29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Erupsi, Gunung Api Semeru Status Awas

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Gunung Api Semeru yang secara administratif terletak di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Jawa Timur, kembali menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik, Minggu (4/12). Bahkan karena itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pun meningkat status Gunung Semeru dari level III (Siaga) ke level IV (Awas). Tepatnya per pukul 12.00 WIB.

Koordinator Gunung Api PVMBG Oktory Prambada mengungkapkan, Gunung Semeru menunjukkan mulai adanya aktivitas peningkatan sejak tiga hari terakhir, meskipun dalam catatannya meletus setiap hari. Yakni rata-rata kejadiannya antara 30 hingga 40 kali. Bahkan, pada 2 dan 3 Desember akumulasinya sudah sampai 100 kali erupsi per harin

Karena aktivitasnya tinggi, setiap hari meletus, dikatakan Oktory, sehingga ada material yang dikeluarkan dan menumpuk di sekitar kawah Gunung Semeru. Kemudian, saat ada suatu kondisi kritis di mana ketidakstabilan terjadi, entah karena penumpukan material dan ditunjang lokasi kemiringan yang tinggi serta bidangnya yang licin sehingga mulai terjadi guguran sejak 3 Desember. Kemudian, puncaknya hari ini. “Sebelum jam 12.00 WIB tadi itu terjadi erupsi dan masih relevan dengan status di level III. Artinya tidak akan melebihi 13 Kilometer awan panas gugurannya (APG),” katanya.

Namun, setelah dilakukan analisisa, lanjut dia, erupsi yang terjadi menunjukkan tidak adanya tanda penurunan. Bahkan, trennya malah semakin meningkat. Karena itu, tingkat aktivitasnya kemudian dinaikkan ke level awas. Menurutnya, sejak pukul 12.00 WIB aktivitas Gunung Semeru sudah tidak relevan dengan status level III yang telah ditetapkan sebelumnya. “Tapi, saat ini (Jam 14.30) rekaman di pos untuk updatenya sudah mulai berkurang dan jarak luncur maksimumnya juga mencapai 13 kilometer,” jelasnya. Sehingga pihaknya berharap material-material yang ada di atas pun sudah berkurang karena sudah banyak diluncurkan.

Akan tetapi, berdasar instrumen yang ada, masih dikatakannya, memang belum menunjukkan adanya penurunan aktivitas pada Gunung Semeru. Yakni artinya amplitudo gempa-gempanya yang dari awan panas memang mengecil, namun untuk suplai-suplai magmanya masih terjadi. Sehingga untuk statusnya pun masih tetap di level IV. “Status level IV (Awas) ini adalah yang paling tinggi di gunung api di Indonesia. Status level itu ada empat. Yakni level I atau normal, level II atau waspada, level III atau siaga, dan level IV atau awas,” terangnya.

Untuk daerah jangkauan terkait status awas Gunung Semeru di peta kawasan rawan bencana gunung api, pihaknya merekomendasikan 17 kilometer ke arah tenggara dari puncak. Kemudian, diperluas tambahan 2 kilometer. Sehingga total 19 kilometer. Yakni agar tidak melakukan aktivitas apapun di lembah sungai yang berhubungan langsung dengan titik erupsi Gunung Semeru. “Di sepanjang wilayah itu memang sangat-sangat berpotensi terhadap aliran piroklastik atau awan panas. Sebelumnya kalau di level III itu 13 kilometer ke arah tenggara, tetapi karena kondisinya sekarang sudah tidak relevan lagi makanya menjadi 19 kilometer,” ujarnya.

Hingga saat ini, pihaknya pun tetap melakukan pemantauan secara instrumental 24 jam, ada tim tanggap darurat yang standby di kawasan Gunung Semeru. Bahkan, hal tersebut pun juga telah dilakukan sejak dari jauh hari sebelum kejadian kali ini. Kemudian, juga melakukan sosialisasi dan update informasi. Termasuk koordinasi dengan BPBD setempat dan masyarakat di sekitar Gunung Semeru.

