25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Kapolri Terjunkan Tim Investigasi

SUMUTPOS.CO – Tragedi pertandingan sepak bola antara Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, menewaskan 125 orang, termasuk sebanyak 323 orang mengalami luka. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo berjanji mengusut tuntas tragedi ini dengan menerjunkan tim khusus yang melibatkan berbagai unsur dari Mabes Polri. Pernyataan itu disampaikan Sigit saat meninjau kondisi Kanjuruhan kemarin (2/10).

Dia menegaskan, pihaknya langsung mengambil tindakan setelah mendapat laporan rusuh seusai laga Arema FC vs Persebaya. Kondisi di dalam stadion disterilkan untuk kepentingan investigasi.

“Hari ini (kemarin, Red) kami datang bersama tim dari berbagai satuan kerja untuk melakukan pendalaman,” ujarnya. Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta dan Kadivpropam Polri Irjen Syahardiantono tampak hadir. Termasuk sejumlah penyidik dari Bareskrim Polri, Inafis, Puslabfor, dan Pusdokkes.

Menurut dia, tahap awal yang sudah dilakukan adalah mengidentifikasi korban jiwa. Informasi awal, jumlah korban jiwa mencapai 129 orang. Jenazahnya tersebar di sejumlah rumah sakit. “Data terakhir sudah diverifikasi bersama dinas kesehatan 125 orang. Di data awal, terdapat pencatatan ganda,” katanya.

Sigit menyatakan, seluruh korban sudah teridentifikasi. Berdasar verifikasi, 32 korban jiwa di antaranya masih di bawah umur. “Evaluasi pengamanan dan investigasi terkait dengan peristiwa yang terjadi sedang dilakukan. Diharapkan, tidak ada lagi peristiwa serupa ke depannya,” tuturnya.

Menurutnya, seluruh hal yang mendetail tersebut akan didalami dan menjadi bagian besar dalam proses investigasi. Proses investigasi akan dilakukan mulai dari pihak penyelenggara, pengamanan, dan seluruh pihak terkait. “Semuanya akan kita dalami, ini menjadi satu bagian yang akan kita investigasi secara tuntas baik dari penyelenggara, pengamanan, dan pihak-pihak yang memang perlu kita lakukan pemeriksaan,” ujarnya.

Ia menambahkan proses tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran jelas terkait peristiwa yang menelan 125 korban jiwa tersebut, termasuk siapa yang harus bertanggung jawab atas kejadian itu. “Itu dilakukan untuk menuntaskan dan memberikan gambaran terkait peristiwa yang terjadi dan tentunya siapa yang harus bertanggung jawab,” tegasnya.

Disinggung soal adanya dugaan kesalahan prosedur penembakan gas air mata, dia memilih jawaban diplomatis. Sigit menuturkan, pihaknya masih perlu melakukan pendalaman. “Nanti kami sampaikan perkembangannya,” ujarnya.

Sementara itu, Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta menjelaskan, pengamanan yang diberikan sudah sesuai dengan prosedur. Menurut dia, jajaran polres dan panpel sudah beberapa kali mengadakan pertemuan untuk membahasnya. “Salah satu poin yang disepakati adalah hanya suporter Arema yang boleh datang ke stadion,” ungkapnya.

Nico mengklaim pengamanan selama pertandingan berjalan lancar. Masalah baru muncul setelah peliut akhir ditiup wasit. Banyak penonton yang merangsek turun ke lapangan. “Mereka kecewa timnya kalah serta mengejar pemain dan ofisial,” jelasnya.

Kondisi itu direspons petugas dengan penghalauan. Mereka meminta penonton agar kembali, tetapi diabaikan. Bahkan, tidak sedikit penonton yang disebut menganiaya petugas. Lantaran tindakan penonton membahayakan, petugas akhirnya menembakkan gas air mata. Bukan hanya ke lapangan, tetapi juga ke tribun. Menurut Nico, kondisi itu membuat penumpukan massa. Dampaknya, penonton saling berdesakan dan kekurangan oksigen. Beberapa penonton sampai tidak sadarkan diri.

Terkait dengan tembakan gas air mata yang menyalahi peraturan FIFA, Nico tidak menjawab gamblang. Dia hanya menyebut perlawanan penonton kepada petugas sebagai pemicu awal. “Sangat kami sesalkan kenapa suporter begitu beringas sampai gas air mata keluar. Kita semua tidak menginginkan kejadian ini,” ujarnya.

Nico menyampaikan, polres sejatinya sudah merekomendasikan pertandingan diadakan pada sore hari. Namun, anjuran itu tidak diindahkan. Operator liga tetap memilih jadwal awal dengan menyelenggarakan pertandingan pada malam hari.

