30 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Saudi Terima Jamaah Haji dari Seluruh Dunia, Indonesia Tunggu Kepastian Kuota

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Arab Saudi akan menerima kembali jamaah haji dari seluruh negara di dunia. Kuota untuk masing-masing negara kini sedang digodok. Termasuk kuota untuk Indonesia yang selama ini menjadi negara pengirim jemaah haji terbesar di dunia.

Kabar menggembirakan itu diumumkan Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi Minggu (6/3) seperti dilansir The Guardian kemarin (7/3). Kebijakan baru tersebut disampaikan tak sampai 24 jam sejak diumumkannya pencabutan larangan penerbangan internasional dari 17 negara.

Seperti diketahui, sudah dua tahun ini Saudi tidak menerima jamaah haji dari luar negeri. Hal itu dilakukan untuk mencegah penularan Covid-19. Ibadah haji hanya boleh dilakukan warga Saudi dan ekspatriat yang memenuhi syarat.

Kabid Umrah Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Zaki Zakaria Ansyari membenarkan adanya kabar bahwa Saudi kembali membuka akses kedatangan jemaah haji dari luar negeri. Dia mengatakan, pada musim haji 2020 dan 2021, pelaksanaan haji sangat terbatas. Hanya untuk warga dari dalam negeri Saudi sendiri. ’’Beritanya sudah beredar di Saudi. Tetapi, belum ada keputusan resmi dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi,’’ katanya.

Zaki menambahkan, travel umrah yang juga penyelenggara ibadah haji khusus (PIHK) pun menunggu kepastian penyelenggaraan haji 2022. Sebab, selama ini mereka juga tidak bisa mengirim jemaah haji khusus atau dulu dikenal ONH plus.

Sementara itu, Konsul Haji KJRI di Jeddah Endang Jumali menjelaskan, hingga kemarin belum ada statemen resmi dari otoritas Saudi soal kepastian haji. Dia mengatakan, sebaiknya masyarakat menunggu informasi resmi yang disampaikan pemerintah Saudi.

Lebih lanjut, Endang menuturkan, dampak pelonggaran protokol kesehatan oleh pemerintah Saudi sudah terlihat. Baik itu di kompleks Masjidilharam, Kota Makkah secara umum, maupun kota-kota di Saudi lainnya. Meskipun sudah ada pelonggaran, tidak berarti para jemaah umrah di Kota Makkah langsung berkeliaran keluar hotel untuk berjalan-jalan.

Endang mengatakan, selama di Masjidilharam, jemaah tetap harus mengenakan masker. ’’Karena masih dalam konteks ruangan tertutup. Bukan tempat umum dan terbuka,’’ jelasnya. Kemudian, pertokoan di seputaran Masjidilharam juga sudah kembali beroperasi.

Dari dalam negeri, pemerintah kembali menerapkan pelonggaran-pelonggaran. Di antaranya, karantina untuk pelaku perjalanan luar negeri (PPLN), termasuk jemaah umrah, dikepras tinggal sehari. Zaki mengatakan, aturan itu disambut baik oleh jemaah karena bisa membuat ongkos umrah menjadi lebih hemat.

’’Ini langkah tepat pemerintah,’’ ujarnya. Zaki menambahkan, pemerintah Indonesia akhirnya mengikuti upaya sejumlah negara seperti Saudi, Amerika Serikat, dan Australia yang lebih membuka diri dan ’’berdamai’’ dengan Covid-19.

Dia mengatakan, tren kasus harian Covid-19 di Indonesia mulai melandai. Dari puncaknya pada pertengahan Februari yang sempat 60 ribuan kasus sehari, sekarang tinggal belasan ribu kasus harian. Kondisi itu sama seperti di Saudi.

