28 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Intimidasi Sudah Menjadi Santapan Rutin

Ketua Baru KPK Abrahan Samad di Mata Keluarga

Empat tahun ke depan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan dipimpin orang muda dan berasal dari daerah. Hal itu terjadi setelah Abraham Samad, 45, terpilih sebagai ketua lembaga superbodi tersebut kemarin. Siapa dia dan bagaimana keluarganya?

YUSRIADI, Makassar

RUMAH keluarga Abraham di Jalan Mapala E29 Nomor 30 Makassar tidak berbeda dengan rumah lain di sekitarnya. Tidak begitu besar, tapi juga tidak kecil. Halaman yang cukup luas ditanami dua pohon mangga dan beberapa jenis bunga. Di teras rumah, dekat pintu, terdapat dua kursi kayu dan meja kecil. Di garasi tampak dua mobil. Di rumah yang cukup nyaman tersebut Abraham tinggal bersama istri Indriani Kartika serta dua buah hatinya, Nasya Thahira, 12, dan Syed Yasin Rantisi, 6. Selain mereka, tinggal di rumah itu tiga orang yang biasa membantu urusan rumah tangga.

Ketiganya berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sedang kuliah di sebuah perguruan tinggi di Makassar. “Mereka saya panggil untuk bantubantu di rumah. Tapi, mereka tetap kuliah,” kata Indri. Di rumah Indri mengisi waktu dengan membuka usaha menjahit. Melalui usaha yang diberi nama Kartika, Indri sering mendapat pesanan menjahit mukena, serbet, dan pernik-pernik lainnya. Semua bahan yang digunakan bukan kain asli, tapi dari percak kain. Abraham sendiri bukan orang baru di dunia pemberantasan korupsi. Meski banyak berkiprah di daerah, antikorupsi dia teriakkan sejak lama. Di Makassar dia memimpinlembagaswadayamasyarakat (LSM) anti korupsi yang diberi nama Anti Corruption Committee (ACC).

Setelah Abraham terpilih sebagai ketua KPK, Indriani merasa bersyukur. Sebab, dengan posisinya sekarang, perjuangan memberantas korupsi akan semakin mudah dilakukan Abraham. “Pastinya bersyukur karena ini sesuai dengan apa yang diinginkan Bapak yang sejak sepuluh tahun lebih memang bergelut di bidang pemberantasan korupsi,” katanya. Soal konsekuansi yang akan dihadapi, Indri tidak ambil pusing. Sebab, selama ini sudah banyak pelajaran yang didapat ketika suaminya menggeluti dunia advokat dan aktivis.

Sepuluh tahun lalu Abraham mendirikan Association Corruption Community. Sejak itu, teror dan intimidasi sudah menjadi santapan rutin. Namun, bagi Indri, semua itu adalah sebuah konsekuensi yang harus dilalui suaminya beserta seluruh keluarga. “Biasa, rumah dilempar. Sering juga dapat telepon ancaman dan yang paling sering dapat surat kaleng,” sebut Indri. Abraham di mata Indri merupakan orang yang sangat tegas. Namun, di balik sikap yang tegas itu Abraham sangat perhatian kepada keluarga.

Hal itu terbukti sejak pencalonannya menjadi ketua KPK, Abraham bolak-balik Jakarta- Makassar demi keluarga di rumah. Kali terakhir dia pulang seminggu lalu dan kembali ke Jakarta pada Minggu, 27 November. Saat itu pria yang lahir pada 27 November 1966 itu berjanji akan pulang ke Makassar pada Senin, 28 November. Tapi, karena proses seleksi calon pimpinan KPK sempat tertunda, Abraham belum bisa pulang ke Makassar hingga hari ini. Meski demikian, Abraham tidak pernah lupa mengabari Indri tentang perkembangan pencalonannya. “Saya selalu dihubungi Bapak. Tadi waktu seleksi pertama selesai dilaksanakan, Bapak bilang bahwa dia terpilih jadi pimpinan. Saya ucapkan selamat dan ternyata pemilihan dilanjutkan sampai akhirnya Bapak terpilih jadi ketua. Bapak juga langsung telepon. Tetapi, kami bicara hanya sebentar. Saat itu saya cuma mangingatkan bahwa yang Bapak akan jalani ini sangat besar. Katanya, makasih atas dukungannya,” jelas Indri.