Pengamat kepolisian Bambang Rukminto menjelaskan, dalam statuta FIFA memang terdapat larangan penggunaan gas air mata. Pertanyaannya, kenapa larangan itu tidak diserap Polri. Padahal, seharusnya PSSI yang mendorong peraturan FIFA itu diserap dan dijalankan kepolisian. “Ini kenapa?” tanyanya.

Dia juga membenarkan bahwa gas air mata merupakan langkah terakhir untuk membubarkan massa. Harus didahului dengan K9 dan mobil water cannon sebagai pengurai massa. “Kalau dalam stadion, harus water cannon dulu,” tegasnya.

Minusnya K9 dan water cannon menunjukkan perlunya evaluasi terhadap rencana pengamanan laga Arema vs Persebaya tersebut.

Jokowi Minta Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan

Ucapan bela sungkawa atas kejadian di Kanjuruhan, Malang, datang dari Presiden Joko Widodo. Dia juga meminta agar menghentikan liga satu sampai evaluasi dan perbaikan prosedur pertandingan diperbaiki.

“Saya menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya saudara-saudara kita dalam tragedi sepak bola di Kanjuruhan,” kata Jokowi kemarin (2/10).

Dalam kesempatan yang sama, Jokowi juga meminta Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudi Amali, Kapolri Jenderal Listyo Sigit, dan Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan untuk melakukan evaluasi kejadian tersebut. Termasuk juga prosedur pengamanannya.

Kepala Negara mengintruksikan khusus kepada Listyo agar melakukan evaluasi dan mengusut tuntas kasus yang menimbulkan korban jiwa. “Saya juga memerintahkan PSSI untuk menghentikan sementara liga satau sampai evaluasi dan perbaikan prosedur pengamanan dilakukan,” tuturnya.

Untuk penanganan korban luka, Jokowi sudah memeritahkan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk memonitor layanan medis di rumah sakit. Dia ingin seluruh korban dapat layanan yang terbaik. “Saya berharap ini adalah tragedi terakhir sepak bola di tanah air. Jangan sampai ada lagi tragedi kemanusiaan seperti ini di masa yang akan datang,” katanya.

Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy kemarin mengunjungi korban yang masih dirawat di rumah sakit. Dalam kesempatan itu, Muhadjir turut didampingi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang dirawat di beberapa rumah sakit (RS) seperti RS Kepanjen dan RS Syaiful Anwar Malang. Dia juga turut meninjau kondisi terakhir Stadion Kanjuruhan. “Nanti yang sakit akan kita layani secara gratis. Yang meninggal juga akan kita berikan santunan dari provinsi maupun kabupaten,” katanya. Selain itu Muhadjir meminta penegak hukum untuk dapat mengusut tuntas semua pihak yang bersalah atas kasus ini.

Ia juga menyampaikan bila presiden RI Joko Widodo telah memberi perintah untuk segera melakukan investigasi kejadian tersebut.

Ia menambahkan pemerintah menyesalkan kejadian tersebut di kala pemerintah memberikan kelonggaran untuk perhelatan pertandingan sepak bola di Indonesia.

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mohammad Mahfud MD menyampaikan bahwa dirinya sudah berkoordinasi dan mendapat informasi dari Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo.

Dia juga sudah melakukan hal yang sama dengan Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta. Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo, Mahfud menyampaikan bahwa pemerintah bakal menangani tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan.

Mahfud menegaskan bahwa tragedi itu bukan bentrok antar suporter dari kedua tim yang bertanding. Sebab, suporter Persebaya tidak diperbolehkan menonton pertandingan tersebut secara langsung. Berdasar informasi yang diterima oleh Mahfud, korban jiwa berjatuhan lantaran saling berdesakan di dalam stadion. “Saling himpit, terinjak-injak, serta sesak nafas. Tidak ada korban pemukulan atau penganiayaan antar suporter,” tegas dia.

Pria yang pernah bertugas sebagai ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu menyebut, pemerintah sudah mengambil langkah untuk memperbaiki pelaksanaan pertandingan sepak bola di Indonesia.

Gubsu Sampaikan Belasungkawa

Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahyamadi menyampaikan belasungkawa atas tragedi maut pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10) malam yang menewaskan 100 lebih orang itu. Tragedi ini menurut Gubsu sangat menyesakkan dada. Hal itu, disampaikan Gubernur Sumut, Edy Rahyamadi dalam akun instagramnya @edy_rahmayadi dikutip Sumut Pos, Minggu (2/10) sore. Ia mengatakan terlalu mahal pertandingan sepakbola tersebut, harus diganti dengan ratusan nyawa melayang. “Sebuah tragedi yang sangat menyesakkan dada, duka yang sangat mendalam sangat saya rasakan atas terjadinya tragedi yang memakan korban nyawa hingga ratusan jiwa,” tulis Gubernur Sumut.

