25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Ungkap Anas Memang Ngotot Jadi Presiden

Anas dan Nazaruddin
Anas dan Nazaruddin

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng bisa sedikit tersenyum. Itu setelah Muhammad Nazaruddin, koleganya di Partai Demokrat, sekaligus terpidana kasus korupsi Wisma Atlet SEA Games Palembang, memberikan kesaksian yang meringankan posisinya sebagai terdakwa dalam kasus dugaan korupsi Hambalang.

Ya, setelah minggu lalu menolak hadir sebagai saksi dengan alasan sakit, kemarin (11/6) jaksa dari KPK memang menghadirkan secara paksa Nazaruddin dalam sidang di Pengadilan Tipikor. Menurut keterangannya, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu mengatakan proyek Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang adalah hasil settingan-nya bersama Anas Urbaningrum.

Langkah awal namun terpenting dalam proses mengamankan proyek Hambalang, ujar Nazar adalah dengan tetap menempatkan Wafid Muharam sebagai Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora). Wafid, dinilai Nazar adalah kunci bagi Anas mengamankan sejumlah proyek dan pundi-pundi uang di Kempora (Kementerian Pemuda dan Olahraga).

Hubungan antara Anas, Wafid, dan Nazar pun dinilai cukup dekat sejak lama. Tepatnya, sejak ada isu reshuffle kabinet dengan rencana ditaruhnya Anas sebagai Menpora. “Sejak ada isu reshuffle, Mas Anas intens komunikasi sama Wafid (mantan Sesmenpora),” katanya.

Namun, ternyata rencana itu gagal, Anas urung menjadi Menpora. Tak ayal, rencana lainnya dilakukan. Tujuannya tetap satu, yakni mengamankan posisi Wafid. Sebab, memang Wafid inilah yang diharapkan menjadi pihak yang berkomunikasi dengan Komisi X DPR untuk membicarakan perihal anggaran di Kempora.

Posisi Wafid sendiri memang ketika itu tengah tidak aman. Andi Mallarangeng yang ditunjuk sebagai Menpora hendak merotasi pejabat eselon satu di kementerian tersebut. “Waktu itu memang kita kondisikan, kalau soal anggaran, menteri (Andi) saja yang intens berhubungan sama orang-orang DPR. Karena kita tahu pasti Pak Menteri tidak mau. Lalu, Angie (Angelina Sondakh) tanyakan siapa yang bisa komunikasi intens. Pak menteri balik tanya siapa yang biasa komunikasi. Dijawab Angie, Wafid. Padahal ini sudah dikondisikan semua, supaya Pak Menteri tunjuk Wafid,” ujar Nazaruddin.

Menurut Nazar, hal itu dilakukan Anas, agar tetap mendapatkan keuntungan dari proyek Hambalang. Nantinya, keuntungan tersebut akan digunakan untuk biaya pemenangan sebagai Ketum PD dalam kongres yang diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat, pada 2010.

Masih menurut keterangan pria yang pernah buron itu. Lamanya perkenalan mereka dengan Wafid memudahkan pengaturan soal fee ataupun keuntungan. Tetapi, hal tersebut dirahasiakan dari Andi karena bisa menggagalkan rencana. Mengingat, Anas dan Andi adalah dua kubu yang berbeda dalam mencalonkan diri sebagai kandidat Ketum PD. Bahkan, lebih jauh, Nazar dengan gamblang menyebut bahwa mantan rekannya itu sangat berambisi menjadi presiden.

“Mulai dari 2007 ” 2010 saya itu siang malam bersama Mas Anas. Dari situ memang ada keinginan dari Mas Anas menjadi Presiden. Tentu sebagai sahabat saya ya mendukung. Dan, itu semua memang sudah di-setting dari awal. Bahkan, setelah dari KPU, dia masuk ke Demokrat dengan harapan dapat jabatan Sekjen,” katanya.

