SURABAYA, SUMUTPOS.CO – Identifikasi jenazah menjadi perhatian jajaran petinggi kepolisian. Kemarin (5/1) Kapolri Jenderal Sutarman melihat langsung proses identifikasi di RS Bhayangkara. Pukul 11.45, Sutarman tiba di crisis center Polda Jatim bersama Panglima TNI Moeldoko.
Keduanya langsung menuju posko keluarga untuk menyampaikan belasungkawa. Kehadiran mereka juga mewakili seluruh anggota kepolisian dan TNI yang hingga kini telah dikerahkan ke lokasi pencarian di bawah kendali Basarnas.
Sutarman menyatakan, pada hari kesembilan pasca jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501, sebanyak 37 jenazah sudah diidentifikasi. Tiga belas jenazah di antaranya sudah berhasil dikenali dan diserahkan kepada keluarga. “Kami akan berupaya maksimal,” tegasnya.
Menurut dia, korban yang sudah ditemukan dipastikan bisa diidentifikasi. Dia menjamin, setelah diidentifikasi, jenazah langsung diserahkan kepada keluarga. Bahkan, dia menegaskan, dalam bentuk apa pun, jenazah akan diidentifikasi. Namun, dia menyatakan membutuhkan waktu.
Sutarman mengungkapkan, untuk jenazah yang sidik jarinya masih utuh, hasil identifikasi bisa keluar dalam waktu beberapa menit saja. Sebab, data fingerprint (sidik jari) sudah terekam di KTP elektronik dan data kepolisian.
Masalahnya, jika sidik jari sudah rusak atau tidak lengkap, tim Disaster Victim Identification (DVI) memerlukan waktu lebih lama. Sebab, identifikasi harus menggunakan metode lain. Misalnya, data gigi atau DNA. Setidaknya dibutuhkan waktu hingga tiga minggu.
Karena itu, Sutarman menyatakan, 260 dokter ahli telah diterjunkan, termasuk dari negara asing. Tim dokter gabungan tersebut akan berupaya maksimal melakukan identifikasi. “Tetap berdoa semoga cepat ditemukan sehingga identifikasi lebih mudah. Saya kejar untuk cepat,” ucapnya.
Menurut dia, semakin lama ditemukan, jenazah akan sulit diidentifikasi. Namun, tidak berarti identifikasi tidak bisa dilakukan. Dia menyebutkan, kalaupun kondisi jenazah tinggal tulang, tim DVI memastikan jasad masih bisa dikenali. Yakni, lewat odontologi atau gigi serta DNA dari tulang. Misalnya, sampel korban saat memperbaiki gigi semasa hidup. “Seluruh data ante mortem juga ditemukan. Tidak ada alasan tidak teridentifikasi,” tandasnya. (riq/nir/c5/end)