24.2 C
Medan
Saturday, June 15, 2024

Saya Lihat Istri Saya Terbakar Hidup-hidup…

Buyung Sidi Rajo, Korban Selamat dari Tragedi Bus PO Yanti

Gusti Ayu, Payakumbuh

Buyung Sidi Rajo tak pernah menduga, Selasa (1/5)  pukul  03.30 WIB akan menjadi  hari terakhir kebersamaannya dengan istrinya, Rosida. Kebakaran bus  PO Yanti Dumai–Solok di kelok 9 Kabupaten Limapuluh Kota, telah  merenggut nyawa istrinya.

Dengan mata  kepalanya  sendiri, ia  menyaksikan  istrinya  meregang nyawa  saat  kobaran api  membakar tubuh istrinya. Ia  tak berdaya  untuk dapat  menyelamatkan Rosida. Karena  tubuhnyapun sudah  mengalami  luka bakar  yang cukup parah.  Dengan  airmata  yang berlinang, ia  hanya dapat memandangi  tubuh  istrinya  terbakar. Walau  dalam lubuk hatinya, ia  ingin sekali  menolong sang istri yang berjuang melawan  kobaran api.

Buyung hanya terduduk lesu  di salah satu tempat tidur di ruangan bangsal rumah sakit Adnaan Payakumbuh. Sesekali  terlihat  ia  meringis menahan sakit. Sebab dipungungnya dipenuhi luka  bakar. Tak hanya  itu, kedua  tangannya juga di penuhi luka bakar. Namun luka bakar itu hanya mengenai dari siku sampai pangkal  lengannya saja. Matanya memandang  ke setiap orang yang masuk ke ruangannya, tatapannya nanar melihat  pengunjung yang datang satu persatu ke ruang tempat dia dirawat.

Pada Padang Ekspres (grup Sumut Pos) ia bercerita, kejadian kebakaran PO Yanti yang terbakar itu hanya berlangsung singkat. Hanya dalam rentan waktu 5 menit kobaran api sudah menghanguskan seluruh badan bus. Sejak  berangkat dari Duri sampai Kelok 9, tak sekalipun ada kerusakan pada kendaraan itu. Bahkan saat bus berhenti di rumah makan, juga tidak pernah ada kerusakan mesin kendaraan. Para penumpang memanfaatkan untuk mengisi perut yang lapar. Kala itu, ia  bersama istrinya juga makan bersama di  rumah  makan tepi jalan tersebut.

Setelah 30 menit kendaraan melaju, para penumpang mengeluhkan aroma kabel  yang  terbakar. Tak lama kemudian terlihat percikan api di bagian depan kendaraan. Para penumpang di dalam bus itupun panik. Sopir dan kernek PO Yanti terlihat keluar dari kendaraan. Sementara para penumpang masih terkunci  di dalam.

Api semakin membesar. Para penumpang di bagian depan, masih dapat menyelamatkan diri melewati pintu depan. Namun karena api cepat menjalar, para penumpang pada bagian tengah tak bisa keluar dari bus. Penumpang bagian tengah dan belakang terperangkap dalam kendaraan. Pintu bagian belakang bus tak bisa terbuka karena diikat. Tumpukan barang-barang memenuhi depan pintu keluar. Tak hanya itu, ban kendaraan  juga ada di pintu bagian belakang. Api semakin besar berkobar. Para penumpang pun akhirnya panik. Buyung yang duduk di bagian tengah juga panik, di samping tempat  duduknya sang istri juga  terlihat cemas.

“Saya panik pintu tak bisa terbuka. Karena diikat. Saya tak tahu kenapa pintu belakang diikat seperti itu. Lalu saya menendang kaca pintu dengan kaki saya, lalu diikuti oleh  penumpang lainnya. Tenaga saya tak cukup kuat untuk melakukan itu seorang diri. Asap yang menghitam membuat saya sesak napas. Seorang anak muda mempersilahkan saya  untuk keluar melalui jendela bus. Sambil  merangkak saya berhasil  keluar,” aku Buyung.