Indri berharap agar suaminya bisa mengemban tangung jawab dan amanah yang kini dibebankan kepadanya. Yang terpenting, kata Indri, Abraham harus berkomitmen untuk tetap berada di jalur yang benar. (jpnn/ c4/nw)

Ketua Baru KPK Abrahan Samad di Mata Keluarga

Empat tahun ke depan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan dipimpin orang muda dan berasal dari daerah. Hal itu terjadi setelah Abraham Samad, 45, terpilih sebagai ketua lembaga superbodi tersebut kemarin. Siapa dia dan bagaimana keluarganya?

YUSRIADI, Makassar

RUMAH keluarga Abraham di Jalan Mapala E29 Nomor 30 Makassar tidak berbeda dengan rumah lain di sekitarnya. Tidak begitu besar, tapi juga tidak kecil. Halaman yang cukup luas ditanami dua pohon mangga dan beberapa jenis bunga. Di teras rumah, dekat pintu, terdapat dua kursi kayu dan meja kecil. Di garasi tampak dua mobil. Di rumah yang cukup nyaman tersebut Abraham tinggal bersama istri Indriani Kartika serta dua buah hatinya, Nasya Thahira, 12, dan Syed Yasin Rantisi, 6. Selain mereka, tinggal di rumah itu tiga orang yang biasa membantu urusan rumah tangga.

Ketiganya berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sedang kuliah di sebuah perguruan tinggi di Makassar. “Mereka saya panggil untuk bantubantu di rumah. Tapi, mereka tetap kuliah,” kata Indri. Di rumah Indri mengisi waktu dengan membuka usaha menjahit. Melalui usaha yang diberi nama Kartika, Indri sering mendapat pesanan menjahit mukena, serbet, dan pernik-pernik lainnya. Semua bahan yang digunakan bukan kain asli, tapi dari percak kain. Abraham sendiri bukan orang baru di dunia pemberantasan korupsi. Meski banyak berkiprah di daerah, antikorupsi dia teriakkan sejak lama. Di Makassar dia memimpinlembagaswadayamasyarakat (LSM) anti korupsi yang diberi nama Anti Corruption Committee (ACC).

Setelah Abraham terpilih sebagai ketua KPK, Indriani merasa bersyukur. Sebab, dengan posisinya sekarang, perjuangan memberantas korupsi akan semakin mudah dilakukan Abraham. “Pastinya bersyukur karena ini sesuai dengan apa yang diinginkan Bapak yang sejak sepuluh tahun lebih memang bergelut di bidang pemberantasan korupsi,” katanya. Soal konsekuansi yang akan dihadapi, Indri tidak ambil pusing. Sebab, selama ini sudah banyak pelajaran yang didapat ketika suaminya menggeluti dunia advokat dan aktivis.

Sepuluh tahun lalu Abraham mendirikan Association Corruption Community. Sejak itu, teror dan intimidasi sudah menjadi santapan rutin. Namun, bagi Indri, semua itu adalah sebuah konsekuensi yang harus dilalui suaminya beserta seluruh keluarga. “Biasa, rumah dilempar. Sering juga dapat telepon ancaman dan yang paling sering dapat surat kaleng,” sebut Indri. Abraham di mata Indri merupakan orang yang sangat tegas. Namun, di balik sikap yang tegas itu Abraham sangat perhatian kepada keluarga.

Hal itu terbukti sejak pencalonannya menjadi ketua KPK, Abraham bolak-balik Jakarta- Makassar demi keluarga di rumah. Kali terakhir dia pulang seminggu lalu dan kembali ke Jakarta pada Minggu, 27 November. Saat itu pria yang lahir pada 27 November 1966 itu berjanji akan pulang ke Makassar pada Senin, 28 November. Tapi, karena proses seleksi calon pimpinan KPK sempat tertunda, Abraham belum bisa pulang ke Makassar hingga hari ini. Meski demikian, Abraham tidak pernah lupa mengabari Indri tentang perkembangan pencalonannya. “Saya selalu dihubungi Bapak. Tadi waktu seleksi pertama selesai dilaksanakan, Bapak bilang bahwa dia terpilih jadi pimpinan. Saya ucapkan selamat dan ternyata pemilihan dilanjutkan sampai akhirnya Bapak terpilih jadi ketua. Bapak juga langsung telepon. Tetapi, kami bicara hanya sebentar. Saat itu saya cuma mangingatkan bahwa yang Bapak akan jalani ini sangat besar. Katanya, makasih atas dukungannya,” jelas Indri.

Indri berharap agar suaminya bisa mengemban tangung jawab dan amanah yang kini dibebankan kepadanya. Yang terpenting, kata Indri, Abraham harus berkomitmen untuk tetap berada di jalur yang benar. (jpnn/ c4/nw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/