JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan menggalang kekuatan dari seluruh agama yang ada di dunia untuk mengatasi dinamika persoalan kekerasan Israel-Palestina. Konsolidasi kekuatan antar umat beragama dianggap perlu agar bisa lebih mengintervensi terhadap dihentikannya kekerasan yang telah terjadi antara Israel-Palestina selama ini.
“Beberapa waktu yang lalu, ketika pertama kali meletus (kekerasan di Gaza), saya sudah membuat pernyataan atas nama PBNU, meminta agar kekerasan dihentikan. Tapi, kita melihat tidak ada 1 pihak pun mau memperdulikan seruan PBNU itu. Kekerasan masih berlangsung hingga saat ini,” ungkap Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf di Jakarta kemarin (31/10).
Bahkan, Gus Yahya, sapaan KH Yahya Cholil Staquf, menyebut kekerasan tersebut malah tambah jadi. Di mana, pihak lawan dengan terang-terangan menyatakan kehendak untuk melakukan genosida. “Ini tentu sangat memperhatikan. Itulah sebabnya karena kita capek cuma ngomong dan buat pernyataan terus selama ini, sudah puluhan tahun. Karena itu kita harus mencoba sesuatu yang lebih desisif untuk ini,” ucap Gus Yahya.
Karena itulah, lanjut Gus Yahya, PBNU ingin menggalang kekuatan dari agama-agama semua agama yang ada di seluruh dunia supaya bergerak bersama. Dengan harapan akan terbentuk satu kekuatan, satu mandat yang lebih kuat atas nama agama-agama semua agama yang ada di seluruh dunia untuk berperan lebih nyata dalam mengatasi masalah kekerasan Israel-Palestina.
“Untuk itu, nanti pada 27 November, kita akan mengadakan forum Relegion of Tweenty (R20). Ini nanti kami masukkan untuk itu (menggalang kekuatan antar agama-agama di dunia) dan diharapkan dari sini juga akan ada delegasi untuk engangement, bertemu, bernegosiasi dengan berbagai pihak yang terlibat dalm persoalan Israel-Palestina,” terangnya Gus Yahya.
Gus Yahya menambahkan, selama ini dirinya juga telah bertemu langsung dengan sejumlah pihak di Palestina. Baik itu Netanyahu maupun kalangan Yahudi Israel yang memiliki aspirasi perdamaian dengan membangun gerakan di dalam Israel sendiri untuk memperjuangkan perdamaian. “Nah, sejauh ini, pihak-pihak yang berwenang Israel itu memang masih belum mau mendengar dan belum mau bertindak untuk memenuhi aspirasi perdamaian itu,” ucapnya.
Selain itu, dia menyebut bahwa berbagai kekuatan global yang ada juga masih belum mau untuk sunggung-sungguh berupaya ke arah perdamaian yang nyata.
Pada bagian lain, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi kembali menyampaikan kekecewaannya terhadap Dewan Keamanan (DK) PBB yang masih berdiam diri atas kondisi Gaza. Hal itu disampaikan dalam pernyataan bersama dengan Menlu Belanda Hanke Bruins Slot usai pertemuan bilateral kedua menlu, di Jakarta, kemarin (31/10).
Padahal, kata dia, dari laporan dari Kantor Urusan Kemanusiaan PBB (UNOCHA) menyebutkan lebih dari 8 ribu orang terbunuh. Data tersebut diperoleh UNOCHA dari Kementerian Kesehatan di Gaza, di mana dari jumlah yang disampaikan, mayoritas korban adalah perempuan. Sebanyak 66 persen korban meninggal merupakan perempuan dan anak-anak.
Retno mengatakan, pada Senin pagi (30/10), DK PBB mengadakan pertemuan kembali di New York. Agenda pertemuan tersebut ialah mendengarkan laporan dari berbagai pihak mengenai situasi di Gaza.
Mulai dari Kantor Pengungsi Palestina PBB (UNRWA), UNOCHA, hingga Organisasi Anak-anak PBB (UNICEF). Dari laporan yang disampaikan, semua menyebutkan semakin meningkatnya keputusasaan masyarakat Gaza akibat situasi perang yang terjadi.
Mengutip dari laporan UNOCHA, Retno mengungkapkan, bahwa kondisi ini merupakan bencana besar bagi lebih dari dua juta orang yang terjebak di Jalur Gaza. Mereka telah mengalami pengepungan dan pemboman terus menerus selama 23 hari.
Skala kengerian yang dialami masyarakat di Gaza pun sulit untuk diungkapkan. Masyarakat menjadi semakin putus asa ketika harus mencari makanan, air, dan tempat berlindung di tengah gempuran pengeboman yang tiada henti, yang memusnahkan seluruh keluarga dan lingkungan sekitar. “Saya tidak habis pikir, dengan situasi kemanusiaan seperti ini, DK PBB masih berdiam diri hingga saat ini,” ungkapnya.
Diakui Retno, isu ini pun jadi salah satu bahasan dari kedua menlu dalam sesi bilateral. Keduanya pun pernah membahas mengenai masalah yang sama dalam pertemuan di Markas Besar PBB di New York, pekan lalu. Keduanya sepakat bahwa masalah kemanusiaan harus menjadi fokus semua pihak saat ini.
Sama seperti sebelumnya, Retno menegaskan, posisi Indonesia sangat jelas soal Palestina. “ Indonesia tidak akan mundur dalam membela keadilan dan kemanusiaan Rakyat Palestina,” tegasnya.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Lalu Muhammad Iqbal meluruskan kabar adanya WNI yang tewas di Gaza. Setelah melakukan pengecekan pada pemilik akun @salimafillah dan sumber-sumber di Gaza, diketahui korban meninggal bukan merupakan WNI.
“Terkonfirmasi bahwa relawan atas nama Ahmad Hisyam yang disebutkan di akun tersebut bukan WNI,” ungkapnya. Almarhum, kata dia, merupakan relawan setempat di Gaza bagi salah satu lembaga kemanusiaan di Indonesia. “Kami ikut berduka cita dan belasungkawa yang mendalam atas wafatnya almarhum,” ujarnya. (gih/mia/ila)