Sayang, usahanya untuk menolong sang istri tak tercapai. “Saya sudah berusaha  menolong istri , namun ia tak punya tenaga untuk merangkak seperti saya. Anak muda  itu berhasil keluar bus. Sedangkan istri saya  tidak. Dari bawah  bus, saya melihat  istri saya  terbakar hidup-hidup,” ujar  pria yang berumur 63 tahun ini.

Ia kembali melanjutkan ceritanya, jarak rumah masyarakat dengan lokasi  kebakaran bus  cukup jauh, sehingga korban yang selamat tidak cepat mendapatkan pertolongan. Ia juga mengaku tak tahu pasti, berapa orang yang selamat atau yang meninggal dalam kebakaran itu. Ia hanya melihat banyak penumpang yang terjebak dalam bus yang tak bisa menyelamatkan  diri.

“Kejadian itu terjadi setelah kami melewatkan makan malam bersama. Saya tak menduga jika hari itu akan jadi hari terakhir saya bersama  istri,” ucapnya.

Pria  berkulit  hitam manis ini mengatakan, ia kerap mengunakan Bus Yanti saat pulang  dari Duri ke Solok. Namun biasanya, ia hanya mengunakan PO Yanti dengan ukuran kecil. “Saya tak tahu, kenapa pada saat itu, saya ingin sekali naik kendaraan dengan bus  besar. Rupanya  peristiwa ini terjadi. Sekarang saya hanya bisa pasrah, mungkin memang ini surah suratan dari Yang Maha Kuasa,” ujarnya.

Penumpang yang selamat lainnya  Fikri (27) juga mengaku selamat karena ia membobol kaca jendela dengan kakinya. Ia mengatakan awalnya ia panik untuk menyelamatkan diri, namun saat ia melihat Buyung Sidi Rajo menghantamkan kakinya ke kaca jendela, ia pun melakukan hal yang sama. Ia mendahulukan Buyung Sidi Rajo keluar dari bus karena ia  melihat kondisi Buyung Sidi Rajo sudah kewalahan  bertahan. “ Saya tak tega saja melihat Pak Buyung kesulitan bernapas. Alhamdulillah saya masih bisa selamat,”  ujarnya. (*)

Buyung Sidi Rajo, Korban Selamat dari Tragedi Bus PO Yanti

Gusti Ayu, Payakumbuh

Buyung Sidi Rajo tak pernah menduga, Selasa (1/5)  pukul  03.30 WIB akan menjadi  hari terakhir kebersamaannya dengan istrinya, Rosida. Kebakaran bus  PO Yanti Dumai–Solok di kelok 9 Kabupaten Limapuluh Kota, telah  merenggut nyawa istrinya.

Dengan mata  kepalanya  sendiri, ia  menyaksikan  istrinya  meregang nyawa  saat  kobaran api  membakar tubuh istrinya. Ia  tak berdaya  untuk dapat  menyelamatkan Rosida. Karena  tubuhnyapun sudah  mengalami  luka bakar  yang cukup parah.  Dengan  airmata  yang berlinang, ia  hanya dapat memandangi  tubuh  istrinya  terbakar. Walau  dalam lubuk hatinya, ia  ingin sekali  menolong sang istri yang berjuang melawan  kobaran api.

Buyung hanya terduduk lesu  di salah satu tempat tidur di ruangan bangsal rumah sakit Adnaan Payakumbuh. Sesekali  terlihat  ia  meringis menahan sakit. Sebab dipungungnya dipenuhi luka  bakar. Tak hanya  itu, kedua  tangannya juga di penuhi luka bakar. Namun luka bakar itu hanya mengenai dari siku sampai pangkal  lengannya saja. Matanya memandang  ke setiap orang yang masuk ke ruangannya, tatapannya nanar melihat  pengunjung yang datang satu persatu ke ruang tempat dia dirawat.

Pada Padang Ekspres (grup Sumut Pos) ia bercerita, kejadian kebakaran PO Yanti yang terbakar itu hanya berlangsung singkat. Hanya dalam rentan waktu 5 menit kobaran api sudah menghanguskan seluruh badan bus. Sejak  berangkat dari Duri sampai Kelok 9, tak sekalipun ada kerusakan pada kendaraan itu. Bahkan saat bus berhenti di rumah makan, juga tidak pernah ada kerusakan mesin kendaraan. Para penumpang memanfaatkan untuk mengisi perut yang lapar. Kala itu, ia  bersama istrinya juga makan bersama di  rumah  makan tepi jalan tersebut.

