28 C
Medan
Friday, January 31, 2025

Tidak Ada WNI Jadi Korban

JAKARTA-Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia (RI) meningkatkan perhatian terhadap konflik yang terjadi di wilayah Sabah, Malaysia, antara pengikut kesultanan Sulu dengan pemerintah setempat. Ada sekitar 10 ribu Warga Negara Indonesia (WNI) berdomisili di sekitar wilayah konflik.

BERJAGA-JAGA: Tentara Malaysia berjaga jaga pascabentrok polisi  Kesultanan Sulu  Malaysia.//AFP PHOTO / MALAYSIA-OUT
BERJAGA-JAGA: Tentara Malaysia berjaga jaga pascabentrok polisi dengan Kesultanan Sulu di Malaysia.//AFP PHOTO / MALAYSIA-OUT

Direktur Informasi dan Media Kemlu, P L E Priatna, memastikan sejauh ini tidak ada WNI yang menjadi korban. Pihaknya meminta perhatian serius dari pemerintah Malaysia dan pemerintah Filipina sebagai tempat asal pasukan kesultanan Sulu agar menjaga konflik tidak meluas hingga mengakibatkan korban dari warga negara lain. “Pemerintah Malaysia bertekad untuk serius menangani masalah dan presiden Filipina sudah meminta agar kelompok yang menduduki wilayah Lahad Datu itu segera menyerah. Komitmen itu tentunya kami sambut positif,” ujarnya kepada Jawa Pos (Grup Sumut Pos), tadi malam.

Kemlu melalui perwakilan di Malaysia, kata Priatna, memberikan perhatian tinggi dan perlindungan kepada WNI. Tercatat sekitar 8 ribu sampai 10 ribu WNI di daerah itu bekerja mayoritas di perkebunan kelapa sawit. “Mereka pada umumnya membawa keluarganya ke sana. Tapi sejauh informasi yang kami dapat mereka tidak berada tepat di tempat yang disengketakan,” terangnya.

Meski begitu kekhawatiran dari pemerintah tetap ada sehingga akan dilakukan pemetaan seandainya ada banyak WNI yang berdomisili terlalu berdekatan dengan daerah konflik. “Lahad Datu (wilayah yang diincar pasukan Sulu, Red.) posisi persisnya di mana itu akan kita pelajari. Tetapi sejauh ini Malaysia dan Filipina sudah berusaha agar konflik tidak meluas,” kata Priatna.

Priatna juga mendapatkan kabar bahwa sejak konflik bergulir semua aktivitas di sekitar lokasi diliburkan. Kebijakan itu dinilai cukup melindungi bagi warga yang tidak terlibat konflik termasuk WNI di sekitar sana.

Di Malaysia, pihak kepolisian mengeluarkan pernyataan resmi terkait bentrokan terakhir antara Kepolisian Malaysia dengan kelompok Kesultanan Sulu. Lima orang polisi tewas dalam baku tembak itu.

Konflik berdarah tersebut menambah korban jiwa sejak 12 orang pengikut Sultan Sulu dan dua orang polisi tewas di desa Tanduo. Rangkaian terakhir kejadian itu berlangsung di kota Semporna, 300 kilometer dari desa Tanduo, Sabtu (2/3).

Sebelumnya diberitakan, baku tembak di desa Tanduo tersebut menewaskan satu orang polisi. Kemudian pihak Kepolisian Malaysia membantah tewasnya anggotanya terkait dengan bentrokan melawan kelompok pengacau dari Filipina tersebut. Akhirnya, Kepolisian Malaysia menyatakan lima anggotanya tewas akibat bentrokan itu. (gen/jpnn/net)(gen/net)

JAKARTA-Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia (RI) meningkatkan perhatian terhadap konflik yang terjadi di wilayah Sabah, Malaysia, antara pengikut kesultanan Sulu dengan pemerintah setempat. Ada sekitar 10 ribu Warga Negara Indonesia (WNI) berdomisili di sekitar wilayah konflik.

BERJAGA-JAGA: Tentara Malaysia berjaga jaga pascabentrok polisi  Kesultanan Sulu  Malaysia.//AFP PHOTO / MALAYSIA-OUT
BERJAGA-JAGA: Tentara Malaysia berjaga jaga pascabentrok polisi dengan Kesultanan Sulu di Malaysia.//AFP PHOTO / MALAYSIA-OUT

Direktur Informasi dan Media Kemlu, P L E Priatna, memastikan sejauh ini tidak ada WNI yang menjadi korban. Pihaknya meminta perhatian serius dari pemerintah Malaysia dan pemerintah Filipina sebagai tempat asal pasukan kesultanan Sulu agar menjaga konflik tidak meluas hingga mengakibatkan korban dari warga negara lain. “Pemerintah Malaysia bertekad untuk serius menangani masalah dan presiden Filipina sudah meminta agar kelompok yang menduduki wilayah Lahad Datu itu segera menyerah. Komitmen itu tentunya kami sambut positif,” ujarnya kepada Jawa Pos (Grup Sumut Pos), tadi malam.

Kemlu melalui perwakilan di Malaysia, kata Priatna, memberikan perhatian tinggi dan perlindungan kepada WNI. Tercatat sekitar 8 ribu sampai 10 ribu WNI di daerah itu bekerja mayoritas di perkebunan kelapa sawit. “Mereka pada umumnya membawa keluarganya ke sana. Tapi sejauh informasi yang kami dapat mereka tidak berada tepat di tempat yang disengketakan,” terangnya.

Meski begitu kekhawatiran dari pemerintah tetap ada sehingga akan dilakukan pemetaan seandainya ada banyak WNI yang berdomisili terlalu berdekatan dengan daerah konflik. “Lahad Datu (wilayah yang diincar pasukan Sulu, Red.) posisi persisnya di mana itu akan kita pelajari. Tetapi sejauh ini Malaysia dan Filipina sudah berusaha agar konflik tidak meluas,” kata Priatna.

Priatna juga mendapatkan kabar bahwa sejak konflik bergulir semua aktivitas di sekitar lokasi diliburkan. Kebijakan itu dinilai cukup melindungi bagi warga yang tidak terlibat konflik termasuk WNI di sekitar sana.

Di Malaysia, pihak kepolisian mengeluarkan pernyataan resmi terkait bentrokan terakhir antara Kepolisian Malaysia dengan kelompok Kesultanan Sulu. Lima orang polisi tewas dalam baku tembak itu.

Konflik berdarah tersebut menambah korban jiwa sejak 12 orang pengikut Sultan Sulu dan dua orang polisi tewas di desa Tanduo. Rangkaian terakhir kejadian itu berlangsung di kota Semporna, 300 kilometer dari desa Tanduo, Sabtu (2/3).

Sebelumnya diberitakan, baku tembak di desa Tanduo tersebut menewaskan satu orang polisi. Kemudian pihak Kepolisian Malaysia membantah tewasnya anggotanya terkait dengan bentrokan melawan kelompok pengacau dari Filipina tersebut. Akhirnya, Kepolisian Malaysia menyatakan lima anggotanya tewas akibat bentrokan itu. (gen/jpnn/net)(gen/net)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/