28 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Pertamina Tak Dapat Izin Naikkan Harga Gas 12 Kg

JAKARTA-Rencana kenaikan LPG 12 kg yang ingin dilakukan oleh Pertamina tampaknya terus ditunda oleh pemerintah. Tindakan tersebut dilakukan karena pertamina merasa inflasi Indonesia terlalu tinggi. Sehingga, jika LPG 12 kg dinaikkan, maka beban ekonomi yang dirasakan bertambah berat.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya. Dia menjelaskan, pemerintah meminta Pertamina untuk tak menaikkan harga LPG kemasan 12 kg dalam waktu dekat. Hal tersebut dikarenakan inflasi bulan Juli yang mencapai 3,29 persen. “Minggu lalu rapat di kantor Menko (Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi). Memang masih belum diizinkan. Karena, nanti bisa menambah kenaikan inflasi,” jelasnya saat dihubungi Jawa Pos kemarin (5/8).

Dia melanjutkan, Pertamina boleh menjalankan rencana tersebut jika Indonesia mencetak deflasi. Dengan begitu, pemerintah memperkirakan Pertamina punya kesempatan pada bulan Oktober. Sebab, Indonesia diperkirakan oleh pemeirntah mengalami deflasi bulan tersebut. “Nanti dilihat dulu inflasi bulan Oktober bagaimana. Kalau misalnya, inflasi negatif berarti kami bisa menaikkan harganya,” ujarnya.

Namun, hal tersebut tak menjamin Pertamina bisa menaikkan harganya tahun ini. Ketika ditanya, Hanung mengaku pasrah dengan syarat tersebut. Sebab, posisi sebagai Pertamina sebagai BUMN memang harus menghormati keputusan pemerintah. “Kami tidak ada harapan. Yang ada hanya fakta kalau tahun ini tidak bisa menaikkan harga LPG kami akan rugi Rp 5 Triliun. Itu akan menambah dekapitalisasi korporat selama lima tahun terakhir,” ujarnya.

Dengan tambahan kerugian tersebut, lanjut dia, Pertamina menghitung sudah menderita kerugian Rp20 triliun untuk untuk penjualan LPG 12 kg. Hal tersebut diakui sangat menghambat rencana pengembangan bisnis BUMN yang bertransformasi menjadi perusahaan energi. “Kami ingin meningkatkan investasi di industri hulu migas. Kami juga ingin mengembangkan bisnis power plant dengan energi terbarukan. Juga meningkatkan efisiensi produksi kami. Tapi, akhirnya tertunda karena hal ini,” ungkapnya.

Sebelumnya, PT Pertamina memang terlihat getol ingin menaikkan harga LPG 12 kg. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi kerugian. Vice President Corporate Communication PT Pertamina Indonesia Ali Mundakir menjelaskan, pihaknya telah memberi subisidi sekitar Rp5.150 per kg untuk kemasan 12 kg. Hal tersebut karena harga jual lebih murah daripada harga bahan baku.

Kenaikan tersebut semulanya direncanakan dengan mengurangi dua komponen subsidi dalam distribusi LPG 12 kg. Yakni, biaya transportasi dan biaya pengisian di stasiun pengisian elpiji. “Jadi kami tidak lagi menerapkan konsep stasiun pengisian tabung bulk elpiji,” ujarnya, kemarin (21/4). (bil/jpnn)

JAKARTA-Rencana kenaikan LPG 12 kg yang ingin dilakukan oleh Pertamina tampaknya terus ditunda oleh pemerintah. Tindakan tersebut dilakukan karena pertamina merasa inflasi Indonesia terlalu tinggi. Sehingga, jika LPG 12 kg dinaikkan, maka beban ekonomi yang dirasakan bertambah berat.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya. Dia menjelaskan, pemerintah meminta Pertamina untuk tak menaikkan harga LPG kemasan 12 kg dalam waktu dekat. Hal tersebut dikarenakan inflasi bulan Juli yang mencapai 3,29 persen. “Minggu lalu rapat di kantor Menko (Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi). Memang masih belum diizinkan. Karena, nanti bisa menambah kenaikan inflasi,” jelasnya saat dihubungi Jawa Pos kemarin (5/8).

Dia melanjutkan, Pertamina boleh menjalankan rencana tersebut jika Indonesia mencetak deflasi. Dengan begitu, pemerintah memperkirakan Pertamina punya kesempatan pada bulan Oktober. Sebab, Indonesia diperkirakan oleh pemeirntah mengalami deflasi bulan tersebut. “Nanti dilihat dulu inflasi bulan Oktober bagaimana. Kalau misalnya, inflasi negatif berarti kami bisa menaikkan harganya,” ujarnya.

Namun, hal tersebut tak menjamin Pertamina bisa menaikkan harganya tahun ini. Ketika ditanya, Hanung mengaku pasrah dengan syarat tersebut. Sebab, posisi sebagai Pertamina sebagai BUMN memang harus menghormati keputusan pemerintah. “Kami tidak ada harapan. Yang ada hanya fakta kalau tahun ini tidak bisa menaikkan harga LPG kami akan rugi Rp 5 Triliun. Itu akan menambah dekapitalisasi korporat selama lima tahun terakhir,” ujarnya.

Dengan tambahan kerugian tersebut, lanjut dia, Pertamina menghitung sudah menderita kerugian Rp20 triliun untuk untuk penjualan LPG 12 kg. Hal tersebut diakui sangat menghambat rencana pengembangan bisnis BUMN yang bertransformasi menjadi perusahaan energi. “Kami ingin meningkatkan investasi di industri hulu migas. Kami juga ingin mengembangkan bisnis power plant dengan energi terbarukan. Juga meningkatkan efisiensi produksi kami. Tapi, akhirnya tertunda karena hal ini,” ungkapnya.

Sebelumnya, PT Pertamina memang terlihat getol ingin menaikkan harga LPG 12 kg. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi kerugian. Vice President Corporate Communication PT Pertamina Indonesia Ali Mundakir menjelaskan, pihaknya telah memberi subisidi sekitar Rp5.150 per kg untuk kemasan 12 kg. Hal tersebut karena harga jual lebih murah daripada harga bahan baku.

Kenaikan tersebut semulanya direncanakan dengan mengurangi dua komponen subsidi dalam distribusi LPG 12 kg. Yakni, biaya transportasi dan biaya pengisian di stasiun pengisian elpiji. “Jadi kami tidak lagi menerapkan konsep stasiun pengisian tabung bulk elpiji,” ujarnya, kemarin (21/4). (bil/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/