Setelah 30 menit kendaraan melaju, para penumpang mengeluhkan aroma kabel  yang  terbakar. Tak lama kemudian terlihat percikan api di bagian depan kendaraan. Para penumpang di dalam bus itupun panik. Sopir dan kernek PO Yanti terlihat keluar dari kendaraan. Sementara para penumpang masih terkunci  di dalam.

Api semakin membesar. Para penumpang di bagian depan, masih dapat menyelamatkan diri melewati pintu depan. Namun karena api cepat menjalar, para penumpang pada bagian tengah tak bisa keluar dari bus. Penumpang bagian tengah dan belakang terperangkap dalam kendaraan. Pintu bagian belakang bus tak bisa terbuka karena diikat. Tumpukan barang-barang memenuhi depan pintu keluar. Tak hanya itu, ban kendaraan  juga ada di pintu bagian belakang. Api semakin besar berkobar. Para penumpang pun akhirnya panik. Buyung yang duduk di bagian tengah juga panik, di samping tempat  duduknya sang istri juga  terlihat cemas.

“Saya panik pintu tak bisa terbuka. Karena diikat. Saya tak tahu kenapa pintu belakang diikat seperti itu. Lalu saya menendang kaca pintu dengan kaki saya, lalu diikuti oleh  penumpang lainnya. Tenaga saya tak cukup kuat untuk melakukan itu seorang diri. Asap yang menghitam membuat saya sesak napas. Seorang anak muda mempersilahkan saya  untuk keluar melalui jendela bus. Sambil  merangkak saya berhasil  keluar,” aku Buyung.

Sayang, usahanya untuk menolong sang istri tak tercapai. “Saya sudah berusaha  menolong istri , namun ia tak punya tenaga untuk merangkak seperti saya. Anak muda  itu berhasil keluar bus. Sedangkan istri saya  tidak. Dari bawah  bus, saya melihat  istri saya  terbakar hidup-hidup,” ujar  pria yang berumur 63 tahun ini.

Ia kembali melanjutkan ceritanya, jarak rumah masyarakat dengan lokasi  kebakaran bus  cukup jauh, sehingga korban yang selamat tidak cepat mendapatkan pertolongan. Ia juga mengaku tak tahu pasti, berapa orang yang selamat atau yang meninggal dalam kebakaran itu. Ia hanya melihat banyak penumpang yang terjebak dalam bus yang tak bisa menyelamatkan  diri.

“Kejadian itu terjadi setelah kami melewatkan makan malam bersama. Saya tak menduga jika hari itu akan jadi hari terakhir saya bersama  istri,” ucapnya.

Pria  berkulit  hitam manis ini mengatakan, ia kerap mengunakan Bus Yanti saat pulang  dari Duri ke Solok. Namun biasanya, ia hanya mengunakan PO Yanti dengan ukuran kecil. “Saya tak tahu, kenapa pada saat itu, saya ingin sekali naik kendaraan dengan bus  besar. Rupanya  peristiwa ini terjadi. Sekarang saya hanya bisa pasrah, mungkin memang ini surah suratan dari Yang Maha Kuasa,” ujarnya.

Penumpang yang selamat lainnya  Fikri (27) juga mengaku selamat karena ia membobol kaca jendela dengan kakinya. Ia mengatakan awalnya ia panik untuk menyelamatkan diri, namun saat ia melihat Buyung Sidi Rajo menghantamkan kakinya ke kaca jendela, ia pun melakukan hal yang sama. Ia mendahulukan Buyung Sidi Rajo keluar dari bus karena ia  melihat kondisi Buyung Sidi Rajo sudah kewalahan  bertahan. “ Saya tak tega saja melihat Pak Buyung kesulitan bernapas. Alhamdulillah saya masih bisa selamat,”  ujarnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/