25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pilot Gagal Identifikasi Awan Cumulonimbus

Pesawat Lions Air yang jatuh di Bali. KNKT menyimpulkan kecelakaan terjadi karena pilot gagal
Pesawat Lions Air yang jatuh di Bali. KNKT menyimpulkan kecelakaan terjadi karena pilot gagal mengidentifikasi awan Cumulonimbus.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – PT Lion Mentari Airlines (Lion Air) segera menentukan sikap terkait dengan kecelakaan yang menimpa pesawat Boeing 737-800 di sekitar Bandara Ngurah Rai, Bali, pada 13 April 2013. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sudah menyelesaikan investigasinya atas insiden yang membuat pesawat itu mendarat di laut dangkal.

Direktur Umum Lion Air Edward Sirait mengatakan, pihaknya masih menunggu berkas resmi hasil investigasi dari KNKT. “Kalau memang sudah selesai, mungkin besok atau lusa kami terima. Kami belum tahu hasilnya bagaimana,” ujarnya kepada Jawa Pos kemarin.

Meski begitu, kata pria akrab disapa Edo tersebut, tanpa hasil dari KNKT pun pihaknya sudah melakukan berbagai program inisiatif. Salah satunya memperbanyak program pelatihan seperti di simulator. “Exercise di simulator ini dilakukan dengan berbagai cuaca. Jadi, dengan berbagai asumsi untuk menambah pengetahuan pilot. Artinya, di setiap kejadian itu ada berbagai kemungkinan,” ungkapnya.

Peningkatan kemampuan pilot melalui berbagai pelatihan tersebut diharapkan menambah keterampilan para penerbang dalam menghadapi berbagai situasi. “Kami memang mencatat berbagai kemungkinan itu sehingga meningkatkan pelatihan di simulasi,” katanya.

Pilot yang bertugas saat itu diketahui bernama Kapten Pilot Mahlup Ghazali (WNI) dan Kopilot Chirag Kalra (warga negara India). Pesawat yang lepas landas dari Bandara Husein Sastranegara (Bandung) tersebut mengangkut 101 penumpang dan tujuh awak. Tidak ada korban jiwa dalam insiden itu. Namun, 45 penumpang menderita luka, selebihnya mengalami trauma.

Hasil investigasi KNKT yang diunduh pada 1 September 2014 menyatakan, kondisi pesawat normal dan layak terbang. Semua kru, termasuk pilot, juga dinyatakan memiliki lisensi valid dan sertifikat medis yang memenuhi syarat.

Namun, terjadi kabut tebal di runway 9 yang membuat pilot tidak bisa melihat dengan jelas posisi lintasan. Hasil investigasi menyebutkan bahwa pilot gagal mengidentifikasi adanya situasi alam yang disebut cumulonimbus (awan tebal dan tinggi akibat badai).

Awalnya pesawat dikendalikan kopilot. Lalu ketika dalam posisi akan mendarat, pilot mengambil alih kendali. Proses itu juga dinilai sebagai salah satu permasalahan. Pilot mencoba untuk berputar dan berupaya mendekati runway. Namun, sudah terlambat. (gen/c7/sof)

Pesawat Lions Air yang jatuh di Bali. KNKT menyimpulkan kecelakaan terjadi karena pilot gagal
Pesawat Lions Air yang jatuh di Bali. KNKT menyimpulkan kecelakaan terjadi karena pilot gagal mengidentifikasi awan Cumulonimbus.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – PT Lion Mentari Airlines (Lion Air) segera menentukan sikap terkait dengan kecelakaan yang menimpa pesawat Boeing 737-800 di sekitar Bandara Ngurah Rai, Bali, pada 13 April 2013. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sudah menyelesaikan investigasinya atas insiden yang membuat pesawat itu mendarat di laut dangkal.

Direktur Umum Lion Air Edward Sirait mengatakan, pihaknya masih menunggu berkas resmi hasil investigasi dari KNKT. “Kalau memang sudah selesai, mungkin besok atau lusa kami terima. Kami belum tahu hasilnya bagaimana,” ujarnya kepada Jawa Pos kemarin.

Meski begitu, kata pria akrab disapa Edo tersebut, tanpa hasil dari KNKT pun pihaknya sudah melakukan berbagai program inisiatif. Salah satunya memperbanyak program pelatihan seperti di simulator. “Exercise di simulator ini dilakukan dengan berbagai cuaca. Jadi, dengan berbagai asumsi untuk menambah pengetahuan pilot. Artinya, di setiap kejadian itu ada berbagai kemungkinan,” ungkapnya.

Peningkatan kemampuan pilot melalui berbagai pelatihan tersebut diharapkan menambah keterampilan para penerbang dalam menghadapi berbagai situasi. “Kami memang mencatat berbagai kemungkinan itu sehingga meningkatkan pelatihan di simulasi,” katanya.

Pilot yang bertugas saat itu diketahui bernama Kapten Pilot Mahlup Ghazali (WNI) dan Kopilot Chirag Kalra (warga negara India). Pesawat yang lepas landas dari Bandara Husein Sastranegara (Bandung) tersebut mengangkut 101 penumpang dan tujuh awak. Tidak ada korban jiwa dalam insiden itu. Namun, 45 penumpang menderita luka, selebihnya mengalami trauma.

Hasil investigasi KNKT yang diunduh pada 1 September 2014 menyatakan, kondisi pesawat normal dan layak terbang. Semua kru, termasuk pilot, juga dinyatakan memiliki lisensi valid dan sertifikat medis yang memenuhi syarat.

Namun, terjadi kabut tebal di runway 9 yang membuat pilot tidak bisa melihat dengan jelas posisi lintasan. Hasil investigasi menyebutkan bahwa pilot gagal mengidentifikasi adanya situasi alam yang disebut cumulonimbus (awan tebal dan tinggi akibat badai).

Awalnya pesawat dikendalikan kopilot. Lalu ketika dalam posisi akan mendarat, pilot mengambil alih kendali. Proses itu juga dinilai sebagai salah satu permasalahan. Pilot mencoba untuk berputar dan berupaya mendekati runway. Namun, sudah terlambat. (gen/c7/sof)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/