Mantan Ketua Umum PSSI itu, mengungkapkan dirinya bersama masyarakat Sumatera Utara mendoakan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan ikhlas dalam menghadapi musibah ini. “Mari bersama kita jadikan tragedi ini untuk sama-sama belajar dan berbenah agar ke depannya peristiwa memilukan ini tidak terulang kembali,” ujar Gubernur Edy.

Terpisah, Ketua Umum PSMS Fans Club (PFC), Hendra M Sihaloho mendesak Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan untuk mundur dari jabatannya. Hal itu, sebagai gagalnya dirinya memimpin PSSI saat ini. “Ketua umum PSSI dicopot aja atau berhenti dan mundur lah. Kan kita malu, FIFA mengomong PSSI untuk pengamanan pakai gas air mata,” ungkap Hendra kepada Sumut Pos, kemarin.

Hendra menjelaskan sudah ada aturan FIFA dan tertuang pada Bab III tentang Stewards, pasal 19 soal Steward di pinggir lapangan. Jelas ditulis; dilarang membawa atau menggunakan senjata api atau gas pengendali massa atau gas air mata.

Dalam peristiwa maut itu, Hendra yang sangat bertanggungjawab Ketua Umum PSSI dan Polri sebagai pihak keamanan.

Karena, tidak memahami standar pengamanan jalannya pertandingan sepakbola di Stadion.

“Memang buat heboh, pertama disitu Ketua Umum PSSI kurang memahami aturan dari FIFA. Kemudian, pihak kepolisian tidak memahami bagaimana bentuk pengamanan di Stadion,” jelas Hendra.

Hendra mengungkapkan banyaknya jatuh korban jiwa diduga karena gas air mata. Sehingga timbul kepanikan suporter di lokasi kejadian dan menimbulkan para penonton berdesakan untuk keluar dari stadion.”Karena, gas air mata membuat banyak yang meninggal dunia itu. Kita bisa pastikan itu, gas air mata buat pedih mata dan bernafas susah. Jadi, ada keteledoran antara Ketua PSSI dan kepolisian sebagai pengaman,” sebut Hendra.

Hendra menggambarkan fakta yang terjadi dalam pengamanan jalan pertandingan sepakbola. Dia setiap menyaksikan langsung setiap laga PSMS Medan pihak kepolisian sudah mempersiapkan gas air mata dalam pengamanan tersebut.

Begitu juga, Hendra menuturkan saat terjadi kerusuhan saat PSPS vs PSMS di Stadion Utama, Pekan Baru Riau, beberapa waktu lalu. Polisi juga menggunakan gas air mata untuk merendam emosi suporter PSPS. Yang tim tuan rumah kalah 3-4 dari ayam kinantan.”Makanya, kita minta itu Ketua Umum PSSI itu, baca agar tidak salah memahami biar bisa kordinasi Polri dengan baik. Bisa disampaikan poin-poin aturan FIFA dalam bentuk pengamanan dalam stadion,” ujar Hendra.

Hendra mengungkapkan kenapa FIFA membuat aturan pengamanan tidak boleh menggunakan senjata api dan gas air mata. Karena, FIFA sudah tahu akibat dan dampak gas air mata dan senjata api. Bakalan banyak korban meninggal dan luka-luka di stadion. Bila terjadi kerusuhan saat melakukan pengamanan.

“Kalau ditembak gas air mata dan senjata api, sudah terjadi kepanikan. Polisi juga jangan represif dalam stadion. Karena, polisi itu hasil tembak aja gas air mata itu secara membabi buta. Kita minta diperiksa siapa menembak gas air mata itu. Jadi, banyak korban,” kata Hendra.

Hendra mengkritik kepempimpinan Iwan Bule sapaan akrab Ketum PSSI. Yang tidak memahami aturan dan standar pengamanan. Imbasnya, kepada dunia sepakbola di tanah air ini mendapat hukuman dari FIFA.

“Apa lagi, terancam 8 tahun tidak menggelar kompetisi. Gara-gara satu orang (Ketum PSSI) tidak memahami atau membaca aturan FIFA. Jadi, semuanya dan seluruh Indonesia kena imbasnya,” pungkas Hendra.

Atas kejadian ini, suporter PSMS Medan, PSMS Medan Fans Club, SMECK dan Kampak akan gelar 1000 lilin di Kota Medan, Sumatera Utara. Untuk mengenang peristiwa maut di Stadion Kanjuruhan.

