26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Syamsul Arifin Masih Kritis

JAKARTA- Hingga hari kedua menjalani perawatan di RS Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat, kondisi kesehatan Gubernur Sumut nonaktif, Syamsul Arifin belum mengalami perubahan. Masih seperti sejak dirawat di RS Jantung Harapan Kita. Mantan Bupati Langkat itu masih menggunakan mesin pernafasan. Dalam kondisi yang masih gawat ini, tidak mungkin terdakwa perkara dugaan korupsi APBD Langkat itu bisa mengikuti persidangan.

Jaksa Penuntut Umum (JPU) dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga sudah memastikan pada Senin mendatang tidak ada sidang lanjutan. “Senin tidak ada sidang,” terang anggota JPU yang tidak mau ditulis namanya itu kepada wartawan koran ini, kemarin. Sekadar diketahui, para pegawai KPK, termasuk penyidik dan jaksa, memang terkenal sulit untuk dimintai keterangan. Ini menyangkut aturan di internal KPK, hanya pimpinan KPK dan Jubir KPK Johan Budi saja yang boleh memberikan keterangan kepada pers.

Terkait dengan masa berlakunya penetapan pembantaran yang sebelumnya berlaku hingga 12 Juni, anggota JPU itu mengatakan, secara otomatis akan diperpanjang lagi oleh hakim pengadilan tipikor yang menangani perkara Syamsul. Menurutnya, surat penetapan perpanjangan masa pembantaran tidak harus disampaikan melalui persidangan. “Bisa disampaikan di luar sidang, yang terpenting semua pihak terkait diberitahu,” ujarnya.

Syamsul sendiri begitu dipindahkan ke RS Abdi Waluyo pada Kamis malam lalu, langsung masuk ICU dan ditangani dokter. Hanya saja, hingga tadi malam belum ada perkembangan. Para pembesuk juga belum boleh memasuki ruang perawatan. “Masih steril, belum boleh dibesuk,” ujar salah seorang pembesuk kepada wartawan koran ini tadi malam. Tercatat, baru Ketum DPP Golkar Aburizal Bakrie yang diperkenankan masuk, Jumat (10/6) lalu.

Dibandingkan dengan RS Jantung Harapan Kita, RS Abdi Waluyo jauh lebih kecil. Dari bangunan fisiknya saja, RS Abdi Waluyo sulit dibandingkan dengan RS Jantung Harapan Kita yang cukup megah dan areanya sangat luas. Bisa dibilang, secara fisik, RS yang terletak di pusat kota, sekitar 400 meter dari Sarinah, hanya sekitar seperdelapannya saja dari RS Jantung Harapan Kita. Tempat parkirnya pun sempit. Untuk parkir sepeda motor, harus di luar kawasan rumah sakit, yakni di pinggir jalan depan RS.

Jika siang hari, ruang tunggu di RS Abdi Waluyo juga nampak sepi. Saking sepinya, ketika naik ke lantai II, untuk menuju ke ruang perawatan Syamsul, bisa tidak berpapasan dengan orang, entah pembesuk ataupun petugas medis. Ini berbeda jauh dengan RS Jantung Harapan Kita, yang selalu hiruk-pikuk. Maklum, sebagai RS rujukan penyakit jantung, RS yang bersebelahan dengan RS Dharmais itu menjadi tujuan utama para penderita penyakit jantung akut dari seluruh nusantara. (sam)

JAKARTA- Hingga hari kedua menjalani perawatan di RS Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat, kondisi kesehatan Gubernur Sumut nonaktif, Syamsul Arifin belum mengalami perubahan. Masih seperti sejak dirawat di RS Jantung Harapan Kita. Mantan Bupati Langkat itu masih menggunakan mesin pernafasan. Dalam kondisi yang masih gawat ini, tidak mungkin terdakwa perkara dugaan korupsi APBD Langkat itu bisa mengikuti persidangan.

Jaksa Penuntut Umum (JPU) dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga sudah memastikan pada Senin mendatang tidak ada sidang lanjutan. “Senin tidak ada sidang,” terang anggota JPU yang tidak mau ditulis namanya itu kepada wartawan koran ini, kemarin. Sekadar diketahui, para pegawai KPK, termasuk penyidik dan jaksa, memang terkenal sulit untuk dimintai keterangan. Ini menyangkut aturan di internal KPK, hanya pimpinan KPK dan Jubir KPK Johan Budi saja yang boleh memberikan keterangan kepada pers.

Terkait dengan masa berlakunya penetapan pembantaran yang sebelumnya berlaku hingga 12 Juni, anggota JPU itu mengatakan, secara otomatis akan diperpanjang lagi oleh hakim pengadilan tipikor yang menangani perkara Syamsul. Menurutnya, surat penetapan perpanjangan masa pembantaran tidak harus disampaikan melalui persidangan. “Bisa disampaikan di luar sidang, yang terpenting semua pihak terkait diberitahu,” ujarnya.

Syamsul sendiri begitu dipindahkan ke RS Abdi Waluyo pada Kamis malam lalu, langsung masuk ICU dan ditangani dokter. Hanya saja, hingga tadi malam belum ada perkembangan. Para pembesuk juga belum boleh memasuki ruang perawatan. “Masih steril, belum boleh dibesuk,” ujar salah seorang pembesuk kepada wartawan koran ini tadi malam. Tercatat, baru Ketum DPP Golkar Aburizal Bakrie yang diperkenankan masuk, Jumat (10/6) lalu.

Dibandingkan dengan RS Jantung Harapan Kita, RS Abdi Waluyo jauh lebih kecil. Dari bangunan fisiknya saja, RS Abdi Waluyo sulit dibandingkan dengan RS Jantung Harapan Kita yang cukup megah dan areanya sangat luas. Bisa dibilang, secara fisik, RS yang terletak di pusat kota, sekitar 400 meter dari Sarinah, hanya sekitar seperdelapannya saja dari RS Jantung Harapan Kita. Tempat parkirnya pun sempit. Untuk parkir sepeda motor, harus di luar kawasan rumah sakit, yakni di pinggir jalan depan RS.

Jika siang hari, ruang tunggu di RS Abdi Waluyo juga nampak sepi. Saking sepinya, ketika naik ke lantai II, untuk menuju ke ruang perawatan Syamsul, bisa tidak berpapasan dengan orang, entah pembesuk ataupun petugas medis. Ini berbeda jauh dengan RS Jantung Harapan Kita, yang selalu hiruk-pikuk. Maklum, sebagai RS rujukan penyakit jantung, RS yang bersebelahan dengan RS Dharmais itu menjadi tujuan utama para penderita penyakit jantung akut dari seluruh nusantara. (sam)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/