Terkait kondisi awas Gunung Semeru kali ini, pihaknya pun mengarahkan agar masyarakat mematuhi peta kawasan rawan bencana (KRB) yang sudah ada. Sebab, menurutnya, dengan mematuhi hal itu sudah sangat cukup untuk meminimalisir dampak erupsi gunung api Semeru yang terjadi saat ini. Untuk mitigasi pihaknya mengaku memang sudah melakukan semaksimal mungkin sejak jauh hari. “Apalagi ke saudara-saudara kita yang beraktivitas di lembah-lembah sungai, itu banyak dan dominasi penambang pasir. Untuk saat ini mungkin masyarakat juga lebih siap dibandingkan dengan kejadian tahun lalu, 16 Desember 2012,” ucapnya.

Berdasar data dari PVMBG, jumlah dan jenis gempa yang terekam periode 4 Desember pada pukul 00.00-12.00 WIB didominasi oleh gempa awan panas dan gempa letusan 13 kali. Amplitudo awan panas terekam 40 mm. Kemudian, sebaran material erupsi berupa lontaran batuan pijar diperkirakan dapat mencapai radius 8 kilometer dari puncak, sedangkan material lontaran berukuran abu mencapai 12 kilometer ke arah tenggara. Arah dan jarak sebaran material abu ini dapat berubah tergantung arah dan kecepatan angin.

Untuk arah luncuran APG dan guguran ke sektor tenggara dan selatan dari puncak. Jangkaun awan panas guguran sudah mencapai lebih dari 13 kilometer. Lahar dingin maupun lahar panas dapat terjadi di sepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak, khususnya sepanjang aliran sungai. Karena itu, masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 17 kilometer dari puncak dan berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga 19 kilometer.

Termasuk agar tidak beraktivitas dalam radius 8 kilometer dari kawah atau puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu atau pijar. Mewaspadai potensi APG, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, Besuk Sat, dan Kali Lanang serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

Sementara itu, Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengungkapkan, dampak terjadinya APG dan peningkatan aktivitas vulkanik gunung api Semeru menyebabkan sebanyak 1.979 jiwa harus mengungsi. Mereka mengungsi di 11 titik pengungsian.

Rincian yakni sebanyak 266 jiwa di SDN 4 Supiturang, 217 jiwa di Balai Desa Oro-oro Ombo, 119 jiwa di SDN 2 Sumberurip, 228 jiwa di Balai Desa Sumberurip, 131 jiwa di Balai Desa Penanggal, 52 jiwa di Pos Gunung Sawur, dan 216 jiwa di Balai Desa Pasirian. Kemudian, sebanyak 150 jiwa di Lapangan Candipuro, 600 jiwa di Kantor Kecamatan Candipuro, dan sisanya di SMP N 2 Pronojiwo.

Adapun wilayah yang terdampak APG Gunung Semeru, dikatakan Aam, sapaan akrab Abdul Muhari, yakni meliputi Desa Capiturang dan Sumberurip di Kecamatan Pronojiwo. Kemudian, Desa Sumbersari di Kecamatan Rowokangkung, Desa Penanggal dan Desa Sumberwuluh di Kecamatan Candipuro, dan Desa Pasirian di Desa Pasirian. “Sejauh ini belum ada laporan mengenai jatuhnya korban jiwa. Tim gabungan dari BPBD Kabupaten Lumajang, Basarnas, TNI, Polri, relawan, dan lintas instansi terkait terus melakukan upaya penyelamatan, pencarian dan evakuasi,” jelasnya.

Sebanyak 10.000 lembar masker kain, 10.000 lembar masker medis, dan 4.000 masker anak telah dibagikan untuk mengurangi dampak risiko kesehatan pernafasan akibat abu vulkanik.

Sedangkan, Dekan Fakultas Geograf UGM Jogjakarta Danang Sri Hadmoko menuturkan, luncuran APG Gunung Semeru yang terjadi kemarin masih ada kaitannya dengan kejadian serupa tahun lalu. Tepat pada 4 Desember 2021 pukul 15.20 WIB gunung Semeru menyemburkan awan panas. Lalu, pada 4 Desember 2022 dini hari, kejadian serupa terulang.

