29.3 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Kota Palu Mulai Bergeliat

Bantuan Terus Mengalir

Dalam penanganan gempa di Sulteng, pemerintah menerima bantuan dari luar negeri. Hingga kemarin bantuan asing untuk korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah terus mengalir. Dalam bentuk uang tunai sudah mencapai Rp 220 miliar. Dana sebesar itu berasal dari sembilan negara. Namun, belum semuanya cair.

Sebab, sebagian besar masih berbentuk perjanjian. “Yang membantu, misalnya, Korea Selatan USD 1 juta dan Tiongkok USD 200 ribu,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Abdurrahman Mohammad Fachir kemarin. Selain dua negara tersebut, bantuan dana datang dari Uni Eropa, Venezuela, Jerman, Vietnam, Australia, Laos, dan Kamboja.

Dia menjelaskan, sebagian bantuan tersebut diarahkan untuk masa tanggap darurat. Sebagian lagi dialokasikan untuk masa rehabilitasi dan rekonstruksi. “Dari negara sahabat masuk ke rekening BNPB. Sedangkan dari NGO masuk ke PMI,” ucapnya.

Ada juga bantuan asing yang tidak berupa uang tunai. Namun, tidak semuanya diizinkan masuk ke Indonesia. Yang diterima hanya bantuan berupa angkutan udara atau pesawat, genset, tenda, rumah sakit lapangan, dan fogging. “Ada 25 negara dan 4 NGO yang menawarkan. Lalu, kami minta siapkan bantuan sesuai arahan,” katanya.

Fachir menyampaikan, hingga kini masih ada pesawat luar negeri yang membantu distribusi bantuan. Pesawat-pesawat itu berasal dari Korea Selatan, Jepang, Singapura, India, Malaysia, dan Selandia Baru. Semuanya dipusatkan di Balikpapan sesuai instruksi TNI.Bantuan tersebut sangat berarti bagi Indonesia.

Sebab, anggaran bencana di Kementerian Sosial (Kemensos) sudah menipis. Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial (Linjamsos) Kemensos Harry Hikmat mengungkapkan, anggaran bencana di Kemensos tahun ini dipatok Rp 254 miliar. Namun, dana tersebut terkuras karena bencana tahun ini cukup banyak.

Selain itu, jumlah korban yang terdampak juga sangat banyak. Mulai bencana Gunung Merapi, Gunung Agung, gempa di Banten, lalu di Lombok. “Kemudian sekarang di Sulawesi Tengah,” katanya Sabtu (6/10).

Dalam rancangan APBN 2019, anggaran bencana di Kemensos sedianya berjumlah Rp 223 miliar. Artinya, terjadi penurunan bila dibandingkan dengan tahun ini. Namun, Kemensos saat ini meninjau anggaran tersebut, khususnya yang berada pada pos Ditjen Linjamsos.

“(Sekarang, Red) dalam proses realokasi anggaran Rp 100 miliar dari anggaran operasional Ditjen Linjamsos. Sehingga (anggaran bencana 2019, Red) menjadi Rp 323 miliar,” terangnya. Harry menjelaskan, realokasi anggaran Rp 100 miliar itu perlu persetujuan dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Bappenas.

Sementara itu, Mendagri Tjahjo Kumolo sudah meminta semua pemda di luar Sulawesi Tengah untuk ikut urun membantu pemulihan bencana. Baik pendanaan maupun barang yang sumbernya dari APBD. Instruksi itu disampaikan melalui radiogram ke semua pemda, baik provinsi maupun kabupaten/kota.

Bantuan Terus Mengalir

Dalam penanganan gempa di Sulteng, pemerintah menerima bantuan dari luar negeri. Hingga kemarin bantuan asing untuk korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah terus mengalir. Dalam bentuk uang tunai sudah mencapai Rp 220 miliar. Dana sebesar itu berasal dari sembilan negara. Namun, belum semuanya cair.

Sebab, sebagian besar masih berbentuk perjanjian. “Yang membantu, misalnya, Korea Selatan USD 1 juta dan Tiongkok USD 200 ribu,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Abdurrahman Mohammad Fachir kemarin. Selain dua negara tersebut, bantuan dana datang dari Uni Eropa, Venezuela, Jerman, Vietnam, Australia, Laos, dan Kamboja.

Dia menjelaskan, sebagian bantuan tersebut diarahkan untuk masa tanggap darurat. Sebagian lagi dialokasikan untuk masa rehabilitasi dan rekonstruksi. “Dari negara sahabat masuk ke rekening BNPB. Sedangkan dari NGO masuk ke PMI,” ucapnya.

Ada juga bantuan asing yang tidak berupa uang tunai. Namun, tidak semuanya diizinkan masuk ke Indonesia. Yang diterima hanya bantuan berupa angkutan udara atau pesawat, genset, tenda, rumah sakit lapangan, dan fogging. “Ada 25 negara dan 4 NGO yang menawarkan. Lalu, kami minta siapkan bantuan sesuai arahan,” katanya.

Fachir menyampaikan, hingga kini masih ada pesawat luar negeri yang membantu distribusi bantuan. Pesawat-pesawat itu berasal dari Korea Selatan, Jepang, Singapura, India, Malaysia, dan Selandia Baru. Semuanya dipusatkan di Balikpapan sesuai instruksi TNI.Bantuan tersebut sangat berarti bagi Indonesia.

Sebab, anggaran bencana di Kementerian Sosial (Kemensos) sudah menipis. Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial (Linjamsos) Kemensos Harry Hikmat mengungkapkan, anggaran bencana di Kemensos tahun ini dipatok Rp 254 miliar. Namun, dana tersebut terkuras karena bencana tahun ini cukup banyak.

Selain itu, jumlah korban yang terdampak juga sangat banyak. Mulai bencana Gunung Merapi, Gunung Agung, gempa di Banten, lalu di Lombok. “Kemudian sekarang di Sulawesi Tengah,” katanya Sabtu (6/10).

Dalam rancangan APBN 2019, anggaran bencana di Kemensos sedianya berjumlah Rp 223 miliar. Artinya, terjadi penurunan bila dibandingkan dengan tahun ini. Namun, Kemensos saat ini meninjau anggaran tersebut, khususnya yang berada pada pos Ditjen Linjamsos.

“(Sekarang, Red) dalam proses realokasi anggaran Rp 100 miliar dari anggaran operasional Ditjen Linjamsos. Sehingga (anggaran bencana 2019, Red) menjadi Rp 323 miliar,” terangnya. Harry menjelaskan, realokasi anggaran Rp 100 miliar itu perlu persetujuan dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Bappenas.

Sementara itu, Mendagri Tjahjo Kumolo sudah meminta semua pemda di luar Sulawesi Tengah untuk ikut urun membantu pemulihan bencana. Baik pendanaan maupun barang yang sumbernya dari APBD. Instruksi itu disampaikan melalui radiogram ke semua pemda, baik provinsi maupun kabupaten/kota.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/