 

PSSI Harus Bertanggung Jawab

Pengamanan kerusuhan yang terjadi usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10) malam tersebut dinilai mengabaikan aturan FIFA. Hal itu dikatakan Kelompok Suporter PSMS yang tergabung Suporter Medan Cinta Kinantan (SMeCK) Hooligan. Mereka mengaku kecewa dengan sikap pihak keamanan yang menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton.

“Pertama, kami dari SMeCK HOOLIGAN mengucapkan turut berdukacita yang sedalam-dalamnya. Semoga para korban yang meninggal ditempatkan di sisi Tuhan Yang Maha Esa dan semoga tenang di tribun barunya. Amin,” ujar Ketua SMeCK Hooligan, Lawren Simorangkir kepada Sumut Pos, Minggu (2/10).

Lawren menegaskan, PSSI harus bertanggungjawab atas kejadian ini. “Kami sangat kecewa adanya kejadian ini, kenapa harus menembakkan gas air mata dan terjadi keberutalan terhadap suporter. Di sini PSSI harus bertanggung jawab atas kejadian tersebut,” tegasnya.

Lawren menegaskan, pengamanan massa di Stadion Kanjuruhan telah melanggar aturan FIFA. Sesuai dengan pasal 19 FIFA Stadium Safety dan Security Regulation bahwa gas air mata dan senjata api dilarang digunakan dalam pengamanan massa di dalam stadion. “Bahkan kedua benda itu dilarang dibawa ke dalam stadion. Kenapa di Kanjuruhan bisa ada gas air mata? Apakah PSSI tidak menjelaskan regulasi itu kepada pihak keamanan?” tegasnya.

Dia meminta agar kejadian ini diusut hingga tuntas. Kemudian, SMeCK Hooligan berharap agar kejadian ini tidak berimbas terhadap sanksi bagi sepak bola Indonesia. “Kami tidak ingin kejadian ini berimbas kepada sanksi bagi sepak bola Indonesia. Apalagi sampai kompetisi sepak bola Indonesia dihentikan, karena PSMS sedang bersinar dan dalam perjalanan ke Liga 1,” pungkasnya.

 

Perlu Belajar dari Final 1985

Sementara itu, pengamat sepak bola asal Sumatera Utara, Indra Efendi Rangkuti mengatakan, tragedi kanjuruhan ini sebagai bukti belum dewasanya suporter klub sepak bola di Indonesia menerima kekalahan.

“Kalah menang dalam pertandingan sepak bola itu hal biasa. Tak ada arti sebuah kemenangan pertandingan sepak bola dibandingkan kehilangan nyawa manusia,” ujar Indra Efendi kepada Sumut Pos, Minggu (2/10).

Diungkapkan, suporter sekarang ini perlu belajar dari final Perserikatan tahun 1985. Saat itu, final yang mempertemukan PSMS Medan dengan Persib Bandung tersebut disaksikan langsung sekitar 150 ribu penonton.

Bahkan, Stadion Gelora Bung Karo (Stadion Gelora Senayan) tidak mampu menampung jumlah penonton. Akibatnya penonton meluber hingga pinggir lapangan. Pertandingan akhirnya dimenangkan PSMS. Duel yang belakangan diberi tajuk El Clasico Indonesia tersebut berjalan tertib tidak ada kerusuhan. “Penoton saat itu didominasi suporter Persib Bandung. Tapi mereka legowo menerima kekalahan. Mereka meninggalkan stadion dengan tertib dan membuat kerusuhan,” ungkapnya.

Indra menegaskan PSSI juga perlu berjalan ke Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA). Saat ini Liga Inggris dikenal paling aman di dunia. Bahkan, tidak ada pembatas antara penonton dengan lapangan. “Inggris melalui FA belajar dari kejadian Heysell. FA bersama dengan klub bekerja sama membina suporter. Mereka memberi pemahaman kepada suporter. Pada akhirnya Liga Inggris sekarang paling aman di dunia,” paparnya.

Indra mengaku khawatir Tragedi Kanjuruhan tersebut akan membuat sepak bola Indonesia mendapat sanksi dari FIFA. Untuk itu, dia berharap agar PSSI segera menjalin komunikasi dengan FIFA sebagai bukti komitmen untuk mengedukasi suporter.

