali dan SDM-nya juga harus ditingkatkan,” bilangnya.

Karenanya, dia sangat berharap, seluruh masyarakat khususnya warga Kota Padangsidimpuan dapat mendukung cita-citanya menjadikan Padangsidimpuan sebagai kota jasa.
“Jujur saja saya katakana, sebenarnya saya tidak ingin menjadi Wali Kota Padangsidempuan. Tapi, saya ingin membangun kampung orangtua saya. Apalagi saya besar di sana. Jadi, saya ingin berterimakasih dan membangun Kota Padangsidimpuan sebagai kota jasa seperti Kota Medan, Singapura dan lainnya,” beber Chaidir.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 05.30 WIB. Tim Sahur Sumut Pos pun berpamitan pulang. Kami diantar Chaidir hingga naik ke mobil.(*)

Sahur Bersama Toko Sumut, Ir H Chaidir Ritonga MM (21)

Tim sahur Sumut Pos berkesempatan berkunjung ke rumah Wakil Ketua DPRD Sumut dari Fraksi Golkar Ir H Chaidir Ritonga MM, di Komplek Perumahan Rajawali, Jalan Kalkun, Medan Sunggal. Banyak hal yang diperbincangkan. Mulai dari pengalamannya sebagai pengusaha hingga pencalonan sebagai Wali Kota Padangsidimpuan.

Tim Sumut Pos, Medan

SAHUR: Wakil Ketua DPRD Sumut, Chaidir Ritonga sahur bersama keluarga  kediamannya komplek Rajawali Jalan Sunggal Medan.//triadi wibowo /sumut pos
SAHUR: Wakil Ketua DPRD Sumut, Chaidir Ritonga sahur bersama keluarga di kediamannya komplek Rajawali Jalan Sunggal Medan.//triadi wibowo /sumut pos

Tiba rumah Chaidir Ritonga di Komplek Perumahan Rajawali, Jalan Kalkun, Medan Sunggal, politisi Partai Golkar ini sudah menunggu di depan pintu gerbang bagian belakang rumahnya.
Ya, kami sengaja diarahkan Chaidir untuk masuk dari pintu belakang, karena lebih dekat dan lebih mudah. Ternyata, bagian belakang rumahnya itu cukup luas dan lebar. Bahkan, halaman belakang rumahnya itu dijadikannya saranan
olahraga bulutangkis, kebetulan dia memang gemar bermain bulutangkis. Dan di lapangan bulutangkis itu, ada tiga unit mobil terparkir.

Kami pun masuk dari pintu belakang, menuju ruang tamu, dipandu seorang kerabat Chaidir yang tinggal di rumah itu. Chaidir pun langsung menuju kamarnya untuk berganti pakaian.

Kami pun menunggu di ruang tamu yang cukup luas. Di dinding ruang tamu, cukup banyak terpajang foto dan lukisan keluarga Chaidir, mulai dari berukuran kecil hingga berukuran besar. Bahkan foto mertuanya, Almarhum Burhanuddin Napitupulu juga terpajang di ruang tamu itu.

Tak sampai sepuluh menit menunggu, Cahidir pun keluar dari kamarnya dengan mengenakan kemeja berliris biru dipadukan dengan blue jeans. “Assalamu’alaikum, apa kabar?” sapa Chaidir sembari menyalami kami satu persatu.
“Maaf, agak lama menunggu tadi. Soalnya,saya ganti baju dulu di kamar. Tidak mungkinlah saya pakai baju tidur yang saya pakai tadi,” jelas Chaidir.

Perbincangan pun mulai mengalir apa adanya. Dalam perbincangan itu, Chaidir yang juga calon Wali Kota Padangsidimpuan dengan nomor urut 6 ini lebih banyak bercerita tentang masa lalunya.
Chaidir dibesarkan dari keluarga sederhana. Ayahnya adalah seorang supir bus, sedangkan ibunya seorang guru. Sejak SMP, dia sudah membantu kedua orangtuanya untuk mencari nafkah dengan berjualan.
“Awalnya, orangtua saya dulu membuka kedai jualan sate dan dibarengi dengan rokok, jajanan anak-anak dan lainnya. Nah, saya ikut membantu orangtua saya membesarkan usaha itu sampai akhirnya kami bisa membuka grosir dan memiliki dua orang karyawan,” beber Chaidir.

Jadi, kata Chaidir, setiap dia pulang sekolah, dia tidak pernah kemana-mana. Dia langsung menjaga grosir orangtuanya, bergantian dengan ibunya. Sedangkan ayahnya tetap sebagai supir bus.
Setelah tamat SMA, dia melanjutkan pendidikannya di Intitut Pertanian Bogor.

Selepas kuliah, dia memilih kembali ke Medan. Selanjutnya pada 1988, memulai membuka usaha tambak udang di Langsa. Awalnya dengan modal sendiri dan masih kecil-kecilan. Ternyata, usaha tambak udangnya terus berkembang dan mendapat bantuan dari Bank Bumi Daya sebesar Rp475 juta. Nah, dengan adanya modal dari bank tersebut, usahanya semakin besar. Dia memiliki 11 tambak di lahan seluas 55 hektar.
“Panen tambak udang saya pertama kali cukup baik. Sehingga, saya bisa mendapat penghasilan mencapai 1 miliar. Di mana, uang satu miliar inilah saya setorkan sebagian untuk menutupi bantuan dari Bank Bumi Daya,” terangnya.
Selain dapat mengembalikan uang pinjaman dari bank tadi, dia juga sudah mampu membeli sepetak rumah. “Rumah inilah yang saya beli. Saat itu saya masih lajang,” kata Chaidir.

Kemudian pada 1992, dia menikahi seorang gadis bernama Hj Susi Machdarwati Napitupulu yang tak lain putri dari Almarhum Burhanuddin Napitupulu yang merupakan poltisi Partai Golkar. Kemudian di tahun 1994, dia mulai mengurangi konsentrasinya mengelola tambak udang. Tambaknya di Langsa langsung dialihkannya kepada adiknya.

Lantas saat disinggung tentang pencalonannya sebagai Wali Kota Padangsidimpuan, Chaidir mengaku tidak punya niat lain, selain untuk membangun Kota Padangsidimpuan. Disebutkannya, saat ini Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu kota yang bangkrut. Karenanya, dia mengaku prihatin. Padahal, menurut dia, cukup banyak potensi yang bisa digali dari kota salak itu.
“Saya ingin menjadikan Kota Padangsidimpuan itu sebagai kota jasa. Makanya, Padangsidimpuan itu harus dikelola secara entrepreneur, bukan secara birokrasi. Makanya, segala potensi yang ada harus digali dan SDM-nya juga harus ditingkatkan,” bilangnya.

Karenanya, dia sangat berharap, seluruh masyarakat khususnya warga Kota Padangsidimpuan dapat mendukung cita-citanya menjadikan Padangsidimpuan sebagai kota jasa.
“Jujur saja saya katakana, sebenarnya saya tidak ingin menjadi Wali Kota Padangsidempuan. Tapi, saya ingin membangun kampung orangtua saya. Apalagi saya besar di sana. Jadi, saya ingin berterimakasih dan membangun Kota Padangsidimpuan sebagai kota jasa seperti Kota Medan, Singapura dan lainnya,” beber Chaidir.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 05.30 WIB. Tim Sahur Sumut Pos pun berpamitan pulang. Kami diantar Chaidir hingga naik ke mobil.(*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/