KNKT Komitmen Cepat Investigasi
Sementara, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah mendownload data Flight Data Recorder (FDR) Lion Air PK-LQP. KNKT berkomitmen bekerja cepat menyelesaikan analisis terhadap kecelakaan tersebut. “Besok pagi mulai analisis, tentu tidak akan selesai 1-2 hari apabila parameternya begitu banyak.
Apabila ada keanehan dan kerusakan, maka kita harus lihat lagi data perbaikan, kita sudah ada data awal apa yang terjadi, tapi analisis masih akan panjang,” kata Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo kepada wartawan di kantornya, Jalan Medan Merdeka Timur, Gambir, Jakarta Pusat, Minggu ((4/11).
Undang-Undang memberi waktu penyelesaian investigasi dalam 12 bulan. Meski demikian, KNKT menyadari hasil penyelidikannya ditunggu dunia, karena menyangkut pesawat terbaru yang laris manis di pasaran. “UU mengatakan, kita harus selesaikan dalam 12 bulan.
Kita tahu seluruh dunia melihat kecelakaan ini, terutama catatan penerbangan sipil dunia sangat baik, pada 2017 tidak ada yang meninggal di seluruh dunia, jadi penerbangan semakin aman dan kejadian ini mencengangkan karena menelan korban begitu banyak,” ujar Nurcahyo.
“Harapan kita menyelesaikan segera karena dunia menunggu, karena pencegahan ini untuk seluruh dunia,” imbuhnya.
Berdasarkan data yang di-download KNKT dari Flight Data Recorder (FDR) pesawat Lion Air PK-LQP, diperoleh sejumlah data diantaranya soal rute penerbangan terakhir pesawat naas itu. Data lain belum diungkap KNKT.
“Kita peroleh data black box ada 69 jam, terdiri dari 19 penerbangan, termasuk penerbangan yang alami kecelakaan, kemudian jumlah parameternya kurang lebih 1.800. Hasil download bisa dilihat ini adalah rute penerbagan berdasarkan FDR,” kata Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo kepada wartawan di kantornya.
Data yang didownload memuat detail soal penerbangan Lion Air PK-LQP yang jatuh, mulai dari data parkir pesawat, take off, hingga arah penerbangan ke tenggara dan kemudian jatuh. “Rekaman akhir berakhir pada Pukul 23.31 jadi 23.31 tanggal 28 Oktober UTC time, atau 29 Oktober pada pukul 6.31.54 WIB. Jadi ini data yang kita dapat dari FDR,” ujar Nurcahyo.
“Kita sedang pilah-pilah lagi parameter apa dari 1.800 yang kita butuhkan. Dari sini akan kita analisis apa yang terjadi dengan penerbangan itu,” imbuhnya.
Rute penerbangan terakhir Lion Air PK-LQP versi FDR. Rute ini mirip yang digambarkan situs Flightradar24 yang sebelumnya telah beredar luas. KNKT masih mengharapkan data dari bagian black box lainnya, yaitu Cockpit Voice Recorder (CVR). “Investigasi pada prinsipnya memanfaatkan informasi yang ada, kita punya FDR dan pastikan datanya benar dan ini membantu untuk kita.
Namun ada dua black box yang isinya berbeda, ada dua info yang berbeda, apabila dua-duanya ada amat sangat saling membantu dan mendukung, namun demikian kalau seandainya hanya ditemukan satu, maka kita akan berupaya maksimum akan apa yang kita punya,” tutur Nurcahyo.
Terpisah, Kepala Basarnas Marsekal Madya Muhammad Syaugi mengakui, CVR black box pesawat Lion Air PK-LQP belum ditemukan. Menurutnya, kendalanya, ada lumpur setebal lebih dari satu meter di dasar laut. “Belum ditemukan secara fisik. Kenapa? Lumpur yang ada di situ kalau ditusuk pakai besi satu meter pun belum sampe ke dalam. (Tebal) lumpurnya lebih dari satu meter,” katanya.
Syaugi menuturkan tim penyelam gabungan tengah menelusuri keberadaan CVR. Tim dibagi menjadi dua area pencarian dengan harapan CVR cepat ditemukan. “Ping yang sudah kita dengar, sudah kita telusuri oleh penyelam gabungan yang handal. Ini kita bagi dua supaya lebih cepat,” ujar Syaugi.
Diketahui, salah satu fokus evakuasi Lion Air PK-LQP adalah pencarian Cockpit Voice Recorder (CVR) Black Box pesawat tersebut. Sinyal CVR sempat tertangkap sinyal KRI Rigel, namun kemudian menghilang lagi.
Kepala Pusat Hidro Oseanografi TNI AL Laksamana Muda Harjo Susmoro mengatakan, pihaknya kini sedang berupaya menemukan CVR. Alat yang digunakan adalah High Presition Acoustic Positioning (HIPAP) dan ROV. “Kita punya alat nama HIPAP, ini sedang diutak-atik, untuk menangkap ping, mudah-mudahan berhasil,” kata Harjo di KRI Sikuda.