Tak sampai disitu saja, Nazar mengungkapkan kedekatannya dengan Anas yang pernah melontarkan ucapan bersedia digantung di Monas jika korupsi tersebut. “Buktinya, ketika Mas Anas menjadi ketua Fraksi, saya diangkat jadi bendahara. Begitu juga ketika terpilih menjadi Ketua Umum Demokrat, saya juga diangkat jadi bendahara,” tegasnya.

Dalam surat dakwaan, Anas memang disebut membentuk kantong-kantong dana dalam rangka pengumpulan logistik untuk menjadi Presiden RI. Pencarian dana itu dilakukan Anas bekerjasama dengan Nazar, melalui Anugerah Group atau Permai Group. Dari kantong-kantong dana tersebut, Anas disebut berhasil mengumpulkan uang Rp 116.525.650.000 miliar serta USD 5.261.070 juta yang kemudian digunakan untuk biaya pemenangan sebagai Ketum PD.

Sementara itu, dalam persidangan kemarin, Andi sempat mengucapkan rasa terima kasihnya pada Nazar. Terutama setelah Nazar membeberkan skenario mendapatkan sejumlah uang dari proyek Hambalang. “Saya mau terimakasih ke saudara (Nazaruddin) memberi penjelasan lebih luas tentang apa yang terjadi di Kempora (Kementerian Pemuda dan Olahraga),” kata Andi

Menurut Andi, dari kesaksian Nazaruddin, dirinya mendapat penjelasan situasi yang terjadi di kementerian yang pernah dipimpinnya. Terutama, terkait permainan dalam proyek Hambalang.

“Mereka semua menyembunyikan dari saya. Termasuk anak buah saya sendiri. Kalau saya tahu, pasti sudah saya stop ini. Saudara bisa lihat semua, dalam kesaksian sidang yang dilalui selama ini, tidak ada satupun yang mengatakan kalau saya menerima fee, atau saya mengatur-atur proyek. Semua tidak ada. Saya harap dengan fakta ini hakim bisa jernih melihatnya,” katanya pada awak media seusai persidangan. (nji)

Anas dan Nazaruddin
Anas dan Nazaruddin

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng bisa sedikit tersenyum. Itu setelah Muhammad Nazaruddin, koleganya di Partai Demokrat, sekaligus terpidana kasus korupsi Wisma Atlet SEA Games Palembang, memberikan kesaksian yang meringankan posisinya sebagai terdakwa dalam kasus dugaan korupsi Hambalang.

Ya, setelah minggu lalu menolak hadir sebagai saksi dengan alasan sakit, kemarin (11/6) jaksa dari KPK memang menghadirkan secara paksa Nazaruddin dalam sidang di Pengadilan Tipikor. Menurut keterangannya, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu mengatakan proyek Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang adalah hasil settingan-nya bersama Anas Urbaningrum.

Langkah awal namun terpenting dalam proses mengamankan proyek Hambalang, ujar Nazar adalah dengan tetap menempatkan Wafid Muharam sebagai Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora). Wafid, dinilai Nazar adalah kunci bagi Anas mengamankan sejumlah proyek dan pundi-pundi uang di Kempora (Kementerian Pemuda dan Olahraga).

Hubungan antara Anas, Wafid, dan Nazar pun dinilai cukup dekat sejak lama. Tepatnya, sejak ada isu reshuffle kabinet dengan rencana ditaruhnya Anas sebagai Menpora. “Sejak ada isu reshuffle, Mas Anas intens komunikasi sama Wafid (mantan Sesmenpora),” katanya.

Namun, ternyata rencana itu gagal, Anas urung menjadi Menpora. Tak ayal, rencana lainnya dilakukan. Tujuannya tetap satu, yakni mengamankan posisi Wafid. Sebab, memang Wafid inilah yang diharapkan menjadi pihak yang berkomunikasi dengan Komisi X DPR untuk membicarakan perihal anggaran di Kempora.

