JAKARTA, SUMUTPOS.CO – AKBP Idha Endri Prastiono ditangkap Polisi Diraja Malaysia di Kuching terkait kasus narkotika. Warga di lingkungan rumah kontrakannya di Bekasi mengaku kaget dan tak menyangka AKBP Idha bisa terlibat kasus besar seperti itu. Pasalnya, selama ini sosok Idha yang religius.
AKBP Idha bersama istrinya, Titi Yusfianti, mengontrak rumah di Jl. Lubuk Kasih No. R 14, RT 01/05, Perumahan Jatiwaringin Asri 2, Bekasi. Selama 2 tahun mengontrak, Idha jarang menempati kontrakannya dan hanya menjadikan rumahnya itu sebagai tempat transit jika berada di Jakarta. Meski begitu, Idha terkenal sebagai sosok agamis yang rajin salat di masjid.
“Orang sini nggak nyangka semua, orang di masjid salatnya bagus, bacaan Quran-nya bagus. Semuanya bagus. Jidatnya aja hitam kan (karena rajin salat),” ujar Ketua RT 01, Ahmadi di lingkungan rumah Idha. Walau jarang bersosialisasi bersama warga, Idha terkenal sebagai orang yang rajin beribadah.
Namun sang istri sendiri, Titi sama sekali tidak pernah bersosialisasi dengan warga. “Saya ketemu dia kalau cuma ke masjid. Kalau dia ke sini pasti ke masjid, salatnya rajin. Kalau sama istrinya nggak kenal. Ketemu di jalan kalau nggak sama Pak Pras paling juga nggak tahu. Kalau di sini nggak pernah keluar rumah,” jelas Ahmadi.
AKBP Idha berada di rumah kontrakannya sebelum ditangkap pada 29 Agustus lalu bersama Bripka MP Harahap di Kuching. Idha sempat memberikan informasi akan kembali ke Kalimantan saat bertemu Ahmadi.
“Tanggal 28 Agustus saya masih sempat ketemu Pak Pras di jalan. Naik mobil sama istrinya. Bilang ke saya ‘pak saya mau kembali ke Kalimantan’,” kenang Ahmadi. Bahkan Idha juga sempat menengok anaknya yang kuliah di Bandung sebelum kembali ke Kalimantan. “Sebelum kembali ke Kalimantan, tanggal 27 Agustus itu katanya nengok anaknya yang perempuan di Bandung. Saya kalau sama istrinya nggak begitu tahu, nggak pernah keluar kalau ada di sini,” kata Ahmadi.
Ahmadi pun menyebut AKBP Idha sempat memberikan informasi bahwa ia dan istrinya tengah membangun rumah di daerah Cipinang, Jakarta Timur. Meski begitu Ahmadi tidak mengetahui lokasi tepat rumah AKBP Idha itu. “Kalau nggak salah rumahnya di Cipinang. Tapi Cipinangnya mana saya nggak tahu. Bilangnya lagi dibangun, kayaknya belum jadi makanya diperpanjang,” jelas Ahmadi.
Bahkan, lanjut Ahmadi rumah kontrakan AKBP Idha disegel Ketua RW setempat. Mobil yang terparkir di dalam teras rumahnya itu juga dikempesi bannya. “(Pagar rumahnya) digembok pak RW. Kuncinya dibawa jadi nggak ada yang bisa masuk. Nggak boleh diapa-apain. Sementara ini nggak boleh diotak atik,” ungkap Ahmadi. Pantauan wartawan di teras rumah yang saat ini kosong pun terparkir sebuah mobil Ford warna putih dengan nomor polisi B 1361 SRC.
“Ada tukang furniture, kalau nggak salah pegawai istrinya, baru mau ngecat di rumahnya. Sempat mau masuk tapi karena sudah dikunci Pak RW jadi nggak bisa masuk,” jelas Ahmadi. “Mobil yang ada di dalam situ aja digembosin juga. Tapi kalau mobil yang itu kayaknya punya adiknya. Pak Pras (AKBP Idha-red) mobilnya ada 2 yang sering dia pakai tapi pelatnya BK (Medan/Sumut) semua,” sambungnya. Menurut Ahmadi, pihak kepolisian hingga saat ini belum melakukan penggeledahan di rumah kontrakan AKBP Idha dan istrinya itu. Ahmadi mengaku belum mendapat konfirmasi apa-apa dari kepolisian. “Belum ya (penggeledahan). Kalau mau digeledah pasti saya dikasih tahu. Sebenarnya Pak RW sudah sigap. Begitu tahu kasusnya langsung lapor ke Polsek Pondok Gede. Tapi karena kasusnya nasional polisi Polsek nggak berani, langsung ditangani Mabes Polri,” terang Ahmadi.
Sementara itu, si pemilik rumah kontrakan, Rosliana (72) mengaku sempat dilarang masuk oleh Titi ke rumahnya. “Ngontrak di saya 2 tahun. Mereka ngontrak sekaligus dengan perabotan saya. Waktu baru masuk ada tukang ngecat dan beresin rumah. Saya masuk untuk ngecek kerjaan tukang. Terus saya ditegur sama istrinya nggak boleh masuk,” ujar Rosliana.
Ros bercerita kala itu ia ditegur Titi melalui telepon sehingga sejak saat itu Ros tidak pernah lagi masuk ke dalam rumahnya. Wanita yang telah berusia senja itu pun mengaku kaget dengan adanya kasus ini.
“Istrinya telepon bilang ‘mami jangan masuk, kan rumah itu sudah dibayar, sudah jadi hak saya 2 tahun’. Sudah saya nggak tahu lagi setelah itu. Saya nggak tahu apa-apa,” kata Ros yang tinggal sendiri di rumah sebelah kontrakan AKBP Idha itu.
“Perempuannya kalau lagi di sini nggak pernah menyapa. Saya sudah dikasari gitu ya sudah. Jarang ketemu, selama 2 tahun paling cuma 10 kali bertemu. Tapi kalau laki-lakinya si Pras baik, sopan. Kalau ketemu nyapa. Di jalan juga, ‘mami apa kabar? Sehat?’ begitu,” lanjut Ros.
Istri almarhum dokter spesialis itu mengaku tidak menyangka Idha terlibat dalam kasus narkotika. Meski cenderung tertutup, Idha disebut tidak memiliki sikap yang mencurigakan. “Tadinya saya bilang ke keluarga, rumah dikontrak polisi jadi aman. Eh malah begini. Nggak nyangka Pras ditangkap. Kalau di sini suka jadi imam di masjid. Belum lama bayar perpanjangan rumah, nggak beberapa lama ditangkap. Katanya rumah abis dicat, saya bilang syukurlah,” tutur Ros.
Menurut Ros, Idha bersama Titi mengontrak rumahnya untuk 2 tahun seharga Rp 60 juta. Idha pun baru saja membayar Rp 30 juta lagi untuk memperjang sewa rumah selama satu tahun. “(Titi) Jarang datang ke sini. Pernah 2 bulan rumah ini ditinggal kosong. Ini (rumah) cuma untuk singgah,” tutup Ros. (bbs/deo)