Danang mengatakan, sejak kejadian erupsi pada 2021 lalu, status Gunung Semeru berstatus level III. Sepengetahuannya, status Gunung Semeru belum pernah diturunkan ke level II atau level I sejak terjadi erupsi 2021. ’”Baru hari ini (kemarin) dinaikkan menjadi level IV atau awas,” katanya tadi malam.

Danang menuturkan, level IV adalah level tertinggi dari sebuah gunung berapi. Dia tidak bisa memprediksi status level IV ini berlaku sampai kapan. Secara literatur dia mengatakan, bahwa yang terjadi di Semeru adalah semburan APG. “Kalau di Gunung Merapi disebut wedus gembel,’’ tuturnya. Tetapi dengan adanya lontaran vulkanik hingga ketinggian 1.500 meter, berarti terjadi letusan pada gunungnya. Letusan tersebut berisi material batu, pasir, debu vulkanik, dan lainnya.

Material yang cukup berbahaya adalah debu vulkanik. Meskipun wujudnya seperti debu, tetapi wujudnya tajam. Sama seperti kaca yang dijadikan serpihan sampai menjadi bubuk. Sehingga pada beberapa kasus letusan gunung berapi, BPBD langsung membagikan masker kepada warga. Selain itu, Danang mengatakan, ada beberapa hal yang perlu dijadikan perhatian. Khususnya dengan masuknya musim hujan saat ini. Guyuran hujan bisa mengakibatkan terjadinya banjir lahar dingin.

Pada saat terjadi erupsi, tidak menutup kemungkinan gunung berapi mengeluarkan lava pijar. Lava ini bisa diamati dari jauh. Lava ini merupakan batu yang cair atau likuit karena suhu yang sangat panas. Setelah dimuntahkan, lava tersebut menjadi batu. (gih/wan/jpg)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Gunung Api Semeru yang secara administratif terletak di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Jawa Timur, kembali menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik, Minggu (4/12). Bahkan karena itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pun meningkat status Gunung Semeru dari level III (Siaga) ke level IV (Awas). Tepatnya per pukul 12.00 WIB.

Koordinator Gunung Api PVMBG Oktory Prambada mengungkapkan, Gunung Semeru menunjukkan mulai adanya aktivitas peningkatan sejak tiga hari terakhir, meskipun dalam catatannya meletus setiap hari. Yakni rata-rata kejadiannya antara 30 hingga 40 kali. Bahkan, pada 2 dan 3 Desember akumulasinya sudah sampai 100 kali erupsi per harin

Karena aktivitasnya tinggi, setiap hari meletus, dikatakan Oktory, sehingga ada material yang dikeluarkan dan menumpuk di sekitar kawah Gunung Semeru. Kemudian, saat ada suatu kondisi kritis di mana ketidakstabilan terjadi, entah karena penumpukan material dan ditunjang lokasi kemiringan yang tinggi serta bidangnya yang licin sehingga mulai terjadi guguran sejak 3 Desember. Kemudian, puncaknya hari ini. “Sebelum jam 12.00 WIB tadi itu terjadi erupsi dan masih relevan dengan status di level III. Artinya tidak akan melebihi 13 Kilometer awan panas gugurannya (APG),” katanya.

Namun, setelah dilakukan analisisa, lanjut dia, erupsi yang terjadi menunjukkan tidak adanya tanda penurunan. Bahkan, trennya malah semakin meningkat. Karena itu, tingkat aktivitasnya kemudian dinaikkan ke level awas. Menurutnya, sejak pukul 12.00 WIB aktivitas Gunung Semeru sudah tidak relevan dengan status level III yang telah ditetapkan sebelumnya. “Tapi, saat ini (Jam 14.30) rekaman di pos untuk updatenya sudah mulai berkurang dan jarak luncur maksimumnya juga mencapai 13 kilometer,” jelasnya. Sehingga pihaknya berharap material-material yang ada di atas pun sudah berkurang karena sudah banyak diluncurkan.