“Imbas Tragedi Heysell, klub Inggris dilarang tampil di kompetisi UEFA. Namun FA dan klub berbenah, sehingga tahun 1991 mereka berhasil meyakinkan FIFA bahwa suporter mereka telah berubah. PSSI harus belajar dari sana,” pungkasnya. (jpc/gus/dek)

SUMUTPOS.CO – Tragedi pertandingan sepak bola antara Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, menewaskan 125 orang, termasuk sebanyak 323 orang mengalami luka. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo berjanji mengusut tuntas tragedi ini dengan menerjunkan tim khusus yang melibatkan berbagai unsur dari Mabes Polri. Pernyataan itu disampaikan Sigit saat meninjau kondisi Kanjuruhan kemarin (2/10).

Dia menegaskan, pihaknya langsung mengambil tindakan setelah mendapat laporan rusuh seusai laga Arema FC vs Persebaya. Kondisi di dalam stadion disterilkan untuk kepentingan investigasi.

“Hari ini (kemarin, Red) kami datang bersama tim dari berbagai satuan kerja untuk melakukan pendalaman,” ujarnya. Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta dan Kadivpropam Polri Irjen Syahardiantono tampak hadir. Termasuk sejumlah penyidik dari Bareskrim Polri, Inafis, Puslabfor, dan Pusdokkes.

Menurut dia, tahap awal yang sudah dilakukan adalah mengidentifikasi korban jiwa. Informasi awal, jumlah korban jiwa mencapai 129 orang. Jenazahnya tersebar di sejumlah rumah sakit. “Data terakhir sudah diverifikasi bersama dinas kesehatan 125 orang. Di data awal, terdapat pencatatan ganda,” katanya.

Sigit menyatakan, seluruh korban sudah teridentifikasi. Berdasar verifikasi, 32 korban jiwa di antaranya masih di bawah umur. “Evaluasi pengamanan dan investigasi terkait dengan peristiwa yang terjadi sedang dilakukan. Diharapkan, tidak ada lagi peristiwa serupa ke depannya,” tuturnya.

Menurutnya, seluruh hal yang mendetail tersebut akan didalami dan menjadi bagian besar dalam proses investigasi. Proses investigasi akan dilakukan mulai dari pihak penyelenggara, pengamanan, dan seluruh pihak terkait. “Semuanya akan kita dalami, ini menjadi satu bagian yang akan kita investigasi secara tuntas baik dari penyelenggara, pengamanan, dan pihak-pihak yang memang perlu kita lakukan pemeriksaan,” ujarnya.

Ia menambahkan proses tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran jelas terkait peristiwa yang menelan 125 korban jiwa tersebut, termasuk siapa yang harus bertanggung jawab atas kejadian itu. “Itu dilakukan untuk menuntaskan dan memberikan gambaran terkait peristiwa yang terjadi dan tentunya siapa yang harus bertanggung jawab,” tegasnya.

Disinggung soal adanya dugaan kesalahan prosedur penembakan gas air mata, dia memilih jawaban diplomatis. Sigit menuturkan, pihaknya masih perlu melakukan pendalaman. “Nanti kami sampaikan perkembangannya,” ujarnya.

Sementara itu, Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta menjelaskan, pengamanan yang diberikan sudah sesuai dengan prosedur. Menurut dia, jajaran polres dan panpel sudah beberapa kali mengadakan pertemuan untuk membahasnya. “Salah satu poin yang disepakati adalah hanya suporter Arema yang boleh datang ke stadion,” ungkapnya.

Nico mengklaim pengamanan selama pertandingan berjalan lancar. Masalah baru muncul setelah peliut akhir ditiup wasit. Banyak penonton yang merangsek turun ke lapangan. “Mereka kecewa timnya kalah serta mengejar pemain dan ofisial,” jelasnya.

Kondisi itu direspons petugas dengan penghalauan. Mereka meminta penonton agar kembali, tetapi diabaikan. Bahkan, tidak sedikit penonton yang disebut menganiaya petugas. Lantaran tindakan penonton membahayakan, petugas akhirnya menembakkan gas air mata. Bukan hanya ke lapangan, tetapi juga ke tribun. Menurut Nico, kondisi itu membuat penumpukan massa. Dampaknya, penonton saling berdesakan dan kekurangan oksigen. Beberapa penonton sampai tidak sadarkan diri.

Terkait dengan tembakan gas air mata yang menyalahi peraturan FIFA, Nico tidak menjawab gamblang. Dia hanya menyebut perlawanan penonton kepada petugas sebagai pemicu awal. “Sangat kami sesalkan kenapa suporter begitu beringas sampai gas air mata keluar. Kita semua tidak menginginkan kejadian ini,” ujarnya.

Nico menyampaikan, polres sejatinya sudah merekomendasikan pertandingan diadakan pada sore hari. Namun, anjuran itu tidak diindahkan. Operator liga tetap memilih jadwal awal dengan menyelenggarakan pertandingan pada malam hari.