Menurut Zaki, di Arab Saudi puncak varian Omicron terjadi pada pertengahan Januari lalu. Saat itu kasus harian di Saudi naik hingga 6.000-an kasus. Kemudian sekarang melandai di kisaran 300 kasus harian. (jpc)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Arab Saudi akan menerima kembali jamaah haji dari seluruh negara di dunia. Kuota untuk masing-masing negara kini sedang digodok. Termasuk kuota untuk Indonesia yang selama ini menjadi negara pengirim jemaah haji terbesar di dunia.

Kabar menggembirakan itu diumumkan Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi Minggu (6/3) seperti dilansir The Guardian kemarin (7/3). Kebijakan baru tersebut disampaikan tak sampai 24 jam sejak diumumkannya pencabutan larangan penerbangan internasional dari 17 negara.

Seperti diketahui, sudah dua tahun ini Saudi tidak menerima jamaah haji dari luar negeri. Hal itu dilakukan untuk mencegah penularan Covid-19. Ibadah haji hanya boleh dilakukan warga Saudi dan ekspatriat yang memenuhi syarat.

Kabid Umrah Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Zaki Zakaria Ansyari membenarkan adanya kabar bahwa Saudi kembali membuka akses kedatangan jemaah haji dari luar negeri. Dia mengatakan, pada musim haji 2020 dan 2021, pelaksanaan haji sangat terbatas. Hanya untuk warga dari dalam negeri Saudi sendiri. ’’Beritanya sudah beredar di Saudi. Tetapi, belum ada keputusan resmi dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi,’’ katanya.

Zaki menambahkan, travel umrah yang juga penyelenggara ibadah haji khusus (PIHK) pun menunggu kepastian penyelenggaraan haji 2022. Sebab, selama ini mereka juga tidak bisa mengirim jemaah haji khusus atau dulu dikenal ONH plus.

Sementara itu, Konsul Haji KJRI di Jeddah Endang Jumali menjelaskan, hingga kemarin belum ada statemen resmi dari otoritas Saudi soal kepastian haji. Dia mengatakan, sebaiknya masyarakat menunggu informasi resmi yang disampaikan pemerintah Saudi.

Lebih lanjut, Endang menuturkan, dampak pelonggaran protokol kesehatan oleh pemerintah Saudi sudah terlihat. Baik itu di kompleks Masjidilharam, Kota Makkah secara umum, maupun kota-kota di Saudi lainnya. Meskipun sudah ada pelonggaran, tidak berarti para jemaah umrah di Kota Makkah langsung berkeliaran keluar hotel untuk berjalan-jalan.

Endang mengatakan, selama di Masjidilharam, jemaah tetap harus mengenakan masker. ’’Karena masih dalam konteks ruangan tertutup. Bukan tempat umum dan terbuka,’’ jelasnya. Kemudian, pertokoan di seputaran Masjidilharam juga sudah kembali beroperasi.

Dari dalam negeri, pemerintah kembali menerapkan pelonggaran-pelonggaran. Di antaranya, karantina untuk pelaku perjalanan luar negeri (PPLN), termasuk jemaah umrah, dikepras tinggal sehari. Zaki mengatakan, aturan itu disambut baik oleh jemaah karena bisa membuat ongkos umrah menjadi lebih hemat.

’’Ini langkah tepat pemerintah,’’ ujarnya. Zaki menambahkan, pemerintah Indonesia akhirnya mengikuti upaya sejumlah negara seperti Saudi, Amerika Serikat, dan Australia yang lebih membuka diri dan ’’berdamai’’ dengan Covid-19.

Dia mengatakan, tren kasus harian Covid-19 di Indonesia mulai melandai. Dari puncaknya pada pertengahan Februari yang sempat 60 ribuan kasus sehari, sekarang tinggal belasan ribu kasus harian. Kondisi itu sama seperti di Saudi.

Menurut Zaki, di Arab Saudi puncak varian Omicron terjadi pada pertengahan Januari lalu. Saat itu kasus harian di Saudi naik hingga 6.000-an kasus. Kemudian sekarang melandai di kisaran 300 kasus harian. (jpc)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/