Akan tetapi, berdasar instrumen yang ada, masih dikatakannya, memang belum menunjukkan adanya penurunan aktivitas pada Gunung Semeru. Yakni artinya amplitudo gempa-gempanya yang dari awan panas memang mengecil, namun untuk suplai-suplai magmanya masih terjadi. Sehingga untuk statusnya pun masih tetap di level IV. “Status level IV (Awas) ini adalah yang paling tinggi di gunung api di Indonesia. Status level itu ada empat. Yakni level I atau normal, level II atau waspada, level III atau siaga, dan level IV atau awas,” terangnya.

Untuk daerah jangkauan terkait status awas Gunung Semeru di peta kawasan rawan bencana gunung api, pihaknya merekomendasikan 17 kilometer ke arah tenggara dari puncak. Kemudian, diperluas tambahan 2 kilometer. Sehingga total 19 kilometer. Yakni agar tidak melakukan aktivitas apapun di lembah sungai yang berhubungan langsung dengan titik erupsi Gunung Semeru. “Di sepanjang wilayah itu memang sangat-sangat berpotensi terhadap aliran piroklastik atau awan panas. Sebelumnya kalau di level III itu 13 kilometer ke arah tenggara, tetapi karena kondisinya sekarang sudah tidak relevan lagi makanya menjadi 19 kilometer,” ujarnya.

Hingga saat ini, pihaknya pun tetap melakukan pemantauan secara instrumental 24 jam, ada tim tanggap darurat yang standby di kawasan Gunung Semeru. Bahkan, hal tersebut pun juga telah dilakukan sejak dari jauh hari sebelum kejadian kali ini. Kemudian, juga melakukan sosialisasi dan update informasi. Termasuk koordinasi dengan BPBD setempat dan masyarakat di sekitar Gunung Semeru.

Terkait kondisi awas Gunung Semeru kali ini, pihaknya pun mengarahkan agar masyarakat mematuhi peta kawasan rawan bencana (KRB) yang sudah ada. Sebab, menurutnya, dengan mematuhi hal itu sudah sangat cukup untuk meminimalisir dampak erupsi gunung api Semeru yang terjadi saat ini. Untuk mitigasi pihaknya mengaku memang sudah melakukan semaksimal mungkin sejak jauh hari. “Apalagi ke saudara-saudara kita yang beraktivitas di lembah-lembah sungai, itu banyak dan dominasi penambang pasir. Untuk saat ini mungkin masyarakat juga lebih siap dibandingkan dengan kejadian tahun lalu, 16 Desember 2012,” ucapnya.

Berdasar data dari PVMBG, jumlah dan jenis gempa yang terekam periode 4 Desember pada pukul 00.00-12.00 WIB didominasi oleh gempa awan panas dan gempa letusan 13 kali. Amplitudo awan panas terekam 40 mm. Kemudian, sebaran material erupsi berupa lontaran batuan pijar diperkirakan dapat mencapai radius 8 kilometer dari puncak, sedangkan material lontaran berukuran abu mencapai 12 kilometer ke arah tenggara. Arah dan jarak sebaran material abu ini dapat berubah tergantung arah dan kecepatan angin.

Untuk arah luncuran APG dan guguran ke sektor tenggara dan selatan dari puncak. Jangkaun awan panas guguran sudah mencapai lebih dari 13 kilometer. Lahar dingin maupun lahar panas dapat terjadi di sepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak, khususnya sepanjang aliran sungai. Karena itu, masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 17 kilometer dari puncak dan berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga 19 kilometer.

Termasuk agar tidak beraktivitas dalam radius 8 kilometer dari kawah atau puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu atau pijar. Mewaspadai potensi APG, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, Besuk Sat, dan Kali Lanang serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

Sementara itu, Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengungkapkan, dampak terjadinya APG dan peningkatan aktivitas vulkanik gunung api Semeru menyebabkan sebanyak 1.979 jiwa harus mengungsi. Mereka mengungsi di 11 titik pengungsian.

