30 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Tidak Semua Bisa Nikmati Bulan Merah Darah

Pemotretan dengan menggunakan multiple-exposure pemandangan proses terjadinya gerhana bulan yang tampak di langit Kota Jakarta, Rabu (31/1/18). Gerhana bulan langka ini terjadi saat bulan berada dalam konfigurasi supermoon dan blue moon. FOTO: HENDRA EKA/JAWA POS

SUMUTPOS.CO – SAAT yang ditunggu masyarakat tersaji tadi malam. Fenomena langka yakni gerhana bulan bersamaan dengan bulan pertama, bisa dinikmati masyarakat tadi malam.

Sebagaimana banyak dilansir, puncak gerhana bulan “super blue blood moon” tadi malam terjadi pada pukul 20.29 WIB. Pada saat puncak gerhana, bulan memang terlihat berwarna merah dan cenderung gelap. Tidak seperti cahaya bulan purnama biasanya yang kuning terang.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan, ada beberapa pertanyaan yang masuk ke dirinya saat gerhana bulan muncul. “Ada yang bertanya kok gak kelihatan bulan merahnya?” katanya, tadi malam.

Thomas lantas menjelaskan, terlihatnya efek “merah darah” saat gerhana bulan banyak dipengaruhi beberapa faktor. Diantaranya adalah kondisi cuaca dimana pengamatan gerhana bulan dilakukan. Dia menjelaskan dalam kondisi sangat cerah, terlihat warna merahnya.

Dia menjelaskan, warna merah darah yang muncul itu merupakan hasil pembiasan sinar matahari. Meskipun saat gerhana posisi bulan-bumi-matahari sejajar, bukan berarti bukan tidak menerima cahaya matahari. Ketika saat gerhana terjadi, gelombang cahaya merah dari matahari dibiaskan oleh bumi ke bulan. Dengan teleskop yang canggih, masyarakat bisa mengamati merembetnya cahaya di daratan bulan serta mengawasi kawah-kawah di bulan.

Ketika diamati lebih jauh, saat puncak gerhana bagian bawah dari bulan terlihat lebih gelap. Menurut Thomas itu menunjukkan bahwa bagian bawah bulan merupakan bagian yang terdekat dengan bumi. Dia mengatakan pada fase gerhana total, bagian bawah bulan memang terlihat lebih gelap. “Karena bagian itu adalah bagian dekat inti bayangan bumi,” pungkasnya.

Sementara itu sebagian masyarakat menyambut gerhana bulan dengan menggelar salat gerhana. Di beberapa masjid juga terdengar khatib membawakan khutbah. Dalam tuntunan Islam memang disunnahkan melaksanakan salat gerhana saat terjadi gerhana bulan maupun matahari. (wan/jpg)

Pemotretan dengan menggunakan multiple-exposure pemandangan proses terjadinya gerhana bulan yang tampak di langit Kota Jakarta, Rabu (31/1/18). Gerhana bulan langka ini terjadi saat bulan berada dalam konfigurasi supermoon dan blue moon. FOTO: HENDRA EKA/JAWA POS

SUMUTPOS.CO – SAAT yang ditunggu masyarakat tersaji tadi malam. Fenomena langka yakni gerhana bulan bersamaan dengan bulan pertama, bisa dinikmati masyarakat tadi malam.

Sebagaimana banyak dilansir, puncak gerhana bulan “super blue blood moon” tadi malam terjadi pada pukul 20.29 WIB. Pada saat puncak gerhana, bulan memang terlihat berwarna merah dan cenderung gelap. Tidak seperti cahaya bulan purnama biasanya yang kuning terang.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan, ada beberapa pertanyaan yang masuk ke dirinya saat gerhana bulan muncul. “Ada yang bertanya kok gak kelihatan bulan merahnya?” katanya, tadi malam.

Thomas lantas menjelaskan, terlihatnya efek “merah darah” saat gerhana bulan banyak dipengaruhi beberapa faktor. Diantaranya adalah kondisi cuaca dimana pengamatan gerhana bulan dilakukan. Dia menjelaskan dalam kondisi sangat cerah, terlihat warna merahnya.

Dia menjelaskan, warna merah darah yang muncul itu merupakan hasil pembiasan sinar matahari. Meskipun saat gerhana posisi bulan-bumi-matahari sejajar, bukan berarti bukan tidak menerima cahaya matahari. Ketika saat gerhana terjadi, gelombang cahaya merah dari matahari dibiaskan oleh bumi ke bulan. Dengan teleskop yang canggih, masyarakat bisa mengamati merembetnya cahaya di daratan bulan serta mengawasi kawah-kawah di bulan.

Ketika diamati lebih jauh, saat puncak gerhana bagian bawah dari bulan terlihat lebih gelap. Menurut Thomas itu menunjukkan bahwa bagian bawah bulan merupakan bagian yang terdekat dengan bumi. Dia mengatakan pada fase gerhana total, bagian bawah bulan memang terlihat lebih gelap. “Karena bagian itu adalah bagian dekat inti bayangan bumi,” pungkasnya.

Sementara itu sebagian masyarakat menyambut gerhana bulan dengan menggelar salat gerhana. Di beberapa masjid juga terdengar khatib membawakan khutbah. Dalam tuntunan Islam memang disunnahkan melaksanakan salat gerhana saat terjadi gerhana bulan maupun matahari. (wan/jpg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/