Pengamat kepolisian Bambang Rukminto menjelaskan, dalam statuta FIFA memang terdapat larangan penggunaan gas air mata. Pertanyaannya, kenapa larangan itu tidak diserap Polri. Padahal, seharusnya PSSI yang mendorong peraturan FIFA itu diserap dan dijalankan kepolisian. “Ini kenapa?” tanyanya.

Dia juga membenarkan bahwa gas air mata merupakan langkah terakhir untuk membubarkan massa. Harus didahului dengan K9 dan mobil water cannon sebagai pengurai massa. “Kalau dalam stadion, harus water cannon dulu,” tegasnya.

Minusnya K9 dan water cannon menunjukkan perlunya evaluasi terhadap rencana pengamanan laga Arema vs Persebaya tersebut.

Jokowi Minta Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan

Ucapan bela sungkawa atas kejadian di Kanjuruhan, Malang, datang dari Presiden Joko Widodo. Dia juga meminta agar menghentikan liga satu sampai evaluasi dan perbaikan prosedur pertandingan diperbaiki.

“Saya menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya saudara-saudara kita dalam tragedi sepak bola di Kanjuruhan,” kata Jokowi kemarin (2/10).

Dalam kesempatan yang sama, Jokowi juga meminta Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudi Amali, Kapolri Jenderal Listyo Sigit, dan Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan untuk melakukan evaluasi kejadian tersebut. Termasuk juga prosedur pengamanannya.

Kepala Negara mengintruksikan khusus kepada Listyo agar melakukan evaluasi dan mengusut tuntas kasus yang menimbulkan korban jiwa. “Saya juga memerintahkan PSSI untuk menghentikan sementara liga satau sampai evaluasi dan perbaikan prosedur pengamanan dilakukan,” tuturnya.

Untuk penanganan korban luka, Jokowi sudah memeritahkan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk memonitor layanan medis di rumah sakit. Dia ingin seluruh korban dapat layanan yang terbaik. “Saya berharap ini adalah tragedi terakhir sepak bola di tanah air. Jangan sampai ada lagi tragedi kemanusiaan seperti ini di masa yang akan datang,” katanya.

Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy kemarin mengunjungi korban yang masih dirawat di rumah sakit. Dalam kesempatan itu, Muhadjir turut didampingi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang dirawat di beberapa rumah sakit (RS) seperti RS Kepanjen dan RS Syaiful Anwar Malang. Dia juga turut meninjau kondisi terakhir Stadion Kanjuruhan. “Nanti yang sakit akan kita layani secara gratis. Yang meninggal juga akan kita berikan santunan dari provinsi maupun kabupaten,” katanya. Selain itu Muhadjir meminta penegak hukum untuk dapat mengusut tuntas semua pihak yang bersalah atas kasus ini.

Ia juga menyampaikan bila presiden RI Joko Widodo telah memberi perintah untuk segera melakukan investigasi kejadian tersebut.

Ia menambahkan pemerintah menyesalkan kejadian tersebut di kala pemerintah memberikan kelonggaran untuk perhelatan pertandingan sepak bola di Indonesia.

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mohammad Mahfud MD menyampaikan bahwa dirinya sudah berkoordinasi dan mendapat informasi dari Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo.

Dia juga sudah melakukan hal yang sama dengan Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta. Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo, Mahfud menyampaikan bahwa pemerintah bakal menangani tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan.

Mahfud menegaskan bahwa tragedi itu bukan bentrok antar suporter dari kedua tim yang bertanding. Sebab, suporter Persebaya tidak diperbolehkan menonton pertandingan tersebut secara langsung. Berdasar informasi yang diterima oleh Mahfud, korban jiwa berjatuhan lantaran saling berdesakan di dalam stadion. “Saling himpit, terinjak-injak, serta sesak nafas. Tidak ada korban pemukulan atau penganiayaan antar suporter,” tegas dia.

Pria yang pernah bertugas sebagai ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu menyebut, pemerintah sudah mengambil langkah untuk memperbaiki pelaksanaan pertandingan sepak bola di Indonesia.

Gubsu Sampaikan Belasungkawa

Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahyamadi menyampaikan belasungkawa atas tragedi maut pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10) malam yang menewaskan 100 lebih orang itu. Tragedi ini menurut Gubsu sangat menyesakkan dada. Hal itu, disampaikan Gubernur Sumut, Edy Rahyamadi dalam akun instagramnya @edy_rahmayadi dikutip Sumut Pos, Minggu (2/10) sore. Ia mengatakan terlalu mahal pertandingan sepakbola tersebut, harus diganti dengan ratusan nyawa melayang. “Sebuah tragedi yang sangat menyesakkan dada, duka yang sangat mendalam sangat saya rasakan atas terjadinya tragedi yang memakan korban nyawa hingga ratusan jiwa,” tulis Gubernur Sumut.

