JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Tim dari TNI yang masih melakukan investigasi, mulai membeber temuan-temuan awalnya, terkait kecelakaan pesawat Hercules C-130 di Jalan Jamin Ginting, Medan, Selasa (30/6).
Temuan adanya antena radio di lokasi jatuhnya pesawat hercules C-130 menimbulkan prediksi baru. Diduga, pesawat buatan Amerika itu menabrak tiang radio setinggi 25 meter yang berdiri dijarak 300 meter dari lokasi jatuhnya pesawat.
Kepala Pusat Penerangan TNI AU (Kapuspenau) Marsma Dwi Badarmanto membenarkan adanya laporan yang menyebutkan kemungkinan tersebut. Hanya saja dia menegaskan, hasil temuan tersebut bukanlah hasil final.
“Ini baru dugaan awal saja, untuk bisa dipastikan itu penyebabnya (menabrak antena, red) masih jauh,” ujarnya ketika dihubungi Jawa Pos tadi malam.
Dia menyebutkan, prediksi itu muncul setelah melihat posisi jatuhnya pesawat yang tengkurap. Di duga, pesawat jatuh dalam posisi miring. Dalam perjalanannya, prediksi tersebut diperkuat dengan adanya tiga temuan yang didapatkan tim investigasi.
Temuan pertama, adanya permintaan dari Pilot Kapten Sandy Permana yang meminta return to base. Dari situ bisa disimpulkan jika pilot mengetahui adanya kerusakan mesin. “Diduga mesin nomor empat yang mati,” ungkapnya.
Kedua, ada beberapa warga yang melihat pesawat terbang miring. Hal itu merupakan dampak matinya salah satu mesin pesawat. Terakhir, ketiga, ditemukannya antena radio di lokasi. “Antena ini yang diduga mengakibatkan pesawat jatuh,” ujarnya.
Pasalnya, menurut Dwi, secara teori, kerusakan yang terjadi di salah satu mesin pesawat masih memungkinkan pilot melakukan recovery. Hanya saja, hal itu urung dilakukan pilot, setelah pesawat terlanjur menabrak antena terlebih dahulu. “Kalau saja tidak menabrak, mungkin pilot masih bisa melakukan manuver,” ungkapnya.
Keyakinan Dwi tersebut didasarkan pada pengalaman yang dia ketahui. Menurutnya, kejadian matinya salah satu mesin pesawat pernah dialami beberapa penerbang. “Dan secara teori, kerusakan satu mesin masih bisa dilakukan,” ungkapnya.
Pendapat Dwi tersebut diamini pilot senior, Sumarwoto. Menurutnya, pesawat Hercules C-130 merupakan pesawat yang handal dan teruji. Bahkan, seandainya dua dari total empat mesin pesawatnya mati, pesawat tersebut masih bisa terbang. “Kalau cuma satu, ya jelas bisa sekali,”ujarnya.
Pria yang menerbangkan pesawat N-250 buatan Habibie tersebut menjelaskan, perusahaan yang membuat Hercules pernah melakukan uji coba. “Jadi pernah dicoba, mesin dimatikan satu, lalu dimatikan dua. Ternyata masih bisa, dan itu sudah disertifikasi,” imbuhnya.
Temuan baru tersebut membuat prediksi sebelumnya yang mengatakan pesawat jatuh karena over kapasitas terbantahkan. Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan, penyebab over kapasitas tersebut tidak masuk akal. “Enggak, gak ada overkapasitas,” kata mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) tersebut.
Mantan Pangdam Siliwangi tersebut menjelaskan, meski kapasitas normalnya 92 penumpang, spesifikasi pesawat Hercules C-130 itu sanggup mengangkat beban maksimal hingga 20 ton. Jadi, berdasarkan kalkulasi yang dilakukan TNI, beban angkutnya masih dibawa batas maksimal. “Wong cuma 134 orang kok,” imbuhnya.
Sementara terkait adanya warga sipil dalam pesawat Hercules, Moeldoko menganggap hal tersebut sebagai hal yang biasa. Pasalnya, selain fungsi kedinasan, salah satu fungsi alat angkut yang dimiliki TNI adalah kesejahteraan anggota. Hanya saja dia mengakui, dalam penerbangan kemarin ada beberapa case.
“Salah satunya, kemarin ada anggota yang selain membawa keluarga juga membawa pembantu,” terangnya.
Lantas ketika ditanya, soal keberadaan sipil lainnya, Moeldoko enggan menjawab. Dia mengatakan, masih menunggu hasil diidentidikasi. Hanya saja dia menegaskan, keberadaan warga sipil selain anggota TNI merupakan hal yang terlarang. (far)