SUMUTPOS.CO – Seorang tenaga kerja asal Indonesia (TKI) dinyatakan positif menderita wabah virus corona. TKI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) tersebut merupakan salah satu dari enam kasus baru untuk wabah virus corona dilaporkan di Singapura.
KEMENTERIAN Kesehatan Singapura atau Ministry of Health (MOH) Singapore menegaskan, ada satu WNI yang positif terpapar virus corona dan merupakan kasus ke-21. Berdasarkan rilis MOH dalam website resminya, Selasa (4/2) menjelaskan, WNI tersebut adalah wanita berusia 44 tahun yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok, tempat di mana virus corona berasal. “Saat ini, dia sedang berada di ruang isolasi di Singapore General Hospital (SGH),” ungkap rilis MOH tersebut.
Wanita ini adalah pekerja rumah tangga asing yang tinggal di Jalan Bukit Merah. Gejala awal penyakitnya timbul pada (2/2). Dia terbukti memiliki kontak langsung dengan kasus ke-19, yaitu seorang wanita berusia 28 tahun yang saat ini sedang diisolasi di SGH pada (3/2). Hasil tes selanjutnya mengkonfirmasi infeksi 2019-nCoV kemarin sore. Dilaporkan pula bahwa wanita tersebut tidak meninggalkan tempat tinggalnya sejak timbulnya gejala.
MOH dalam konferensi pers kemarin mengumumkan enam kasus baru ini terdiri atas empat orang yang melakukan kontak dengan rombongan turis asal Tiongkok dan dua warga Singapura yang baru dipulangkan dari Wuhan. Disebutkan MOH bahwa rombongan turis Tiongkok itu tiba di Singapura pada 22 Januari lalu dan sehari setelahnya mengunjungi sebuah toko produk kesehatan di Cavan Road, Singapura. Rombongan turis itu juga mengunjungi beberapa lokasi lainnya.
Rombongan turis Tiongkok itu juga sempat melanjutkan perjalanan ke Malaysia antara 24-26 Januari lalu, sebelum kembali ke Singapura melalui Woodlands Checkpoint pada 27 Januari dini hari. Mereka terbang dari Terminal 1 Bandara Changi pada 27 Januari pagi hari, sekitar pukul 06.00 waktu setempat. Tidak disebut mereka terbang ke mana.
“Kementerian Kesehatan telah memulai pelacakan kontak untuk mengidentifikasi individu-individu yang melakukan kontak dekat dengan kasus-kasus ini, sehingga dalam memagari dan membatasi penyebaran lebih lanjut,” tegas Menteri Kesehatan Singapura, Gan Kim Yong.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) telah menerima konfirmasi lisan dari Kementerian Kesehatan Singapura terkait seorang pembantu rumah tangga (PRT) asal Indonesia positif virus corona. KBRI Singapura berkoordinasi dengan otoritas setempat mengenai hal tersebut.
“KBRI Singapura telah menerima konfirmasi lisan dari Ministry of Health Singapura, namun dikarenakan personal protection act, identitas WNI tersebut belum dapat disampaikan. KBRI Singapura terus berkoordinasi dengan pihak-pihak yang berwenang terkait penangan hal tersebut,” demikian keterangan tertulis yang disampaikan KBRI Singapura, Selasa (4/2).
WNI tersebut tidak pernah memiliki riwayat bepergian ke Tiongkok, namun dia bekerja di rumah warga negara Singapura yang juga ditetapkan positif virus corona. WNI tersebut saat ini ditangani tim medis dari Singapore General Hospital. “Kami imbau untuk seluruh WNI yang berada di Singapura diharapkan dapat tetap waspada menjaga kesehatan dan kebersihan, dan memperhatikan imbauan yang dikeluarkan Pemerintah Singapura melalui jalur resmi Ministry of Health,” lanjutan keterangan tertulis itu.
3 WNI Masih Dirawat di Tiongkok
Sementara, tiga WNI yang tidak ikut pulang ke Tanah Air bersama 238 WNI lainnya saat proses evakuasi karena tidak diizinkan meninggalkan Tiongkok, saat ini masih dalam perawatan medis dan menjadi tanggung jawab pemerintah Tiongkok. Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto percaya, pemerintah Tiongkok akan memperlakukan 3 WNI ini secara baik dan sesuai prosedur kesehatan yang berlaku.
“Saya harus percaya mereka akan rawat 3 orang ini dengan baik. Ketidaksalingpercayaan akan menimbulkan ketidakharmonisan hubungan negara,” kata Terawan di Kemenko Polhukam Jakarta, Selasa (4/2).
Namun, Menkes Terawan belum memberikan kepastian, apakah 3 WNI yang tertahan di Wuhan terjangkit virus korona atau tidak. Karena proses pemeriksaan Corona tidak bisa selesai dalam 1 atau 2 hari. Sedangkan prosedur World Health Organization (WHO) menyebutkan orang yang mengalami sakit apapun dilarang meninggalkan sebuah negara. Mereka harus dipastikan sehat terlebih dahulu jika ingin bepergian. “Untuk ketentuan WHO yang sakit gak boleh keluar dari negara itu. Bukan sakit A, B, C, gitu. Jadi jelas mereka dianggap nggak layak terbang,” ucap Terawan.
