31.8 C
Medan
Sunday, May 5, 2024

Apa Motif Serangan Bom Solo? Ini Analisa dari Alumnus Mindanao

Foto: Ist Bom Mapolresta Surakarta
Foto: Ist
Kondisi motor dan pelaku sesaat setelah meledakkan diri di Mapolresta Solo.

SUMUTPOS.CO – Aksi teror menodai pengujung Ramadan yang suci. Selasa (5/7) pagi, Mapolresta Surakarta di Jalan Adi Sucipto, Solo, menjadi target serangan bom bunuh diri. Begitu kecilnya daya ledak bom itu sampai-sampai hanya ”membunuh diri” si pelaku.

Adalah Nur Rohman, 30, warga Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, yang menjadi pelaku serangan tunggal tersebut.

Mantan kombatan alumnus Mindanao Ali Fauzi punya analisis sendiri soal berbagai serangan di Mapolresta Solo. Ali menyebutkan, ada beberapa faktor yang menjadi motif serangan. Pertama soal dampak operasi global yang dilakukan kelompok ISIS di sejumlah negara. ”Dari situ mereka di Nusantara berupaya menunjukkan eksistensinya kepada polisi,” kata adik Amrozi, pelaku bom Bali pada 2002, tersebut.

Faktor lainnya ialah adanya fatwa langsung dari Syria untuk membuat aksi sekecil apa pun di seluruh penjuru dunia. ”Jadi sasarannya bukan acak, mereka sudah pelajari lokasi. Tapi, mereka tidak mumpuni saja,” ujarnya. Dia mengibaratkan pelaku sebagai pemain bola tarkam (antarkampung) yang tiba-tiba saja mendapatkan tugas ikut berkompetisi di level liga. ”Jadinya ya seperti itu, malah jadi bahan tertawaan sendiri,” katanya.

Bom yang terjadi di Mapolresta Solo, menurut Ali Fauzi, tidak dirancang dengan teknik tinggi. Dia menyebut bom itu tak lebih dari mercon tanpa detonator. Akibatnya, bom hanya melukai pelaku. Bahkan, dari foto yang dia tunjukan, pot bunga yang tak jauh dari pelaku pun tidak rusak.

Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Ahmad Romdhon menambahkan, aksis terorisme yang terjadi nyaris bersamaan di sejumlah negara merupakan bentuk upaya menyebarkan ketakutan secara global.

”Mereka memiliki visi-misi, yakni membuat masyarakat takut dengan teror. Semakin kita takut, visi mereka berhasil,” terangnya.

Foto: Ist Bom Mapolresta Surakarta
Foto: Ist
Kondisi motor dan pelaku sesaat setelah meledakkan diri di Mapolresta Solo.

SUMUTPOS.CO – Aksi teror menodai pengujung Ramadan yang suci. Selasa (5/7) pagi, Mapolresta Surakarta di Jalan Adi Sucipto, Solo, menjadi target serangan bom bunuh diri. Begitu kecilnya daya ledak bom itu sampai-sampai hanya ”membunuh diri” si pelaku.

Adalah Nur Rohman, 30, warga Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, yang menjadi pelaku serangan tunggal tersebut.

Mantan kombatan alumnus Mindanao Ali Fauzi punya analisis sendiri soal berbagai serangan di Mapolresta Solo. Ali menyebutkan, ada beberapa faktor yang menjadi motif serangan. Pertama soal dampak operasi global yang dilakukan kelompok ISIS di sejumlah negara. ”Dari situ mereka di Nusantara berupaya menunjukkan eksistensinya kepada polisi,” kata adik Amrozi, pelaku bom Bali pada 2002, tersebut.

Faktor lainnya ialah adanya fatwa langsung dari Syria untuk membuat aksi sekecil apa pun di seluruh penjuru dunia. ”Jadi sasarannya bukan acak, mereka sudah pelajari lokasi. Tapi, mereka tidak mumpuni saja,” ujarnya. Dia mengibaratkan pelaku sebagai pemain bola tarkam (antarkampung) yang tiba-tiba saja mendapatkan tugas ikut berkompetisi di level liga. ”Jadinya ya seperti itu, malah jadi bahan tertawaan sendiri,” katanya.

Bom yang terjadi di Mapolresta Solo, menurut Ali Fauzi, tidak dirancang dengan teknik tinggi. Dia menyebut bom itu tak lebih dari mercon tanpa detonator. Akibatnya, bom hanya melukai pelaku. Bahkan, dari foto yang dia tunjukan, pot bunga yang tak jauh dari pelaku pun tidak rusak.

Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Ahmad Romdhon menambahkan, aksis terorisme yang terjadi nyaris bersamaan di sejumlah negara merupakan bentuk upaya menyebarkan ketakutan secara global.

”Mereka memiliki visi-misi, yakni membuat masyarakat takut dengan teror. Semakin kita takut, visi mereka berhasil,” terangnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/