Posisi Wafid sendiri memang ketika itu tengah tidak aman. Andi Mallarangeng yang ditunjuk sebagai Menpora hendak merotasi pejabat eselon satu di kementerian tersebut. “Waktu itu memang kita kondisikan, kalau soal anggaran, menteri (Andi) saja yang intens berhubungan sama orang-orang DPR. Karena kita tahu pasti Pak Menteri tidak mau. Lalu, Angie (Angelina Sondakh) tanyakan siapa yang bisa komunikasi intens. Pak menteri balik tanya siapa yang biasa komunikasi. Dijawab Angie, Wafid. Padahal ini sudah dikondisikan semua, supaya Pak Menteri tunjuk Wafid,” ujar Nazaruddin.

Menurut Nazar, hal itu dilakukan Anas, agar tetap mendapatkan keuntungan dari proyek Hambalang. Nantinya, keuntungan tersebut akan digunakan untuk biaya pemenangan sebagai Ketum PD dalam kongres yang diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat, pada 2010.

Masih menurut keterangan pria yang pernah buron itu. Lamanya perkenalan mereka dengan Wafid memudahkan pengaturan soal fee ataupun keuntungan. Tetapi, hal tersebut dirahasiakan dari Andi karena bisa menggagalkan rencana. Mengingat, Anas dan Andi adalah dua kubu yang berbeda dalam mencalonkan diri sebagai kandidat Ketum PD. Bahkan, lebih jauh, Nazar dengan gamblang menyebut bahwa mantan rekannya itu sangat berambisi menjadi presiden.

“Mulai dari 2007 ” 2010 saya itu siang malam bersama Mas Anas. Dari situ memang ada keinginan dari Mas Anas menjadi Presiden. Tentu sebagai sahabat saya ya mendukung. Dan, itu semua memang sudah di-setting dari awal. Bahkan, setelah dari KPU, dia masuk ke Demokrat dengan harapan dapat jabatan Sekjen,” katanya.

Tak sampai disitu saja, Nazar mengungkapkan kedekatannya dengan Anas yang pernah melontarkan ucapan bersedia digantung di Monas jika korupsi tersebut. “Buktinya, ketika Mas Anas menjadi ketua Fraksi, saya diangkat jadi bendahara. Begitu juga ketika terpilih menjadi Ketua Umum Demokrat, saya juga diangkat jadi bendahara,” tegasnya.

Dalam surat dakwaan, Anas memang disebut membentuk kantong-kantong dana dalam rangka pengumpulan logistik untuk menjadi Presiden RI. Pencarian dana itu dilakukan Anas bekerjasama dengan Nazar, melalui Anugerah Group atau Permai Group. Dari kantong-kantong dana tersebut, Anas disebut berhasil mengumpulkan uang Rp 116.525.650.000 miliar serta USD 5.261.070 juta yang kemudian digunakan untuk biaya pemenangan sebagai Ketum PD.

Sementara itu, dalam persidangan kemarin, Andi sempat mengucapkan rasa terima kasihnya pada Nazar. Terutama setelah Nazar membeberkan skenario mendapatkan sejumlah uang dari proyek Hambalang. “Saya mau terimakasih ke saudara (Nazaruddin) memberi penjelasan lebih luas tentang apa yang terjadi di Kempora (Kementerian Pemuda dan Olahraga),” kata Andi

Menurut Andi, dari kesaksian Nazaruddin, dirinya mendapat penjelasan situasi yang terjadi di kementerian yang pernah dipimpinnya. Terutama, terkait permainan dalam proyek Hambalang.

“Mereka semua menyembunyikan dari saya. Termasuk anak buah saya sendiri. Kalau saya tahu, pasti sudah saya stop ini. Saudara bisa lihat semua, dalam kesaksian sidang yang dilalui selama ini, tidak ada satupun yang mengatakan kalau saya menerima fee, atau saya mengatur-atur proyek. Semua tidak ada. Saya harap dengan fakta ini hakim bisa jernih melihatnya,” katanya pada awak media seusai persidangan. (nji)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/