Penyakit Aneh Dora; Keluar Darah di Kepala ketika Berpikir Keras
Gadis bernama Dora Indiyanti Trimurni ini berpenyakit aneh. Setiap berpikir keras, darah mengalir dari pori-pori kepalanya. Kadang-kadang, darah juga keluar dari mulut, telinga, dan hidungnya.
HIJRAH S.-HARI BUSROH, Padang
Perjalanan hidup perempuan 25 tahun itu juga sarat tragedi. Di sela-sela kuliah, dia harus bekerja sebagai tukang ojek demi membiayai sekolah adiknya.
Karena kondisinya yang kian parah, sejak 23 Mei lalu, Dora dirawat di RSUP M. Djamil, Padang, Sumatera Barat. Jika tidak ada aral melintang, hari ini dia akan dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta
Dora harus dirujuk karena tim dokter di RSUP M. Djamil menyerah.
Menurut dr Irza Wahid SpPD, salah seorang dokter yang menangani Dora, pasien harus dirujuk ke Jakarta karena peralatan medis di RSUP M. Djamil terbatas. Hingga kini, tim dokter di rumah sakit itu belum bisa mengidentifikasi penyebab kelainan yang dialami gadis berpenampilan pria dengan kepala hampir gundul itu.
Berdasar diagnosis sementara, ada dua kemungkinan penyakit yang diderita Dora. Yakni, trombopati (gangguan pada fungsi trombosit, Red) dan kelainan auto imun (kelainan daya tahan tubuh). Namun, untuk memastikan itu tim medis harus memeriksakan darah Dora ke Jakarta lantaran tidak tersedianya alat yang memadai di RSUP M. Djamil.
“Ini penyakit langka. Setahu saya, belum pernah terjadi di RS M. Djamil. Ini juga diakui dokter senior yang tergabung dalam tim penanganan penyakit Dora. Kalau darah keluar di hidung, mulut, itu sudah banyak. Namun, kalau darah keluar dari pori-pori kepala, ini yang aneh,” kata Irza.
Lebih lanjut, menurut Irza, untuk memeriksakan darah Dora ke Jakarta juga bukan hal yang mudah. Sebab, dalam empat jam, sampel darah harus sampai di laboratorium. Kalau tidak, darah itu akan membeku dan tidak bisa diperiksa lagi. “Sekarang masalahnya, bisa tidak sampel darahnya sampai di Jakarta untuk diperiksa dalam waktu empat jam?” katanya. Itu adalah salah satu alasan mengapa Dora harus dirujuk ke Jakarta.
Ketika Padang Ekspres (Jawa Pos Group) mengunjungi Dora Minggu lalu (5/6) di RSUP M. Djamil, kondisinya tidak banyak berubah jika dibandingkan dengan kali pertama dia masuk rumah sakit itu. Wajahnya masih tampak pucat dan dia lebih banyak terbaring di ranjangnya. Selama enam hari dirawat di RSUP M. Djamil (29/5), Dora pernah dibawa ke ICU. Saat itu dia jatuh pingsan saat akan ke kamar kecil.
Sebelum terbaring sakit, perjalanan hidup Dora sarat dengan tragedi. Sehari-harinya perempuan yang akrab disapa Adit itu berpenampilan seperti pria: berkemeja, bercelana pendek, dan rambut hampir plontos.
Selain kuliah semester VI Fakultas Hukum UBH (Universitas Bung Hatta) Padang, dia menjadi tukang ojek mulai malam hingga subuh. Untuk menjaga keamanannya, dia berdandan seperti laki-laki. Pekerjaan itu dia lakoni setiap hari demi membiayai sekolah adik laki-lakinya bernama Doni, siswa SMAN 15 Padang.
Dora kepada Padang Ekspres mengatakan, kisah hidupnya memang lebih banyak sedihnya ketimbang senangnya. “Saat kecil saya sering dipukul dengan kopel oleh bapak ketika dia marah,” katanya. “Karena kesal sering dipukul, saya sering membentur-benturkan kepala saya ke dinding,” imbuhnya.
Ketika sekolah di SMP, Dora mengaku pernah hampir diperkosa. Setamat SMA, dia nekat merantau ke Batam. Di kota itu pun nasib baik belum berpihak kepada Dora. Di kota itu dia juga hampir diperkosa. “Kalau dihitung-hitung, sudah enam kali saya hampir diperkosa. Karena itu, saya mengubah penampilan saya menjadi seorang pria,” paparnya, sambil mengusap air matanya.
Dora mengaku pernah putus asa dengan nasibnya yang tidak pernah bahagia. “Saya hampir saja mati dengan cara melompat jembatan, tapi tak jadi melompat karena dicegah adik saya,” tuturnya.
Penderitaan yang dialami Dora itu mengundang simpati banyak kalangan. Misalnya, pihak yayasan di kampusnya. Perempuan yang tinggal di Kompleks Unand B/III Limau Manis Selatan itu dijanjikan akan dibantu biaya pendidikannya.
“Ya kita lihatlah nanti, apa yang bisa kita bantu. Kalau patut diberi beasiswa, akan diberikan. Kalau Universitas Bung Hatta tidak bisa, pihak Yayasan Universitas Bung Hatta yang akan membebaskan biaya pendidikannya,” kata Ketua Yayasan Universitas Bung Hatta Prof Fahri Ahmad MSc, didampingi Rektor Universitas Bung Hatta Prof Dr Ir Hafrizal Syandri MS, saat membesuk dan memberikan bantuan untuk Dora.
Dora juga mendapat bantuan dari Pemkot Padang. Kabagkesra Setko Padang Al Amin membantu Dora lewat dana badan amil zakat daerah (bazda).
Didampingi Kasubaghumas RSUP M. Djamil Gustavianov, Al Amin menyerahkan bantuan Rp 2 juta untuk Adit. Bazda juga akan menanggung seluruh biaya pengobatan Dora selama di RSUP M. Djamil. Termasuk bantuan biaya pendidikan dan kebutuhan sehari-hari untuk dua adiknya. (jpnn/c4/kum)