29 C
Medan
Sunday, October 20, 2024
spot_img

Jenazah Sulit Dipulangkan: Bung Tomo pun Butuh 8 Bulan

Petugas SAR Saudi memcoba menyelamatkan korban tragedi Mina yang menewaskan sedikitnya 717 jamaah dan ratusan terluka, pada musim haji di Saudi Arabia 24 September 2015.
Petugas SAR Saudi memcoba menyelamatkan korban tragedi Mina yang menewaskan sedikitnya 717 jamaah dan ratusan terluka, pada musim haji di Saudi Arabia 24 September 2015.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Wacana pemulangan jenazah jamaah haji asal Indonesia yang menjadi korban robohnya crane dan insiden di Mina, terus menguat. Namun proses pemulangan itun
akan mengalami kesulitan lantaran birokrasi yang panjang.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengklaim sudah mengontak seluruh keluarga korban, yang disebutnya sebagian besar telah mengikhlaskan jenazah famili, sanak saudara, dan kerabat mereka untuk dimakamkan di Tanah Suci.

Pengamat penyelenggaraan haji, Mohammad Subarkah, menduga, pihak kemenag belum menghubungi seluruh keluarga korban tewas. Kalau pun sudah, lanjutnya, dilihat dari kalimat menag yang menyebut ‘sebagian besar’, berarti ada keluarga yang minta jenazah korban dibawa pulang ke tanah air.

Subarkah mengakui, memang prosedur pemulangan jenazah dari Tanah Suci tidak gampang, birokrasinya ribet, perlu identifikasi yang lama. Namun, lanjutnya, jika pemerintah Indonesia serius melobi pemerintah Arab Saudi, bisa saja jenazah dipulangkan ke tanah air. Hal ini pernah dilakukan terhadap jenazah Bung Tomo, yang meninggal di Padang Arafah pada 7 Oktober 1981.

Tokoh sentral perlawanan rakyat Surabaya melawan penjajah Belanda itu bisa dipulangkan setelah melalui proses lobi yang panjang.

“Jadi, memang dalam sejarah kita, hanya jenazah Bung Tomo satu-satunya yang bisa dibawa pulang. Itu pun delapan bulan setelah meninggal, setelah mantan Perdana Menteri pertama RI M Natsir selaku ketua Rabithah Al Islami menyurati langsung kepada Raja Arab Saudi saat itu agar jenazah Bung Tomo bisa dibawa pulang,’’ ujar Barkah kepada koran ini kemarin (6/10).

Berdasar cerita putra Bung Tomo yakni Bambang Sulistomo, lanjut Barkah, saat itu pemerintah Indonesia sampai mengirim pakar forensik Muin Idris untuk mengidentifikasi jenazah Bung Tomo.

Dengan demikian, lanjut Barkah, jika pemerintah mau serius, pemulangan jenazah sangat dimungkinkan, meski prosedurnya bertele-tele dan lama. “Buktinya Iran dikabarkan bisa memulangkan jenazah warganya,” ujar penulis buku Lelaki Buka Melihat Kabah itu.

Karena itu, lanjutnya, pemerintah Indonesia jangan langsung mengklaim para keluarga korban sudah ikhlas jenazah korban Mina dikubur di sana. “Harus ditanya satu per satu, karena ini masalah serius. Jangan asal mengklaim,” tegasnya.

Menurut Barkah, dalam tragedi Mina, tampaknya pemerintah Arab Saudi mulai kewalahan melakukan identifikasi para jenazah. Buktinya, masih banyak jenazah yang belum teridentifikasi. Hal ini mestinya memperkuat bargaining pemerintah RI di hadapan otoritas Arab Saudi. Salah satunya, minta agar jenazah jamaah asal Indonesia dipulangkan ke tanah air.

Dan ke depan, saran dia, Indonesia harus minta dilibatkan secara aktif dalam mengawal jamaah saat puncak haji di Arafah dan Mina.

“Karena selama ini dimonopoli Arab Saudi. Tapi nyatanya, tenaga medis kurang, tenaga listri kurang, tenaga keamanan kurang. Dan pemerintah Indonesia nyaris hanya menjadi penonton saja. Ke depan harus terlibat aktif,” cetus Barkah.