Rincian yakni sebanyak 266 jiwa di SDN 4 Supiturang, 217 jiwa di Balai Desa Oro-oro Ombo, 119 jiwa di SDN 2 Sumberurip, 228 jiwa di Balai Desa Sumberurip, 131 jiwa di Balai Desa Penanggal, 52 jiwa di Pos Gunung Sawur, dan 216 jiwa di Balai Desa Pasirian. Kemudian, sebanyak 150 jiwa di Lapangan Candipuro, 600 jiwa di Kantor Kecamatan Candipuro, dan sisanya di SMP N 2 Pronojiwo.

Adapun wilayah yang terdampak APG Gunung Semeru, dikatakan Aam, sapaan akrab Abdul Muhari, yakni meliputi Desa Capiturang dan Sumberurip di Kecamatan Pronojiwo. Kemudian, Desa Sumbersari di Kecamatan Rowokangkung, Desa Penanggal dan Desa Sumberwuluh di Kecamatan Candipuro, dan Desa Pasirian di Desa Pasirian. “Sejauh ini belum ada laporan mengenai jatuhnya korban jiwa. Tim gabungan dari BPBD Kabupaten Lumajang, Basarnas, TNI, Polri, relawan, dan lintas instansi terkait terus melakukan upaya penyelamatan, pencarian dan evakuasi,” jelasnya.

Sebanyak 10.000 lembar masker kain, 10.000 lembar masker medis, dan 4.000 masker anak telah dibagikan untuk mengurangi dampak risiko kesehatan pernafasan akibat abu vulkanik.

Sedangkan, Dekan Fakultas Geograf UGM Jogjakarta Danang Sri Hadmoko menuturkan, luncuran APG Gunung Semeru yang terjadi kemarin masih ada kaitannya dengan kejadian serupa tahun lalu. Tepat pada 4 Desember 2021 pukul 15.20 WIB gunung Semeru menyemburkan awan panas. Lalu, pada 4 Desember 2022 dini hari, kejadian serupa terulang.

Danang mengatakan, sejak kejadian erupsi pada 2021 lalu, status Gunung Semeru berstatus level III. Sepengetahuannya, status Gunung Semeru belum pernah diturunkan ke level II atau level I sejak terjadi erupsi 2021. ’”Baru hari ini (kemarin) dinaikkan menjadi level IV atau awas,” katanya tadi malam.

Danang menuturkan, level IV adalah level tertinggi dari sebuah gunung berapi. Dia tidak bisa memprediksi status level IV ini berlaku sampai kapan. Secara literatur dia mengatakan, bahwa yang terjadi di Semeru adalah semburan APG. “Kalau di Gunung Merapi disebut wedus gembel,’’ tuturnya. Tetapi dengan adanya lontaran vulkanik hingga ketinggian 1.500 meter, berarti terjadi letusan pada gunungnya. Letusan tersebut berisi material batu, pasir, debu vulkanik, dan lainnya.

Material yang cukup berbahaya adalah debu vulkanik. Meskipun wujudnya seperti debu, tetapi wujudnya tajam. Sama seperti kaca yang dijadikan serpihan sampai menjadi bubuk. Sehingga pada beberapa kasus letusan gunung berapi, BPBD langsung membagikan masker kepada warga. Selain itu, Danang mengatakan, ada beberapa hal yang perlu dijadikan perhatian. Khususnya dengan masuknya musim hujan saat ini. Guyuran hujan bisa mengakibatkan terjadinya banjir lahar dingin.

Pada saat terjadi erupsi, tidak menutup kemungkinan gunung berapi mengeluarkan lava pijar. Lava ini bisa diamati dari jauh. Lava ini merupakan batu yang cair atau likuit karena suhu yang sangat panas. Setelah dimuntahkan, lava tersebut menjadi batu. (gih/wan/jpg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/