Mantan Ketua Umum PSSI itu, mengungkapkan dirinya bersama masyarakat Sumatera Utara mendoakan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan ikhlas dalam menghadapi musibah ini. “Mari bersama kita jadikan tragedi ini untuk sama-sama belajar dan berbenah agar ke depannya peristiwa memilukan ini tidak terulang kembali,” ujar Gubernur Edy.

Terpisah, Ketua Umum PSMS Fans Club (PFC), Hendra M Sihaloho mendesak Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan untuk mundur dari jabatannya. Hal itu, sebagai gagalnya dirinya memimpin PSSI saat ini. “Ketua umum PSSI dicopot aja atau berhenti dan mundur lah. Kan kita malu, FIFA mengomong PSSI untuk pengamanan pakai gas air mata,” ungkap Hendra kepada Sumut Pos, kemarin.

Hendra menjelaskan sudah ada aturan FIFA dan tertuang pada Bab III tentang Stewards, pasal 19 soal Steward di pinggir lapangan. Jelas ditulis; dilarang membawa atau menggunakan senjata api atau gas pengendali massa atau gas air mata.

Dalam peristiwa maut itu, Hendra yang sangat bertanggungjawab Ketua Umum PSSI dan Polri sebagai pihak keamanan.

Karena, tidak memahami standar pengamanan jalannya pertandingan sepakbola di Stadion.

“Memang buat heboh, pertama disitu Ketua Umum PSSI kurang memahami aturan dari FIFA. Kemudian, pihak kepolisian tidak memahami bagaimana bentuk pengamanan di Stadion,” jelas Hendra.

Hendra mengungkapkan banyaknya jatuh korban jiwa diduga karena gas air mata. Sehingga timbul kepanikan suporter di lokasi kejadian dan menimbulkan para penonton berdesakan untuk keluar dari stadion.”Karena, gas air mata membuat banyak yang meninggal dunia itu. Kita bisa pastikan itu, gas air mata buat pedih mata dan bernafas susah. Jadi, ada keteledoran antara Ketua PSSI dan kepolisian sebagai pengaman,” sebut Hendra.

Hendra menggambarkan fakta yang terjadi dalam pengamanan jalan pertandingan sepakbola. Dia setiap menyaksikan langsung setiap laga PSMS Medan pihak kepolisian sudah mempersiapkan gas air mata dalam pengamanan tersebut.

Begitu juga, Hendra menuturkan saat terjadi kerusuhan saat PSPS vs PSMS di Stadion Utama, Pekan Baru Riau, beberapa waktu lalu. Polisi juga menggunakan gas air mata untuk merendam emosi suporter PSPS. Yang tim tuan rumah kalah 3-4 dari ayam kinantan.”Makanya, kita minta itu Ketua Umum PSSI itu, baca agar tidak salah memahami biar bisa kordinasi Polri dengan baik. Bisa disampaikan poin-poin aturan FIFA dalam bentuk pengamanan dalam stadion,” ujar Hendra.

Hendra mengungkapkan kenapa FIFA membuat aturan pengamanan tidak boleh menggunakan senjata api dan gas air mata. Karena, FIFA sudah tahu akibat dan dampak gas air mata dan senjata api. Bakalan banyak korban meninggal dan luka-luka di stadion. Bila terjadi kerusuhan saat melakukan pengamanan.

“Kalau ditembak gas air mata dan senjata api, sudah terjadi kepanikan. Polisi juga jangan represif dalam stadion. Karena, polisi itu hasil tembak aja gas air mata itu secara membabi buta. Kita minta diperiksa siapa menembak gas air mata itu. Jadi, banyak korban,” kata Hendra.

Hendra mengkritik kepempimpinan Iwan Bule sapaan akrab Ketum PSSI. Yang tidak memahami aturan dan standar pengamanan. Imbasnya, kepada dunia sepakbola di tanah air ini mendapat hukuman dari FIFA.

“Apa lagi, terancam 8 tahun tidak menggelar kompetisi. Gara-gara satu orang (Ketum PSSI) tidak memahami atau membaca aturan FIFA. Jadi, semuanya dan seluruh Indonesia kena imbasnya,” pungkas Hendra.

Atas kejadian ini, suporter PSMS Medan, PSMS Medan Fans Club, SMECK dan Kampak akan gelar 1000 lilin di Kota Medan, Sumatera Utara. Untuk mengenang peristiwa maut di Stadion Kanjuruhan.