Petugas SAR Saudi memcoba menyelamatkan korban tragedi Mina yang menewaskan sedikitnya 717 jamaah dan ratusan terluka, pada musim haji di Saudi Arabia 24 September 2015.
Petugas SAR Saudi memcoba menyelamatkan korban tragedi Mina yang menewaskan sedikitnya 717 jamaah dan ratusan terluka, pada musim haji di Saudi Arabia 24 September 2015.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Wacana pemulangan jenazah jamaah haji asal Indonesia yang menjadi korban robohnya crane dan insiden di Mina, terus menguat. Namun proses pemulangan itun
akan mengalami kesulitan lantaran birokrasi yang panjang.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengklaim sudah mengontak seluruh keluarga korban, yang disebutnya sebagian besar telah mengikhlaskan jenazah famili, sanak saudara, dan kerabat mereka untuk dimakamkan di Tanah Suci.

Pengamat penyelenggaraan haji, Mohammad Subarkah, menduga, pihak kemenag belum menghubungi seluruh keluarga korban tewas. Kalau pun sudah, lanjutnya, dilihat dari kalimat menag yang menyebut ‘sebagian besar’, berarti ada keluarga yang minta jenazah korban dibawa pulang ke tanah air.

Subarkah mengakui, memang prosedur pemulangan jenazah dari Tanah Suci tidak gampang, birokrasinya ribet, perlu identifikasi yang lama. Namun, lanjutnya, jika pemerintah Indonesia serius melobi pemerintah Arab Saudi, bisa saja jenazah dipulangkan ke tanah air. Hal ini pernah dilakukan terhadap jenazah Bung Tomo, yang meninggal di Padang Arafah pada 7 Oktober 1981.

Tokoh sentral perlawanan rakyat Surabaya melawan penjajah Belanda itu bisa dipulangkan setelah melalui proses lobi yang panjang.

“Jadi, memang dalam sejarah kita, hanya jenazah Bung Tomo satu-satunya yang bisa dibawa pulang. Itu pun delapan bulan setelah meninggal, setelah mantan Perdana Menteri pertama RI M Natsir selaku ketua Rabithah Al Islami menyurati langsung kepada Raja Arab Saudi saat itu agar jenazah Bung Tomo bisa dibawa pulang,’’ ujar Barkah kepada koran ini kemarin (6/10).

Berdasar cerita putra Bung Tomo yakni Bambang Sulistomo, lanjut Barkah, saat itu pemerintah Indonesia sampai mengirim pakar forensik Muin Idris untuk mengidentifikasi jenazah Bung Tomo.

Dengan demikian, lanjut Barkah, jika pemerintah mau serius, pemulangan jenazah sangat dimungkinkan, meski prosedurnya bertele-tele dan lama. “Buktinya Iran dikabarkan bisa memulangkan jenazah warganya,” ujar penulis buku Lelaki Buka Melihat Kabah itu.

Karena itu, lanjutnya, pemerintah Indonesia jangan langsung mengklaim para keluarga korban sudah ikhlas jenazah korban Mina dikubur di sana. “Harus ditanya satu per satu, karena ini masalah serius. Jangan asal mengklaim,” tegasnya.

Menurut Barkah, dalam tragedi Mina, tampaknya pemerintah Arab Saudi mulai kewalahan melakukan identifikasi para jenazah. Buktinya, masih banyak jenazah yang belum teridentifikasi. Hal ini mestinya memperkuat bargaining pemerintah RI di hadapan otoritas Arab Saudi. Salah satunya, minta agar jenazah jamaah asal Indonesia dipulangkan ke tanah air.

Dan ke depan, saran dia, Indonesia harus minta dilibatkan secara aktif dalam mengawal jamaah saat puncak haji di Arafah dan Mina.

“Karena selama ini dimonopoli Arab Saudi. Tapi nyatanya, tenaga medis kurang, tenaga listri kurang, tenaga keamanan kurang. Dan pemerintah Indonesia nyaris hanya menjadi penonton saja. Ke depan harus terlibat aktif,” cetus Barkah.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru