32.8 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Keterikatan Pembaca Media Cetak Lebih Tinggi

Keterikatan pembaca terhadap media cetak terbukti masih jauh lebih tinggi dibandingkan media digital. Padahal, tingkat keterikatan antara media dan pembaca adalah faktor yang sangat memengaruhi masa depan pers di masa mendatang.

PEMBUKAAN: Jacob Mathew (kiri)  Presiden WAN IFRA  baru Tomas Bruneg’rd saat pembukaan 65th World Newspaper Congress  Bangkok Convention Center, kemarin. //PRIYO HANDOKO/JAWA POS/jpnn
PEMBUKAAN: Jacob Mathew (kiri) dan Presiden WAN IFRA yang baru Tomas Bruneg’rd saat pembukaan 65th World Newspaper Congress di Bangkok Convention Center, kemarin. //PRIYO HANDOKO/JAWA POS/jpnn

Kesimpulan tersebut termuat dalam riset yang dilakukan World Association of Newspapers and News Publishers (WAN-IFRA) yang disajikan dalam pembukaan 65th World Newspaper Congress di Bangkok, Thailand, kemarin. “Masa depan industri ini adalah bagaimana media memiliki engagement kepada pembaca dan memiliki keterlibatan dalam kehidupan sehari-hari mereka,” ujar CEO WAN-IFRA Vincent Peyr’gne di Bangkok, Thailand, kemarin.

Riset tentang World Press Trends tersebut juga menyimpulkan bahwa meski media digital mencatat pertumbuhan readership tinggi, tidak diikuti dengan pertumbuhan pendapatan yang signifikan. Reader engagement level media digital juga tergolong rendah.

Peyr’gne mengungkapkan, tantangan terbesar penerbit adalah bagaimana meningkatkan keterlibatan pembaca dengan media. Sebab, meski lebih dari separo populasi masyarakat digital mengunjungi website koran, jumlah kunjungannya hanya menjadi bagian kecil dari total konsumsi internet mereka. Jumlah kunjungan ke website koran digital hanya tujuh persen, bahkan hanya 1,3 persen dari total waktu menggunakan internet. Jika dibandingkan dengan total kunjungan pages, porsinya hanya 0,9 persen.

Data yang sama dari riset terbaru tersebut juga menunjukkan bahwa lebih dari setengah populasi dunia yang berusia dewasa, tetap setia membaca koran setiap hari. Sekitar 2,5 miliar mengonsumsi media cetak. Sedangkan lebih dari 600 juta memilih edisi digital. Saat ini industri media cetak dunia diperkirakan menghasilkan pendapatan tahunan lebih dari USD 200 miliar atau tak kurang dari Rp1.960 triliun.

Seperti beberapa tahun terakhir, koran masih berjaya di Asia. Kondisi industri di Asia saat ini bagaikan sisi mata uang yang berbeda dengan apa yang terjadi di kawasan negara maju seperti Amerika dan Eropa. Sebab, jumlah sirkulasi media dan revenue di dua kawasan tersebut turun drastis. Secara global, sirkulasi koran pada 2012 turun 0,9 persen dari tahun sebelumnya. Tapi, terjadi peningkatan peredaran koran di beberapa kawasan. Di Asia naik 1,2 persen, kemudian 3,5 persen di Australia dan Selandia Baru, serta 0,1 persen di Amerika Latin.

Sedangkan pendapatan iklan koran global pada 2012 turun dua persen dari posisi 2011. Namun, kenaikan pendapatan iklan tercatat di sejumlah kawasan seperti 9,1 persen di Amerika Latin, disusul Asia 3,6 persen, serta 2,3 persen di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.

Sejumlah media cetak dunia kini berlomba untuk tetap mencatatkan pertumbuhan. Seperti yang dilakukan Singapore Press Holdings dengan mengadopsi strategi hibrid media. Editor in Chief Singapore Press Holdings Patrick Daniel mengatakan, readership dan permintaan akan berita masih sangat tinggi. Dengan makin dewasanya sikap pembaca, grup media ini juga bisa menerapkan sistem harga sama untuk edisi digital dan edisi cetak mereka. “Kami mulai menerapkan sistem payment baru ini. Setelah melalui proses audit, jumlah subscriber kami yang merupakan gabungan dari pembaca koran cetak dan digital yang membayar dengan harga sama, mengalami pertumbuhan,” paparnya.

Resmi Dibuka

Perhelatan 65th World Newspaper Congress digelar di CentralWorld LIVE dan Bangkok Convention Center pada 2-5 Juni. Event itu diikuti lebih dari 1.500 praktisi media dari 66 negara. Pergelaran tersebut sekaligus dibarengkan dengan 20th World Editors Forum dan 23rd World Advertising Forum.
Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Thailand Kittirat Na Ranong memberikan sambutan dan membuka acara tersebut. “Pelaku media diharapkan tetap memiliki inovasi untuk mempertahankan industri media cetak. Apalagi, di beberapa kawasan, termasuk di Asia, koran cetak masih menjadi sarana komunikasi yang paling diminati publik,” katanya.

