- Dua Pesawat Bisa Mendarat Sekaligus
- Kalahkan Bandara Hasanuddin Makassar
JAKARTA-Bandara Kualanamu akan menjadi salah satu bandara kelas wahid di negeri ini. Level kemegahannya hanya tersaingi oleh Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Cengkareng, Jakarta. Seperti halnya Bandara Soetta yang punya landasan model paralel independen, Bandara Kualanamu juga demikian. Dengan model ini, bandara baru pengganti Polonia itu bisa digunakan untuk pendaratan dua pesawat sekaligus dalam waktu bersamaann
“Tapi untuk tahap awal dibangun satu landasan dulu,” kata Direktur Bandara Departemen Perhubungan Bambang Cahyono kepada Sumut Pos kemarin petang (4/4) di Jakarta. Untuk panjang landasan, Bandara Kualanamu malah mengalahkan Bandara Soetta.
Bambang menyebutkan, dua landasan Bandara Soetta masing-masing panjangnya 3.660 kali 60 meter dan 3.600 kali 60 meter. “Sedang Bandara Kualanamu 3.750 kali 60 meter. Jadi lebih panjang Kualanamu,” terang Bambang.
Bagaimana jika dibandingkan dengan bandara lain di level daerah? Bandara Kualanamu tetap unggul. Bandara Sultan Hasanuddin Makassar sudah tergolong megah saat ini. Namun, nantinya tetap lebih megah Bandara Kualanamu. “Lahan bandara di Makassar itu 50 ribu meter persegi, sedang Bandara Kualanamu 120 ribu meter persegi,” sebut Bambang.
Jadi, apakah Bandara Kualanamu nantinya menjadi bandara terbesar di Indonesia? Bambang menjelaskan, besar kecilnya bandara dilihat dari jumlah penumpangnya. Jika ini ukurannya, sulit rasanya menandingi Bandara Soetta. “Untuk saat ini, terbesar Bandara Soetta, disusul Juanda Surabaya dan kemudian Bali,” terangnya. Dijelaskan, masing-masing bandara punya karakteristik penumpang berbeda-beda.
Jika bandara Soetta dan Ngurah Rai Bali seimbang antara penumpang domestik dan internasional, sedang Surabaya lebih banyak penumpang domestik. Sementara, Bandara Hasanuddin Makassar lebih banyak untuk penumpang transit.
Kalau Bandara Kualanamu nanti? “Diharapkan bisa bersaing untuk rute-rute Eropa, atau Korea misalnya,” terang Bambang. “Terlebih nanti Kualanamu ditunjang dengan kereta api,” imbuhnya.
Dijelaskan, penumpang dari Kualanamu nantinya bisa langsung terbang ke Eropa, sehingga bisa bersaing dengan bandara yang ada di negara tetangga Singapura dan Malaysia.
Mengenai pembangunan runway, Bambang menyebutkan, bukan merupakan kendala rencana operasional. Alasannya, pembangunan runway baru dimulai Januari 2011 dan diharapkan kelar Nopember 2012.
Bambang menjelaskan, khusus untuk pembangunan sektor publik lainnya, yang didanai APBN di mana terdapat 11 paket kontrak, posisi hingga pertengahan Maret sudah mencapai 78,1 persen. Delapan kontrak diantaranya sudah mencapai 100 persen. Sedang yang belum beres adalah pembangunan navigasi yang kini mencapai 45,5 persen, mekanik elektrical 82,5 persen, dan landasan yang baru mulai dikerjakan Januari 2011.
Dalam kesempatan yang sama, Bambang menilai, pembangunan sektor privat meliputi terminal penumpang, gedung kargo, jalan ke lokasi bandara, penampungan BBM, jalan dan parkir kendaraan, masih agak lambat. “Sektor privat ini dikerjakan Angkasa Pura II, agak lambat ini,” cetusnya.
Sementara, mengenai masih adanya 34 KK yang masih bermukim di area bandara, Bambang mengatakan, sebenarnya dulu sudah pernah dibayarkan uang ganti rugi. “Yang sekarang ini nggak tahu, mungkin anak-anaknya,” ujar Bambang.
Dijelaskan, pada Senin (11/4) mendatang akan digelar rapat koordinasi di Medan, khusus membahas Bandara Kualanamu. Rapat ini untuk mencari solusi terhadap persoalan-persoalan yang masih tersisa, seperti soal lahan. “Rapat dipimpin Deputy Setwapres di Medan,” ujarnya.
Gatot: Rampung Oktober 2012
Penjabat Gubernur Sumatera Utara (Pj Gubsu) Gatot Pujo Nugroho memastikan, Bandara Kualanamu akan rampung pengerjaannya pada Oktober 2012 mendatang. Hal ini merujuk laporan pihak AP kepada Presiden Susilo Bambang Yudoyono.
“Kita akan mengawal realisasinya. Tapi mungkin untuk runningnya (launching, Red), kemudian finishingnya baru akhir tahun atau awal Tahun 2013,” ungkap Gatot di sela-sela acara Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Provinsi di Aula Martabe Lantai II Kantor Gubsu Jalan Diponegoro Medan, kemarin.
Untuk nama bandara, berdasarkan hasil Program Legislasi Daerah (Prolegda) DPRD Sumut menyatakan, tidak akan memakai nama Kualanamu. “Nama bandara nantinya memang harus sudah dilaunching secara nasional dan intenasional enam bulan sebelum pergantian (nama),” tutupnya.
Wakil Ketua DPRD Sumut HM Affan mendesak penyelesaian bandara pengganti Polinia itu. “Infrastruktur harus segera diselesaikan. Terutama jalur dari Medan ke Tebing Tinggi dan sebaliknya, serta jalur Medan ke Serdang Bedagai begitu pula Medan-Deli Serdang,” tuturnya.
Wakil Ketua DPRD Sumut dari Fraksi PDI-P ini menyatakan, perlu keseriusan untuk mengejar target penyelesaian pembangunan Oktober 2012. Wakil rakyat Sumut sudah menyampaikan hal itu ke pemerintah pusat, dalam hal ini, kementerian perhubungan.
“Kita sudah pernah ke pusat. Kita harus tahu bahwa pembangunan proyek ini gawean pemerintah pusat langsung. Pemprovsu hanya sebagai pendorong penyelesaian pengerjaannya. Maka dari itu, semua pihak harus bahu-membahu,” tegasnya. (sam/ari)