Sebelumnya, sebanyak 238 WNI telah kembali menggunakan pesawat Batik Air dan telah mendarat di Bandar Udara Hang Nadim Batam. Di mana, saat ini sedang dalam proses perpindahan pesawat ke pesawat milik TNI Angkatan Udara yang akan segera bertolak ke Natuna, Kepulauan Riau guna melakukan observasi kesehatan lebih lanjut.
Pemerintah memastikan semua WNI di Natuna yang baru dievakuasi dari Wuhan, Tiongkok dalam keadaan sehat. Mereka harus menjalani masa karantina selama 14 hari sebelum pulang ke rumah masing-masing. “Laporan teman-teman yang melakukan pelayanan di dalam (lokasi karantina, red), semuanya dalam keadaan sehat,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Anung Sugihantono di Natuna, Kepulauan Riau, Selasa (4/2).
Anung memastikan, hingga saat ini tidak ada satu pun di antara mereka yang suhu badannya di atas 38 derajat Celcius. Tingginya suhu badan itu sebagai salah satu tanda terinfeksi virus korona yang telah menewasakan ratusan orang di Tiongkok.
Tim kesehatan di tempat itu juga tidak menemukan keluhan lain dari WNI yang dievakuasi dari Wuhan dan tim pendukung. Perlakuan yang diberikan saat ini adalah tim Kemenkes masih terus memberikan layanan kesehatan, observasi kesehatan sesuai dengan protokol Badan PBB untuk Kesehatan Dunia (WHO).
Tim juga masih terus melakukan pengecekan suhu tubuh terhadap seluruh saudara sebangsa yang berada di ring satu, yaitu mereka yang dievakuasi dari Tiongkok sebanyak 238 orang, ditambah tim dari Kementerian Luar Negeri lima orang, dan tim penjemput, termasuk kru pesawat yang menjemput. Totalnya terdapat 285 orang di tempat itu. “Pengecekan suhu tubuh dilakukan sekurangnya dua kali sehari,” imbuhnya.
Petugas juga melakukan analisa terhadap keluhan warga di tempat itu, yang berkaitan dengan gejala dan tanda infeksi virus 2019-nCoV. “Pada dasarnya semua orang yang berada dalam lingkup Natuna, khususnya yang dievakuasi dalam keadaan sehat. Karena sudah melalui proses screening lebih dulu saat di Tiongkok, namun, untuk antisipasi begitu datang juga dilakukan berbagai upaya dengan aspek pencegahan,” kata dia.
Tim di Natuna terus memastikan seluruh warga di tempat itu dalam keadaan sehat, dengan memberikan makanan cukup bergizi. Warga di lokasi observasi juga melakukan olahraga dan kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya selama berada di pangkalan militer TNI yang kini disulap menjadi lokasi karantina itu.
Tiongkok Ungkap Rahasia Pengobatan Virus Korona
Sejauh ini, sudah ada 600-an pasien virus corona asal Wuhan, Tiongkok, yang diperbolehkan pulang dari rumah sakit dan dinyatakan sembuh. Salah satu pendorongnya adalah daya tahan imun tubuh pasien dan obat-obatan pendukung untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien. Dan ternyata, Tiongkok mengembangkan pengobatan lain.
Caranya, dengan menggabungkan racikan pengobatan Barat dan Timur. Selama ini Tiongkok dikenal dengan pengobatan tradisional yang mujarab. Resep-resep herbal juga banyak datang dari Tiongkok.
“Para ahli terus berusaha menelusuri wabah. Pemantauan darurat sejak awal selalu dilakukan. Kami menggabungkan pengobatan barat dan timur. Secara akurat dan banyak yang sembuh,” kata Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia, H.E. Mr. Xiao Qian kepada wartawan di Jakarta, Selasa (4/2).
Dubes Xiao Qian mengklaim sejak awal wabah ini terjadi, para ahli dari Tiongkok selalu meneliti tentang asal usul virus ini. Berdasarkan penlitian Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tiongkok, ada kemungkinan besar penyakit itu berasal dari pasar binantang liar. Wabah itu kemungkinan besar berasal dari kelelawar.
“Ahli-ahli Tiongkok berupaya keras temukan obat terkait. Setelah epidemi ditemukan yakni Coronavirus baru para ahli pun terbuka membagi urutan genetiknya kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan negara lain. Atas dasar ini berbagai negara bisa cepat ketemu reagent-nya dan secara efektif bisa tangani pasien. Dan penelitian tentang vaksin dan obat semakin ada progress,” tegasnya.
Dia menegaskan laboratorium Tiongkok saat ini sudah mulai membuat vaksin dari strain virus itu. Ada beberapa obat yang bisa menghambat virus ini secara potensial.
“Pada akhirnya ahli-ahli di Tiongkok cara tradisional dan Western sedang meracik obat untuk temukan yang terbaik. Semoga bisa lebih cepat,” jelasnya.
Namun, saat ditanya obat apa dan apa jenis senyawa kimianya, Dubes Xiao Qian mengaku tidak mengetahui detail. Dia menjelaskan pengobatan itu terbukti efektif untuk 600-an pasien sembuh di atas jumlah kasus kematian yakni 427 orang
“Tentu harus tanyakan pada ahli di negara kami ya apa jenis obatnya, tapi intinya pengobatannya menggabungkan tradisional Tiongkok dan western,” tegasnya. (bbs/jpg)