Dalam pembukaan yang berlangsung meriah kemarin, peserta kongres disuguhi berbagai atraksi menarik. Pembukaan dimulai dengan aksi akrobatik tunggal, Bangkok – The City of Angles, yang mereprentasikan turunnya Dewa Wisnu ke tanah Siam, nama Thailand di masa lampau. Dilanjutkan penampilan langsung pelukis pasir kenamaan Thailand yang menggambarkan negaranya hanya dengan sapuan jemari di atas pasir.

Momen lain yang dinantikan peserta 65th World Newspaper Congress adalah penganugerahan Golden Pen of Freedom. Ada video presentasi bertemakan kebebasan pers yang hanya dinikmati 17 persen dari total populasi dunia. “Kebebasan pers mendapatkan ancaman mulai penguasa, militer, hingga gembong kriminal. Sejak awal WAN-IFRA didirikan, kami selalu menghargai mereka yang berada di garis depan mempertahankan kebebasan pers untuk masyarakat,” kata President of World Editors Forum Erik Bjerager.

Penerima Golden Pen of Freedom Laureate jatuh kepada Than Htut Aung, chairman and CEO Eleven Media Group, Yangon, Myanmar, atas dedikasinya terhadap kebebasan pers di negaranya. Hari ini Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra akan memberikan sambutan kepada seluruh peserta.

Sejumlah topik menarik tentang tren media global juga dibahas hari ini. Indonesia dan India yang dijadikan model pertumbuhan media cetak (koran, tabloid, majalah) akan menyampaikan pemaparan. Direktur Utama Jawa Pos Koran Azrul Ananda dijadwalkan tampil sebagai panelis pada sesi Focus on Asian Media pada Rabu (5/6). Azrul tampil bersama Jeongdo Hong, vice president JoongAng Media Network, Korea Selatan; Sandy Prieto, CEO Philippine Daily Inquirer, Filipina; dan Supakorn Vejjajiva, president and COO Post Publishing, Thailand.

Kemarin Chairman Stampen Media Group Tomas Bruneg’rd terpilih menjadi president WAN-IFRA untuk periode dua tahun mendatang. Praktisi media asal Swedia tersebut akan menjabat dua tahun mendatang dan menggantikan posisi koleganya, Jacob Mathew, executive editor and publisher Malayala Manorama Group of Publications asal Kerala, India.

“Ini adalah kehormatan bagi saya untuk menggantikan Jacob Mathew yang sepantasnya mendapatkan penghargaan karena bersama WAN-IFRA dalam dua tahun terakhir ini membawa kita semua ke masa transisi dan transformasi industri,” ujar Bruneg’rd. (aan/c2/sof)

Keterikatan pembaca terhadap media cetak terbukti masih jauh lebih tinggi dibandingkan media digital. Padahal, tingkat keterikatan antara media dan pembaca adalah faktor yang sangat memengaruhi masa depan pers di masa mendatang.

PEMBUKAAN: Jacob Mathew (kiri)  Presiden WAN IFRA  baru Tomas Bruneg’rd saat pembukaan 65th World Newspaper Congress  Bangkok Convention Center, kemarin. //PRIYO HANDOKO/JAWA POS/jpnn
PEMBUKAAN: Jacob Mathew (kiri) dan Presiden WAN IFRA yang baru Tomas Bruneg’rd saat pembukaan 65th World Newspaper Congress di Bangkok Convention Center, kemarin. //PRIYO HANDOKO/JAWA POS/jpnn

Kesimpulan tersebut termuat dalam riset yang dilakukan World Association of Newspapers and News Publishers (WAN-IFRA) yang disajikan dalam pembukaan 65th World Newspaper Congress di Bangkok, Thailand, kemarin. “Masa depan industri ini adalah bagaimana media memiliki engagement kepada pembaca dan memiliki keterlibatan dalam kehidupan sehari-hari mereka,” ujar CEO WAN-IFRA Vincent Peyr’gne di Bangkok, Thailand, kemarin.

Riset tentang World Press Trends tersebut juga menyimpulkan bahwa meski media digital mencatat pertumbuhan readership tinggi, tidak diikuti dengan pertumbuhan pendapatan yang signifikan. Reader engagement level media digital juga tergolong rendah.

Peyr’gne mengungkapkan, tantangan terbesar penerbit adalah bagaimana meningkatkan keterlibatan pembaca dengan media. Sebab, meski lebih dari separo populasi masyarakat digital mengunjungi website koran, jumlah kunjungannya hanya menjadi bagian kecil dari total konsumsi internet mereka. Jumlah kunjungan ke website koran digital hanya tujuh persen, bahkan hanya 1,3 persen dari total waktu menggunakan internet. Jika dibandingkan dengan total kunjungan pages, porsinya hanya 0,9 persen.

Data yang sama dari riset terbaru tersebut juga menunjukkan bahwa lebih dari setengah populasi dunia yang berusia dewasa, tetap setia membaca koran setiap hari. Sekitar 2,5 miliar mengonsumsi media cetak. Sedangkan lebih dari 600 juta memilih edisi digital. Saat ini industri media cetak dunia diperkirakan menghasilkan pendapatan tahunan lebih dari USD 200 miliar atau tak kurang dari Rp1.960 triliun.

Seperti beberapa tahun terakhir, koran masih berjaya di Asia. Kondisi industri di Asia saat ini bagaikan sisi mata uang yang berbeda dengan apa yang terjadi di kawasan negara maju seperti Amerika dan Eropa. Sebab, jumlah sirkulasi media dan revenue di dua kawasan tersebut turun drastis. Secara global, sirkulasi koran pada 2012 turun 0,9 persen dari tahun sebelumnya. Tapi, terjadi peningkatan peredaran koran di beberapa kawasan. Di Asia naik 1,2 persen, kemudian 3,5 persen di Australia dan Selandia Baru, serta 0,1 persen di Amerika Latin.

Sedangkan pendapatan iklan koran global pada 2012 turun dua persen dari posisi 2011. Namun, kenaikan pendapatan iklan tercatat di sejumlah kawasan seperti 9,1 persen di Amerika Latin, disusul Asia 3,6 persen, serta 2,3 persen di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.

Sejumlah media cetak dunia kini berlomba untuk tetap mencatatkan pertumbuhan. Seperti yang dilakukan Singapore Press Holdings dengan mengadopsi strategi hibrid media. Editor in Chief Singapore Press Holdings Patrick Daniel mengatakan, readership dan permintaan akan berita masih sangat tinggi. Dengan makin dewasanya sikap pembaca, grup media ini juga bisa menerapkan sistem harga sama untuk edisi digital dan edisi cetak mereka. “Kami mulai menerapkan sistem payment baru ini. Setelah melalui proses audit, jumlah subscriber kami yang merupakan gabungan dari pembaca koran cetak dan digital yang membayar dengan harga sama, mengalami pertumbuhan,” paparnya.

Resmi Dibuka

Perhelatan 65th World Newspaper Congress digelar di CentralWorld LIVE dan Bangkok Convention Center pada 2-5 Juni. Event itu diikuti lebih dari 1.500 praktisi media dari 66 negara. Pergelaran tersebut sekaligus dibarengkan dengan 20th World Editors Forum dan 23rd World Advertising Forum.
Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Thailand Kittirat Na Ranong memberikan sambutan dan membuka acara tersebut. “Pelaku media diharapkan tetap memiliki inovasi untuk mempertahankan industri media cetak. Apalagi, di beberapa kawasan, termasuk di Asia, koran cetak masih menjadi sarana komunikasi yang paling diminati publik,” katanya.

Dalam pembukaan yang berlangsung meriah kemarin, peserta kongres disuguhi berbagai atraksi menarik. Pembukaan dimulai dengan aksi akrobatik tunggal, Bangkok – The City of Angles, yang mereprentasikan turunnya Dewa Wisnu ke tanah Siam, nama Thailand di masa lampau. Dilanjutkan penampilan langsung pelukis pasir kenamaan Thailand yang menggambarkan negaranya hanya dengan sapuan jemari di atas pasir.

Momen lain yang dinantikan peserta 65th World Newspaper Congress adalah penganugerahan Golden Pen of Freedom. Ada video presentasi bertemakan kebebasan pers yang hanya dinikmati 17 persen dari total populasi dunia. “Kebebasan pers mendapatkan ancaman mulai penguasa, militer, hingga gembong kriminal. Sejak awal WAN-IFRA didirikan, kami selalu menghargai mereka yang berada di garis depan mempertahankan kebebasan pers untuk masyarakat,” kata President of World Editors Forum Erik Bjerager.

Penerima Golden Pen of Freedom Laureate jatuh kepada Than Htut Aung, chairman and CEO Eleven Media Group, Yangon, Myanmar, atas dedikasinya terhadap kebebasan pers di negaranya. Hari ini Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra akan memberikan sambutan kepada seluruh peserta.

Sejumlah topik menarik tentang tren media global juga dibahas hari ini. Indonesia dan India yang dijadikan model pertumbuhan media cetak (koran, tabloid, majalah) akan menyampaikan pemaparan. Direktur Utama Jawa Pos Koran Azrul Ananda dijadwalkan tampil sebagai panelis pada sesi Focus on Asian Media pada Rabu (5/6). Azrul tampil bersama Jeongdo Hong, vice president JoongAng Media Network, Korea Selatan; Sandy Prieto, CEO Philippine Daily Inquirer, Filipina; dan Supakorn Vejjajiva, president and COO Post Publishing, Thailand.

Kemarin Chairman Stampen Media Group Tomas Bruneg’rd terpilih menjadi president WAN-IFRA untuk periode dua tahun mendatang. Praktisi media asal Swedia tersebut akan menjabat dua tahun mendatang dan menggantikan posisi koleganya, Jacob Mathew, executive editor and publisher Malayala Manorama Group of Publications asal Kerala, India.

“Ini adalah kehormatan bagi saya untuk menggantikan Jacob Mathew yang sepantasnya mendapatkan penghargaan karena bersama WAN-IFRA dalam dua tahun terakhir ini membawa kita semua ke masa transisi dan transformasi industri,” ujar Bruneg’rd. (aan/c2/sof)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/