Ketua Panitia Pusat SBMPTN 2018, Profesor Ravik Karsidi, mengungkapkan ada sejumlah perbedaan sistem penilaian dan teknologi yang digunakan dalam ujian masuk kampus negeri kali ini.
Dalam ujian kali ini, kata Ravik, ada 26 ribu peserta yang menggunakan komputer, 1.000 diantaranya akan mengerjakan ujian di smartphone atau gawai berbasis android milik sendiri. Gawai milik para peserta ujian itu sudah didaftarkan ke panitia dan sudah ditentukan kriteria atau spesifikasi gawai yang digunakan, kata Ravik menjelaskan.
“Tahun ini kita uji coba peserta yang ujian SBMPTN di Universitas Padjajaran. Kemudian, tahun lalu kita pakai sistem penilaian reward and punishment, yaitu jawaban benar nilainya 4, jawaban salah minus 1 atau dikurangi 1, dan tidak menjawab nilai 0, maka untuk tahun ini kita pakai sistem penilaian baru,” urai Ravik.
“Soal ujian bertingkat dari yang mudah, sedang hingga relatif sulit. Kita hitung berdasar jawaban yang benar. Tingkat kemudahan menjawab soal kita hitung berdasar mayoritas jawaban peserta apakah benar atau tidak,” kata Ravik menambahkan.
Ravik yang juga menjabat Rektor Universitas Sebelas Maret atau UNS Solo berharap para peserta menjalani ujian dengan jujur. Panitia sudah melakukan antisipasi untuk mencegah terjadinya kebocoran soal ujian hingga kecurangan, termasuk perjokian.
Sebelumnya, hampir 111 ribu siswa lulusan setingkat SLTA dari berbagai sekolah di Indonesia lolos dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri SNMPTN 2018 ini. Mereka adalah yang terjaring sesuai prestasi terbaik dari sekolahnya masing-masing.
Kesempatan bagi yang belum lolos SNMPTN bisa dengan mengikuti ujian nasional lewat SBMPTN. (BBC)