JAKARTA – Konglomerat Indonesia Sudono Salim alias Liem Sioe Liong yang meninggal hari Minggu lalu (10/6) bakal dikebumikan di Negeri Singa Singapura. Selama sepekan ke depan, jenazah disemayamkan di Mount Vernon Funeral Parlours, 121 Aljunied Road, Singapura. Diprediksi, pemakaman jenazah dilakukan di kompleks pemakaman Choa Chu Kang Cemetary, yang berada di bagian barat Singapura, tepatnya pada Minggu (17/6).
Kabar ini dibenarkan Presiden Direktur Maspion Group Alim Markus, yang sekaligus rekan sepengusaha Om Liem-sapaan Sudono Salim. “(Om Liem) dimakamkam di Singapura. Saya besok Sabtu ke Singapura, Selasa balik lagi ke Indonesia,” papar Alim Markus, yang merupakan taipan industri manufaktur, perbankan, dan properti itu kepada Jawa Pos (Group Sumut Pos), kemarin (11/6).
Alim Markus mengatakan pihaknya begitu mengenal dekat dengan sosok Om Liem. Dari segi performa bisnis, Alim mengatakan bahwa progress semua korporasi yang sebelumnya dikendalikan oleh Om Liem berjalan cukup positif. Hampir semua perusahaan, kata Alim Markus, merupakan perusahaan yang melantai di bursa efek, alias perusahaan public. Artinya, kapal bisnis di bawah holding Grup Salim mampu menjadi perusahaan yang sehat.
“Sekarang saya tanya balik, ada tidak yang mampu menyalip Indocement, Indofood, dan BCA? Tidak ada kan?,” terangnya.
Alim yang lebih muda sekitar 35 tahun dari Om Liem ini pun memaparkan, kesuksesan Om Liem dalam membangun pertumbuhan industri di Indonesia patut diapresiasi. Terkait Om Liem yang dianggap dekat dengan pemerintahan era orde baru, menurut Alim Markus, hal itu selayaknya dianggap wajar. “Kalau Om Liem itu tidak sempurna, namanya juga manusia. Ketidaksempurnaan itu misalnya kedekatannya dengan Soeharto. Namun, dibanding salahnya, kontribusinya lebih besar,” beber pria yang selalu gencar kampanye cinta produk Indonesia ini.
Sekadar informasi, Salim Group sendiri merupakan konglomerasi terbesar di Indonesia. Bahkan, asset besar Indofood Sukses Makmur didaulat sebahai produsen mie instan terbesar di dunia. Sementara Bogasari merupakan industri pengolahan tepung terigu besar di Indonesia. Gurita bisnis Salim Group tak berhenti di situ saja, namun meluas kepada industri oil palm plantations, di atas tanah yang diperkirakan mencapai seribu kilometer persegi.
Tak hanya di industri mamin, dan perkebunan kelapa sawit, Grup Salim juga telah masuk ke industri properti sekitar 30 tahun. Beberapa sektor yang digarap Grup Salim diantaranya bisnis hotel dan resort, hingga dan real estate.
Sejak era 1997-1998, Om Liem telah melepaskan gurita bisnisnya, dan menyerahkan kepada sang anak laki-lakinya, yakni Anthoni Salim. Keputusan untuk cuci tangan dengan bisnis yang selama puluhan tahun dibangunnya ini, dipicu oleh kericuhan yang terjadi pada momen reformasi yang menandai runtuhnya benteng pemerintahan zaman Orde Baru Presiden Soeharto.
Di bawah kekuasaan generasi kedua Om Liem tersebut, rupanya adagium Better Generation alias generasi yang lebih baik, telah terbukti. Kerajaan bisnis Salim Group kian berkibar, dan memunculkan tren baru dengan inovasi cepat mengikuti perkembangan zaman. (gal/jpnn)