 

PSSI Harus Bertanggung Jawab

Pengamanan kerusuhan yang terjadi usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10) malam tersebut dinilai mengabaikan aturan FIFA. Hal itu dikatakan Kelompok Suporter PSMS yang tergabung Suporter Medan Cinta Kinantan (SMeCK) Hooligan. Mereka mengaku kecewa dengan sikap pihak keamanan yang menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton.

“Pertama, kami dari SMeCK HOOLIGAN mengucapkan turut berdukacita yang sedalam-dalamnya. Semoga para korban yang meninggal ditempatkan di sisi Tuhan Yang Maha Esa dan semoga tenang di tribun barunya. Amin,” ujar Ketua SMeCK Hooligan, Lawren Simorangkir kepada Sumut Pos, Minggu (2/10).

Lawren menegaskan, PSSI harus bertanggungjawab atas kejadian ini. “Kami sangat kecewa adanya kejadian ini, kenapa harus menembakkan gas air mata dan terjadi keberutalan terhadap suporter. Di sini PSSI harus bertanggung jawab atas kejadian tersebut,” tegasnya.

Lawren menegaskan, pengamanan massa di Stadion Kanjuruhan telah melanggar aturan FIFA. Sesuai dengan pasal 19 FIFA Stadium Safety dan Security Regulation bahwa gas air mata dan senjata api dilarang digunakan dalam pengamanan massa di dalam stadion. “Bahkan kedua benda itu dilarang dibawa ke dalam stadion. Kenapa di Kanjuruhan bisa ada gas air mata? Apakah PSSI tidak menjelaskan regulasi itu kepada pihak keamanan?” tegasnya.

Dia meminta agar kejadian ini diusut hingga tuntas. Kemudian, SMeCK Hooligan berharap agar kejadian ini tidak berimbas terhadap sanksi bagi sepak bola Indonesia. “Kami tidak ingin kejadian ini berimbas kepada sanksi bagi sepak bola Indonesia. Apalagi sampai kompetisi sepak bola Indonesia dihentikan, karena PSMS sedang bersinar dan dalam perjalanan ke Liga 1,” pungkasnya.

 

Perlu Belajar dari Final 1985

Sementara itu, pengamat sepak bola asal Sumatera Utara, Indra Efendi Rangkuti mengatakan, tragedi kanjuruhan ini sebagai bukti belum dewasanya suporter klub sepak bola di Indonesia menerima kekalahan.

“Kalah menang dalam pertandingan sepak bola itu hal biasa. Tak ada arti sebuah kemenangan pertandingan sepak bola dibandingkan kehilangan nyawa manusia,” ujar Indra Efendi kepada Sumut Pos, Minggu (2/10).

Diungkapkan, suporter sekarang ini perlu belajar dari final Perserikatan tahun 1985. Saat itu, final yang mempertemukan PSMS Medan dengan Persib Bandung tersebut disaksikan langsung sekitar 150 ribu penonton.

Bahkan, Stadion Gelora Bung Karo (Stadion Gelora Senayan) tidak mampu menampung jumlah penonton. Akibatnya penonton meluber hingga pinggir lapangan. Pertandingan akhirnya dimenangkan PSMS. Duel yang belakangan diberi tajuk El Clasico Indonesia tersebut berjalan tertib tidak ada kerusuhan. “Penoton saat itu didominasi suporter Persib Bandung. Tapi mereka legowo menerima kekalahan. Mereka meninggalkan stadion dengan tertib dan membuat kerusuhan,” ungkapnya.

Indra menegaskan PSSI juga perlu berjalan ke Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA). Saat ini Liga Inggris dikenal paling aman di dunia. Bahkan, tidak ada pembatas antara penonton dengan lapangan. “Inggris melalui FA belajar dari kejadian Heysell. FA bersama dengan klub bekerja sama membina suporter. Mereka memberi pemahaman kepada suporter. Pada akhirnya Liga Inggris sekarang paling aman di dunia,” paparnya.

Indra mengaku khawatir Tragedi Kanjuruhan tersebut akan membuat sepak bola Indonesia mendapat sanksi dari FIFA. Untuk itu, dia berharap agar PSSI segera menjalin komunikasi dengan FIFA sebagai bukti komitmen untuk mengedukasi suporter.

“Imbas Tragedi Heysell, klub Inggris dilarang tampil di kompetisi UEFA. Namun FA dan klub berbenah, sehingga tahun 1991 mereka berhasil meyakinkan FIFA bahwa suporter mereka telah berubah. PSSI harus belajar dari sana,” pungkasnya. (jpc/gus/dek)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/