SUMUTPOS.CO – Pendaftaran pilpres tinggal menghitung hari. Para pendukung Calon Presiden Gatot Nurmantyo yang menamakan dirinya Relawan GN, masih gencar melakukan gerilya dukungan. Kali ini giliran DPP Partai Berkarya yang disasar.
Selain membangun komunikasi politik, Relawan GN juga berharap Partai Berkarya bisa secara resmi memberikan dukungan pada mantan panglima TNI itu di Pilpres 2019.
Namun, Partai besutan Tommy Soeharto tidak secara langsung menyatakan dukungannya ke Gatot. Mereka justru berharap Relawan GN bisa bergabung dengan Berkarya di Pileg 2019.
Menanggapi itu, Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC), Zaenal A Budiyono menilai, apa yang dilakukan Relawan GN merupakan sesuatu yang wajar, hal itu dalam upaya meluaskan dukungan terhadap Gatot.
Namun, kata Zaenal, bila mengacu kepada UU Pemilu yang baru, dibutuhkan setidaknya 20 persen Parliamentary Threshold (PT) agar GN bisa maju ke Pilpres. Sementara pemegang tiket PT adalah parpol-parpol yang saat ini memiliki kursi di DPR.
“Kita semua tahu Berkarya adalah partai baru yang belum memiliki kursi, maka dengan sendirinya mereka tidak akan bisa memainkan peran strategis di Pilpres 2019. Tentu bentuk dukungan yang bisa diberikan Berkarya ke GN tidak lebih dari dukungan moral dan politik,” jelas Zaenal kepada JawaPos.com (Grup Sumut Pos), Minggu (1/7).
Dukungan parpol baru tentu saja sama seperti dukungan ormas atau komunitas di masyarakat ke calon presiden. Padahal yang dibutuhkan Gatot saat ini lebih dari itu. Ia membutuhkan tidak hanya dukungan politik, melainkan ‘tiket politik’ dari parpol-parpol yang ada.
Namun muncul spekulasi, apakah merapatnya pendukung GN ke Partai Berkarya karena sudah tidak ada partai di parlemen yang mau menerima Gatot? Zaenal yang merupakan akademisi FISIP Universitas Al Azhar Indonesia, mengatakan, hal itu bisa saja benar. Sebab kabarnya, PAN yang sejak awal kabarnya menyiapkan ‘tiket capres’ untuk GN, dalam perkembangan terakhir justru membuka opsi bagi kembalinya Amien Rais ke medan laga.
Deklarasi Koalisi Umat yang mendaulat Amien Rais untuk bertarung di Pilpres 2019, menunjukkan terjadinya pergeseran dukungan PAN. Sementara mengharapkan dukungan dari Gerindra-PKS, tampaknya sangat sulit.
Pasalnya, lanjut Zaenal, setelah Pilkada 2018, justru terjadi bonus elektoral ke Prabowo Subianto setelah calon-calon yang didukung Gerindra-PKS tampil mengejutkan di Jabar dan Jateng, sebagai 2 provinsi dengan populasi besar. “Begitu juga dengan Partai Demokrat yang tak memberikan sinyal positif ke GN, karena keberadaan AHY di sana,” pungkasnya. (aim/jpc/saz)